Tafsir

Tafsir Pancasila yang Wajib Kamu Pahami

3 Mins read

Sebagai lambang dan sekaligus dasar negara, Pancasila memiliki peran penting dan strategis dalam membangun dan merawat bangsa Indonesia. Tidak mudah menyatukan negara bangsa dengan rakyatnya yang memiliki bermacam-macam suku, agama, bahasa dan budaya.

Dengan Pancasila persatuan Indonesia dapat dijaga. Itulah kesaktian Pancasila. Namun demikian, problemnya adalah  terletak pada pengamamalannya. Sebab itu, Pancasila masih perlu untuk terus ditafsirkan dan dibumikan.

Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada sila yang pertama ini menunjukkan bahwa, kita sebagai rakyat Indonesia memiliki keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan yang mencipta dan mengatur alam semesta dan seluruh isinya. Keyakinan yang kokoh akan adanya Tuhan ini sangat penting.

Dengan kita yakin terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta yang harus kita sembah, hidup kita tenang dan tidak akan mudah goyah. Terlebih saat ini dengan adanya musibah wabah, banyak yang setres dan putus asa. Dengan keimanan yang kokoh kita tidak akan mudah menyalahkan keadaan, apa lagi menyalahkan Tuhan.

Musibah adalah ujian untuk menaikkan drajat keimanan dan ketaqwaan. Dengan keyakinan ini, kita tidak akan mudah menyerah dan justru akan semakin mendekat kepada Tuhan dengan rajin beribadah. Seraya memohon agar diberikan kesabaran, kemudahan dan keselamatan dalam mengahdapi musibah. Sila pertama ini juga mengajarkan kepada kita pentingnya hormat menghormati dan berkerjasama dalam kemanusiaan antar pemeluk agama yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup bersama ditengah musibah Covid-19.

Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sila kedua ini juga sangat relevan diterapkan di tengah gempuran Covid-19. Covid-19 adalah ujian kemanusiaan. Sisi kemanusiaan kita di musim pandemi ini benar-banar sedang dipertaruhkan. Covid-19 akan menunjukkan siapa diantara kita yang benar-benar manusia atau bukan.

Baca Juga  Tiga Sumbangsih Sarjana Barat Terhadap Studi Al-Qur'an
***

Di tengah gempuran wabah yang mematikan, kemanusiaan, keadilan dan keadaban kita harus benar-benar dikedepankan. Sebagai ujian kemanusiaan Covid-19 seharusnya dapat meningkatkan rasa solidaritas kita. Sehingga kita senantiasa berbuat adil dan beradab pada sesama. Sikap simpati dan empati tumbuh untuk menolong saudara-saudara kita yang terdampak Covid-19.

Dengan menghayati sila kedua ini maka kita akan senantiasa berbuat bijaksana dan tidak semena-mena. Tidak ada lagi penolakan jenazah pasien positif Covid-19. Tidak ada lagi saudara atau tetangga yang sakit karena kelaparan. Tidak ada lagi pasien yang dikucilkan. Sila kedua ini mengajarkan kepada kita pentingnya mencintai sesama dengan mengembangkan sikap tenggang rasa.

Sila ketiga, Pesatuan Indonesia. Sejarah telah mencatat bahwa kemerdekaan Republik Indonesia tidak diraih atas nama agama, partai atau suku apa, namun kemerdekaan Republik Indonesia dapat diraih dengan adanya persatuan seluruh rakyat Indonesia. Bersatu dalam memerangi penjajah untuk meraih kemerdekaan. Tanpa adanya persatuan mustahil kita dapat memenangkan peperangan dalam mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Bersatu adalah senjata ampuh dalam memenangkan sebuah peperangan.

Begitupun saat ini, ketika Covid-19 masih menjajah bumi pertiwi, persatuan adalah senjata ampuh yang kita butuhkan. Segenap elemen bangsa harus bersatu padu dalam memerangi Covid-19.

Pemerintah sebagai panglima perang harus mampu menunjukkan kekompakkan dalam memberikan instruksi dan arahan. Jangan sampai ada lagi kebijakan yang simpang siur dan tumpang tindih antar lembaga kementerian dan antar pemerintah pusat dan dearah sehingga kami rakyat Indonesia sebagai pasukan di medan perang tidak kebingungan.

Sebagai rakyat Indonesia, kita adalah bagian dari pasukan perang. Sebagai pasukan perang kita pun harus menunjukkan kekompakan. Jika ada warga yang masih ngeyel dan menentang peraturan yang sudah ditetapkan, maka kita wajib menegur dan mengingatkan. Sila ketiga ini mengajarkan kepada kita pentingnya menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Sikap inilah yang saat ini benar-benar kita butuhkan.

Baca Juga  Jihad Akbar itu Dengan Pena, Bukan Pedang
***

Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Salah satu nilai fundamental dari sila keempat ini adalah pentingnya mengutamakan musyawarah dalam mengambil setiap keputusan untuk kepentingan bersama.

Dalam mengambil keputusan hendaknya menjunjung tinggi harkat dan mertabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Jika sila keempat ini dapat dimaknai dan dihayati dengan baik, maka para pemimpin kita dalam mengambil setiap kebijakan akan melahirkan kebijakan yang berpihak pada kebenaran, keadilan dan keselamatan.

Setiap kebijakan yang diputuskan berdasarkan musyawarah akan melahirkan kebijakan yang mencermikan kekompakan dan kesatuan. Bukan sebaliknya, kebijakan yang berbeda-beda, saling tumpang tindih satu sama lain sehingga membingungkan. Sebagai rakyat, kita juga harus mempunyai itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksankan hasil musyawarah.

Sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Bersikap adil kepada sesama, terlebih di tahun ke-3 memasuki musim pandemi seperti saat ini adalah hal yang paling utama dan mulia. Di saat seperti ini sikap kekeluargaan dan gotong royong harus dikedepankan.

Sila kelima ini juga mengajarkan kepada kita pentingnya menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban; menghormati hak-hak orang lain; suka memberi pertolongan kepada orang lain; menjauhi sikap pemerasan kepada orang lain, apa lagi sampai korupsi; tidak bergaya hidup mewah ditengah wabah karena masih banyak saudara-sadara kita yang hidup susah; tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan kepentingan umum; tidak mematuhi peraturan dan lain-lainnya.

Jika nilai-nilai fundamental Pancasila ini dapat kita aktualisakan dalam kehidupan nyata, maka Pancasila akan menjadi senjata ampuh dalam untuk bangkit pasca Pandemi Covid-19. Mari, saatnya kita sebarkan semangat perjuangan. Dengan Pancasila kita wujudkan perubahan.

Baca Juga  Jidat Hitam Bukan Atsar Sujud!

Editor: Yahya FR

Avatar
22 posts

About author
Dosen Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Articles
Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *