Perspektif

Islam Dicurigai dan Ditindas

2 Mins read

Ada umat Islam yang bebas bahkan sangat bebas menjalankan agamanya, hingga sunah yang paling detail. Ditambah bonus bisa bebas mengkritik penguasa, menikmati kebebasan berbicara, berserikat dan berkumpul. Tapi juga ada umat Islam di belahan bumi yang lain, jangankan menjalankan yang sunah, menjalankan yang wajib saja mendapatkan perlawanan dan penindasan.

Di India misalnya, meski umat Islam berjumlah cukup besar sekitaran 200 juta lebih, tetap saja minoritas. Umat Islam India mengalami problem rumit, salah satunya dianggap sebagai komunitas pemakan daging sapi. Dimana, mayoritas Hindu menganggap sapi sebagai binatang yang disucikan dan disakralkan yang tak boleh dimakan.

Dicap pemerkosa dan perusak masyarakat. Karena membolehkan poligami, dicap teroris yang membela Pakistan karena India lagi tak enak hati dengan Pakistan. Senang me-muallaf-kan orang Hindu karena praktik dakwah yang dilakukan para dai. Hingga dianggap sekumpulan yang ingin kemerdekaan diri dari kesatuan India.

***

Muslim di Uighur Xinjiang China kurang lebih juga sama. Program deradikalisasi yang ditempuh pemerintah China terhadap penganut Islam Uighur, cukup merisaukan. Deradikalisasi adalah sebentuk indoktrinasi agar umat Islam meninggalkan ajaran agamanya. Ideologi komunis menghendaki semua warga China menjadikan komunis sebagai tata hidup.

Menurut Prof Syafiq Mughni, Umat Islam Uighur dianggap radikal karena rajin menjalankan salat, belajar agama di luar masjid dan madrasah yang sudah ditentukan, hingga kontrol agar tak terlalu sering ‘nderes’ al Quran. Kepada mereka diwajibkan masuk ke camp-camp pemerintah untuk menjalani program deradikalisasi. Ada yang lulus setahun dua tahun bahkan lima tahun. Setelah lulus program, diberikan dua pilihan: Tetap menjadi Muslim atau menjadi kader partai komunis.

Dua model di atas berbanding terbalik dengan kondisi umat Islam di Indonesia. Kebebasan menjalankan syariat Islam dari pagi sebelum subuh hingga malam menjelang larut. Gemuruh suara azan lewat pengeras suara dari berbagai mushala dan masjid bersahutan karena berdekatan. Bahkan kita bisa bertengkar tentang usholi, qunut subuh, shalawat, hingga hari raya yang berbeda beda. Sementara muslim di Uighur bisa shalat Jumat seminggu sekali saja sudah lumayan.

Baca Juga  Amin Abdullah: Epistemologi sebagai Basis Dialog antar Agama

***

Kita juga menyaksikan ratusan pesantren, universitas, rumah sakit, sekolah-sekolah Islam berdiri seperti jamur tumbuh di musim hujan. Bahkan antrean haji di Indonesia adalah yang terpanjang di dunia. Di Indonesia, Islam tumbuh melampaui dari negeri asalnya (Arab Saudi).

Dua model hidup umat Islam di India dan China dan satu model di Indonesia adalah ilustrasi aktual bagaimana agama berkorelasi terhadap kehidupan politik, sosial, dan budaya dengan kekuasaan.

Filsuf besar muslim abad 20, Prof Hassan Hanafi, menyebut bahwa dunia kita sedang berada pada hubungan yang tak harmonis antara agama dan negara. Lebih disebabkan karena pengaruh elite Islam dan elite politiknya kurang harmonis. Prof Kishore Mahbubin menambahkan, faktor kepentingan Amerika, Eropa, dan China juga berpengaruh signifikan terhadap hubungan antar elite di ranah eksternal.

***

Para penganut agama sering mendapatkan perlakuan buruk karena dianggap mengancam eksistensi negara, mengganggu stabilitas, dan potensi memisahkan diri. Hubungan timbal balik dan saling pengertian antara negara dan komunitas muslim menjadi sangat urgen mengingat kebutuhan prinsip yang harus dihadapi. Chandra Muzhafar cendekiawan asal Malaysia menuturkan bahwa Tidak cukup hanya perlawanan fisikk. Karya-karya intelektual muslim berupa hasil riset, manuskrip, makalah, artikel terbukti sangat ampuh menjembatani mis-komunikasi antar elite.

Elite politik dan elite Islam adalah hal paling berpengaruh terhadap baik buruknya hubungan keduanya. Pilihan-pilihan ada pada keduanya dengan berbagai resiko yang menyertai. Sejauh yang saya pandang, pilihan moderasi yang diambil Muhammadiyah dan NU cukup berhasil menjaga harmoni hubungan antar elite. Memamg belum sempurna, tapi masih jauh lebih baik dibanding dari dua model lainnya (India dan Uighur).

Related posts
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…
Perspektif

Murabahah dalam Tinjauan Fikih Klasik dan Kontemporer

3 Mins read
Jual beli merupakan suatu perjanjian atau akad transaksi yang biasa dilakukan sehari-hari. Masyarakat tidak pernah lepas dari yang namanya menjual barang dan…
Perspektif

Sama-sama Memakai Rukyat, Mengapa Awal Syawal 1445 H di Belahan Dunia Berbeda?

4 Mins read
Penentuan awal Syawal 1445 H di belahan dunia menjadi diskusi menarik di berbagai media. Di Indonesia, berkembang beragam metode untuk mengawali dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *