Perspektif

Islam di Mata Generasi Milenial

3 Mins read

Secara harfiah, Islam artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang membawa keselamatan hidup di dunia dan di akhirat (alam kehidupan setelah kematian). Islam juga agama yang mengajarkan kepada umatnya atau pemeluknya (umat Islam) untuk menebarkan keselamatan dan kedamaian. Hal itu tercermin dalam bacaan salat, yakni ucapan salam sebagai penutup salat. Ucapan salam memiliki arti semoga keselamatan dan kasih sayang Allah dilimpahkan kepadamu.

Agama Islam sudah tersebar di seluruh dunia, setelah meninggalnya Nabi Muhammad sebagai Rasul yang menerima wahyu, untuk menyebarkan agama Islam sebagai jalan keselamatan bagi seluruh manusia. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, Islam sebagai jalan keselamatan sudah tidak terpatri dalam diri umat Islam.

Banyak orang muslim ber-Islam bukan karena meyakini bahwa agama Islam adalah jalan yang benar, melainkan hanya sekadar faktor keturunan. Islam adalah agama yang sempurna, oleh karena itu, seluruh rangkaian kehidupan ini diatur sedemikian rupa oleh Islam. Untuk orang yang ber-Islam karena pengaruh turunan, mengikuti seluruh aturan Islam ini memberatkan. Terlebih lagi pendidikan Islam yang diberikan oleh orang tua juga sangat terbatas. Mungkin ada pula yang sedikit sekali menanamkan arti tauhid pada diri sang anak. Akhirnya, mereka hanya mengikuti pola yang sudah terbentuk dari keluarganya tanpa tahu esensi dari mengikuti pola tersebut, seperti salat 5 waktu, puasa, zakat, naik haji, dll.

Islam dan Generasi Milenial

Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, segala macam pola pikir bisa terbentuk dari tayangan yang dilihat di internet. Gaya hidup ala Barat yang jauh dari tuntunan Islam, bahkan paham-paham yang memerangi Islam bisa kita gali informasinya dengan mudah di internet. Untuk muslim yang tidak memiliki pondasi Islam yang kuat, khususnya generasi terkini atau milenial, akan banyak yang terpengaruh oleh pola pikir yang sangat jauh dari tuntunan agamanya. Sehingga, menjadikan budaya Barat sebagai perilaku sehari-hari yang tanpa sadar mengikis rasa keislaman di dalam dirinya. Sehingga, banyak diantaranya yang memilih menjadi muslim liberal, pluralis, bahkan agnostik.

Baca Juga  Santri sebagai Agen Perubahan

Seringkali argumentasi hak asasi manusia dijadikan landasan berpikir mereka. Salah satu contoh adalah ketika dalam Islam diwajibkan bagi wanita balig untuk menutup auratnya, maka bagi mereka yang keberatan dengan aturan tersebut akan berdalih bahwa mereka memiliki hak untuk memilih tidak menutup auratnya. Terlebih lagi pemikiran kaum liberal yang beranggapan bahwa berhijab atau menutup aurat itu merupakan bentuk pengekangan terhadap wanita. Alasan tersebut semakin menguatkan mereka untuk tidak mengikuti aturan agamanya sendiri. Contoh kecil di atas secara tidak sadar membuat mereka menjadi pribadi yang sekuler dan tidak paham makna keislaman mereka sendiri, menganggap bahwa hidup mereka tidak perlu diatur oleh agama.

Dinamika dalam Tubuh Islam

Fitnah-fitnah terhadap Islam selalu gencar dituduhkan oleh musuh besar Islam. Orang Islam itu teroris, anti Pancasila, radikal, dan memiliki pemikiran yang kuno. Terbatasnya pemahaman dasar akan agama membuat generasi milenial secara tidak sadar termakan oleh fitnah-fitnah tersebut. Sehingga, beranggapan bahwa agama Islam bukan agama kedamaian. Agama Islam adalah agama yang keras, bahkan tidak sedikit diantaranya yang takut akan keislamannya sendiri.

Fitrah manusia sebagai manusia yang lemah dan bertauhid pasti ada dalam diri setiap insan, termasuk orang-orang yang hidup di zaman sekarang. Namun, karena banyak fitnah yang memojokkan Islam, banyak diantara para muslim yang memilih menjadi agnostik. Mereka meyakini keberadaan Tuhan sebagai pencipta manusia, dunia, dan seluruh alam semesta ini, namun mereka menolak untuk memeluk suatu agama karena beranggapan bahwa agama sebagai penyebab kerusakan di muka bumi dan penyebar kebencian. Banyak perselisihan terjadi karena agama tertentu merasa lebih benar dari agama lainnya, khususnya di Indonesia.

Ketika sedang berada di tahun politik, banyak politikus yang menunggangi agama demi kepentingan politiknya. Hal tersebut semakin membuat generasi milenial risih dan menganggap bahwa agama Islam bukan agama yang membawa keselamatan bagi dirinya. Para sekuler semakin meyakini bahwa agama yang mereka anut memang tidak seharusnya dilibatkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang agnostik meyakini bahwa hidup mereka cukup memercayai adanya Tuhan, berbuat baik kepada sesama, tidak pernah merugikan orang lain, dan tidak perlu untuk memeluk agama tertentu.

Baca Juga  Survei SETARA dan INFID: Gen Z Bersikap Positif Terhadap Toleransi Beragama

Islam adalah Agama yang Benar

Islam sebagai agama yang benar dan membawa keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Pernyataan tersebut salah satunya dapat diwujudkan dengan menerapkan pola didik keluarga sesuai dengan tuntunan Rasulullah sebagai suri teladan bagi orang muslim. Pemahaman akan agamanya sendiri bisa menjadi penopang ketauhidan yang kuat, sehingga memiliki tameng yang kuat pula untuk memerangi banyaknya paham-paham yang bermunculan dan memecah belah umat muslim. Ketauhidan yang kuat bisa menjadi alasan umat muslim untuk tetap mempertahankan keislamannya, dan menerapkan keislaman mereka dalam kehidupan sehari-hari saat ini.

Editor: Lely N

Avatar
2 posts

About author
Berdomisili di Kota Bandung. Memiliki ketertarikan pada pemikiran Islam dan berharap tulisannya dapat berkontribusi pada kebangkitan umat Islam.
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *