Perspektif

Kesalahan Logika Iblis dan Ketidakpuasan Malaikat

3 Mins read

Sebelum membahas kesalahan logika Iblis, ada kisah menarik berikut. Ketika Tuhan akan menciptakan makhluk yang namanya manusia, tiba tiba malaikat merasa tidak puas. Ketidakpuasan malaikat dengan rencana Tuhan tersebut karena malaikat selama ini sudah melakukan penyembahan tanpa henti.

Kenapa Tuhan akan menjadikan lagi makhluk yang lain di luar malaikat? Apakah Tuhan tidak puas dengan adanya malaikat, makhluk yang tidak pernah membantah selama ini? Bukankah seluruh perintah perintah Tuhan, dijalankan dengan sami’na wa atha’na,  bukan dengan sami’na wa ashaina? Malaikat agak protes dengan rencana Tuhan tersebut.

Karena dalam persepsi malaikat bahwa manusia ini akan membuat berbagai permasalahan kemanusiaan seperti saling membunuh, perang, melakukan pembunuhan lewat bom bunuh diri, dan sebagainya.

Ketidakpuasan Malaikat

Rupanya kacamata yang dipakai malaikat adalah kacamata rabun, tidak bisa melihat jauh ke depan, mereka membayangkan manusia dari sisi negatifnya saja. Malaikat belum memahami manusia yang akan diciptakan oleh Tuhan.

Ketidakpuasan malaikat masih sangat parsial, tidak bisa mendeteksi kelebihan-kelebihan yang dimiliki manusia. Jawaban Tuhan sangat singkat dan jelas, “Sesungguhnya aku tahu apa yang kamu tidak tahu”, Tuhan juga tidak langsung menyalahkan malaikat, karena ada sisi-sisi kebenaran di balik pernyataan malaikat.

Bahwa ke depan sesuai dengan prediksi malaikat akan terjadi tragedi tragedi kemanusiaan yang dilakukan oleh manusia. Namun pandangan Tuhan tidak terbatas, bahwa di balik penciptaan manusia ada hal yang sangat substantif. Yakni proses perkembangan ilmu kedepan yang akan mengawal eksistensi kehidupan dan kemajuan peradaban.

Inilah yang tidak terbaca dalam benak malaikat, malaikat memang makhluk yang sudah ter-install dengan tugas tugas yang sudah baku. Sehingga tidak bisa berkreasi atau menciptakan bentuk bentuk peradaban yang unggul. Ketika Tuhan menguji malaikat dengan pertanyaan-pertanyaan dengan menyuruh menyebutkan nama-nama yang berkaitan dengan langit dan bumi, malaikat tidak bisa menjawabnya, dan memohon ampun kepada Tuhan.

Baca Juga  Rasisme dalam Perspektif Islam

Manusia diperintah untuk menjawab pertanyaan tersebut dan menjawabnya dengan baik. Di sinilah malaikat mengakui bahwa ternyata manusia memiliki keunggulan yang sangat luar biasa dibanding makhluk makhluk Tuhan lainnya. Mungkin karena Tuhan menggunakan kata “Kullaha” (seluruhnya), ini adalah bentuk pengajaran dari Tuhan yang bersifat sempurna untuk manusia, dibanding dengan makhluk-makhluk yang lain.

Bedanya Malaikat dan Iblis

Lalu dengan keunggulan tersebut Adam mendapat kehormatan dari Tuhan. Di mana Tuhan menyuruh semua makhluk-Nya untuk bersujud kepada Adam, sebagai bentuk penghormatan kepadanya atas keberhasilan menjawab pertanyaan-pertanyaan keilmuan dari Tuhan.

Keilmuan inilah yang diwariskan oleh Adam kepada anak cucunya, untuk bisa terangkat derajatnya di hadapan Tuhan. Perangkat ilmu inilah sehingga seluruh makhluk Tuhan bersujud kepada Adam. Manusia sebagai ahli waris dari Adam, hendaklah menjaga dengan baik warisan yang sangat berharga dari adam. Dapat dilakukan dengan mengimplementasikan proses keilmuan untuk membangun peradaban umat.

Ada yang menarik ketika Tuhan memerintahkan seluruh makhluknya untuk bersujud kepada Adam, dan semuanya bersujud kecuali Iblis. Iblis ini salah satu makhluk Tuhun yang dulunya sangat taat beribadah kepada Tuhan. Namun ketika ada perintah untuk bersujud kepada Adam, dia langsung terperanjat karena perintah itu sangat bertentangan dengan logika kesenioran.

Iblis ini makhluk yang sangat lama mengabdi kepada Tuhan, kontribusinya sudah sedemikian besar, dan tingkat senioritasnya berbeda jauh dari Adam. Sehingga perintah itu dia tidak laksanakan.

Ada persamaan antara malaikat dan Iblis, sama sama meragukan perintah Tuhan. Malaikat memang ragu ketika akan diciptakannya manusia. Tapi malaikat bertobat kepada Tuhan, ketika Tuhan memberikan ujian kepada kepada Adam dan berhasil melewati ujian tersebut.

Sedangkan Iblis membantah perintah untuk bersujud kepada Adam, dan tidak melakukan pertobatan seperti yang dilakukan oleh malaikat. Bahkan Iblis berjanji akan menyesatkan seluruh keturunan Adam. Di sinilah kesalahan fatal yang dilakukan oleh Iblis, karena dia tidak mau bersujud kepada Adam yang merupakan perintah dari Tuhan.

Baca Juga  Civil Society Berbasis Gerakan Islam

Iblis juga punya dendam yang sangat panjang, sepanjang kehidupan manusia dimuka bumi. Itulah yang menyebabkan Tuhan sangat marah terhadap Iblis, sekalipun juga Tuhan tetap memberikan tempo kepada iblis sampai hari akhir kelak.

Kesalahan Logika Iblis

Di samping dua kesalahan Iblis di atas yakni membangkang terhadap perintah dan juga rasa dendam yang sangat panjang, Iblis juga punya kesalahan berpikir atau kesalahan dalam berlogika.

Ketika diaudit oleh Tuhan, kenapa tidak mau bersujud kepada Adam, Iblis memberikan alasan primordialis. Bahwa dia diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Unsur api lebih mulia dari tanah.

Disinilah kesalahan logika Iblis. Dia memberikan argumentasi bahwa sumbernya itu dari api dan sumber Adam dari tanah. Padahal apa betul sumber api lebih mulia dari tanah? Inilah yang perlu kita kritisi dari logika berfikir Iblis.

Kalau kita menggunakan logika kealaman, jelas tanah itu lebih kuat dari api. Ketika ada angin kencang mungkin api akan tertiup. Sedangkan tanah akan tetap berada pada posisinya, dan tidak terpengaruh dengan angin kencang.

Api itu bisa mati dengan siraman air. Sedangkan tanah, akan semakin kuat ketika disiram dengan air. Dalam pandangan fikih islam, tanah itu punya kekuatan atau alat pembersih untuk menghilangkan najis yang melekat ke tubuh. Juga masih banyak lagi yang bisa dijadikan perbandingan antar keduanya.

Di sinilah kita bisa membantah kesalahan logika dari Iblis. Karena menjadikan api yang merupakan asal muasal dari Iblis, lebih diatas dari pada sumber kejadian manusia yaitu tanah.

Ini harus menjadi pelajaran buat manusia. Kadang kita terperangkap dalam keadaan serupa kesalahan logika Iblis, yang merasa bangga dengan sumber kebesarannya. Padahal sumber kejadian manusia manusia lebih mulia atau lebih bermanfaat daripada sumber kejadian dari api. 

Baca Juga  Haedar Nashir Berpuisi: Menggagas Kemajuan dengan Keindahan

Editor: Nabhan

Avatar
36 posts

About author
Kepala Madrasah Aliyah Nuhiyah Pambusuang, Sulawesi Barat.
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *