Jidat hitam terdiri dari dua kata, jidat dan hitam. Jidat adalah sebutan populer untuk dahi, sebuah anggota tubuh terletak di bagian atas wajah dekat rambut. Hitam adalah salah satu jenis warna. Jidat hitam artinya jidat yang mempunyai tanda kehitam-hitaman di tengahnya.
Membahas jidat hitam sama dengan membahas anggota tubuh seseorang dengan sifatnya. Contoh lainnya adalah perut gemuk, badan tinggi, badan pendek, wajah bulat, wajah cantik dll. Adakah yang salah dengan jidat hitam? Tidak ada. Anggota tubuh seorang individu beserta sifat yang menyertainya merupakan bagian dari wilayah privat. Menghina tubuh seseorang atau sifatnya merupakan bentuk dari body shaming. Suatu sikap yang tidak boleh dilakukan.
Namun jika pertanyaannya apakah jidat hitam merupakan atsar (bekas) sujud? Pembahasan guna menjawab pertanyaan ini merupakan hal yang sah dilakukan dan tidak termasuk ke dalam body shaming. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu terlebih dahulu mengetahui hakikat dari atsar sujud.
Atsar Sujud Menurut Para Ulama
Atsar sujud disebutkan dalam QS. Al Fath: 29 sebagai berikut:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,”
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya mengutip pendapat Ibnu Abbas r.a. bahwa yang dimaksud dengan atsar sujud ialah tanda yang baik yang ada pada wajah mereka. Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah penampilannya khusyuk dan rendah diri.
As Saddi mengatakan bahwa salat itu dapat memperindah penampilan muka. Sebagian ulama Salaf mengatakan, “Barang siapa yang banyak salatnya di malam hari, maka wajahnya kelihatan indah di siang hari.”
Amirul Mu’minin Usman ibnu Affan r.a. mengatakan bahwa tidak sekali-kali seseorang menyembunyikan suatu rahasia, melainkan Allah menampakkannya melalui roman mukanya dan keterlanjuran lisannya.
Dengan kata lain, sesuatu yang terpendam di dalam jiwa tampak kelihatan pada roman muka yang bersangkutan. Seorang mukmin apabila hatinya tulus ikhlas kepada Allah SWT. maka Allah SWT. akan memperbaiki penampilan lahiriahnya di mata orang lain.
Imam Ahmad mengatakan, Rasulullah SAW. telah bersabda: “Seandainya seseorang di antara kalian beramal di dalam sebuah batu besar yang tiada celah pintunya dan tiada pula lubang udaranya, niscaya amalnya itu akan keluar menampakkan diri kepada manusia seperti apa adanya”.
Hakikat Atsar Sujud
Menurut Prof. Nasaruddin Umar, mengutip beberapa kitab tafsir isyari, bekas sujud adalah pancaran energi positif dari wajah seorang ahl salat. Pancaran ini bukan hanya akan menjadi cahaya di akhirat, namun juga dapat dirasakan di dunia. Menurut Ath Thabathaba’i, kekuatan atsar sujud dapat mampu mengajak yang bersangkutan untuk istiqomah dan dekat dengan Allah SWT.
Jika kita menyimak berbagai pendapat di atas, dijelaskan bahwa yang dimaksud atsar sujud adalah penampilan khusyuk dan tawadhu. Juga semacam pancaran energi dan baiknya penampilan lahiriah seorang ahli salat. Tidak secara spesifik disebutkan bahwa yang dimaksud dengan atsar sujud adalah tanda kehitam-hitaman di dahi.
Tentu saja sangat mungkin bahwa jidat hitam seseorang merupakan atsar sujudnya karena gesekan dahinya dengan karpet salat. Jika adanya jidat hitam muncul dengan sendirinya dikarenakan seringnya dahi menyentuh karpet saat sujud, hal ini tidak masalah. Namun seseorang tidak diperbolehkan dengan sengaja membuat tanda hitam di dahi agar dipandang sebagai ahli salat. Hal ini termasuk ke dalam perbuatan riya’, dalam surat Al Ma’un disebutkan kecelakaan bagi orang yang salat, yakni orang yang salat karena riya’.
Al Biqa’i seorang mufassir mengatakan: “Tak disangka bahwa termasuk tanda bekas sujud adalah tanda bekas sujud di jidat yang sengaja dibuat oleh sebagian orang-orang yang riya. Jika demikian maka itu adalah termasuk identitas atau tanda orang Khawarij”.
Akhlak sebagai Atsar Sujud
Dalam QS. Al Ankabut: 45 Allah SWT berfirman bahwa sesungguhnya salat itu dapat mencegah perbuatan keji dan munkar pada pelakunya. Sujud merupakan salah satu dari gerakan salat yang cukup penting, karena melambangkan totalitas penghambaan kepada Allah SWT. Jika dikaitkan dengan ayat di atas, maka bekas sujud yang hakiki tidak boleh sebatas penampilan, namun juga harus menjadi akhlakul karimah.
Sujud mengandung sebuah simbolisme yang luar biasa, kepala manusia yang selalu diletakan di atas diharuskan untuk diletakan di bawah saat sujud. Hal ini bermakna bahwa egoisme dan arogansi manusia mesti dihilangkan di hadapan Allah SWT. Simbolnya adalah gerakan sujud. Bekas sujud seseorang seharusnya dapat juga terlihat dari sejauh mana ketundukan di hadapan Allah SWT dan ketawadhuan di hadapan sesama manusia.