Feature

Kembali ke Rumah

2 Mins read

Ada nostalgia, saat kita kembali ke rumah. Tempat tidur, dapur, kamar mandi, perabotan rumah, bunga-bunga di depan rumah, suara ayam, suara burung, lemari, baju-baju, dan buku-buku yang tertumpuk. Kembali ke rumah adalah kembali membaca. Setiap subtil yang kita jumpa namun tidak benar-benar kita intimi. Kembali ke rumah adalah siasat untuk menjenguk kedirian, pulang kepada yang asali. Tempat di mana kita bertumbuh dan menyusu peradaban. Rumah adalah kedirian yang bermula. Dari rumah kita melangkah, berubah menantang hiruk pikuk zaman.

Ada kalanya memang kita harus kembali ke rumah. Saat di luar rumah tidak aman, saat di luar rumah hujan, saat kita diguncang oleh ujian. Rumah menjadi tempat paling sunyi menyimpan dan memungut kenangan. Rumah adalah museum ingatan dan juga museum kenangan.

Segala yang menggiurkan di luar rumah serasa tidak ada maknanya, saat kita tidak menikmatinya di rumah. Di rumah itulah rahim kebersamaan, rahim cinta kasih bermula. Orang tiada guna melanglang buana kemanapun jua bila ia lupa, rumah tempat ia bermula.

Pada rumah pula kita menemukan makna pendidikan. Kita dikenalkan kepada yang sederhana, dari a, ba, hingga, i, bu. Pada rumah berawal segala cakap, dari yang tatap hingga peluk hangat. Rumah mengajarkan kita makna ketidaktahuan. Di rumah kita dididik pengetahuan. Di rumah kita juga belajar makna guru dan murid dalam lingkup terkecil bernama: keluarga.

Rumah adalah rahim pengetahuan. Di sanalah kita belajar tentang arti kebenaran. Di rumah kita mengenali mana yang benar dan yang salah untuk pertama kalinya. Jauh sebelum orang lain membisikkan moralitas, adab dan lain hal.

***

Harum bunga, tangan kita yang menyapu lantai, bunyi tokek yang sering dibuat bercandaan kita. Apa yang kita lihat dan amati di rumah kembali dekat dengan kita. Di rumah tidak ada kekhawatiran tentang uang, tentang perut, dan juga aneka rupa lainnya. Sebab kebun kita menyediakan segala. Kangkung, terong, kol, sayur, dan aneka hasil kebun lain. Semua itu bisa kita makan dengan penuh syukur tanpa membeli.

Baca Juga  Sarang Building dan Peluang Seni-Budaya di Muhammadiyah

Corona telah membawa kita untuk menengok kembali rumah. Untuk merenungi dan menginsyafi bahwa kita adalah manusia yang lahir dari rumah.

Manusia yang dibesarkan dan tumbuh dari kasih sayang orang rumah. Di rumah kerja tidak sebatas urusan duit dan material semata. Membersihkan diri, membersihkan kamar kita, merapikan apa yang kita punya adalah bagian dari kerja yang bisa kita lakukan di rumah.

Begitu pula dalam hal pendidikan. Rumah adalah entitas paling dini kita belajar banyak hal. Dari rumah kita diajak untuk belajar diri, belajar keluarga, belajar mencintai, dan mengasihi. Belajar menyayangi, menghormati, dan saling menghargai. Dari rumah kita belajar mengeja banyak hal sebelum mengenal huruf dan membaca abjad.

Corona telah menyadarkan kita kembali bahwa sesungguhnya kita adalah manusia rumah. Di rumah kita menginsafi kedirian kita, kesejatian kita.

Editor: Yahya FR
Related posts
Feature

Relasi Kristen-Islam: Masa Lalu, Sekarang, dan Harapan untuk Masa Depan

4 Mins read
Sudah tiga kali Jum’at malam saya mendamping sahabat saya, Mun’im Sirry, memberikan kuliah webinar tentang relasi Kristen-Islam, masa lalu, sekarang, dan harapannya…
Feature

SHARIF 1446/2024 dan Masa Depan Kalender Islam Global

4 Mins read
Pada hari Rabu-Jum’at tanggal 18-20 Jumadil Awal 1446 bertepatan dengan tanggal 20-22 November 2024 diselenggarakan Sharia International Forum (SHARIF) 1446/2024 di Hotel…
Feature

Basra, Mutiara Peradaban Islam di Irak Tenggara

2 Mins read
Pernahkah kamu mendengar tentang kota di Irak yang terkenal dengan kanal-kanalnya yang indah, mirip seperti Venesia di Italia dan dijuluki dengan Venesia…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds