Inspiring

KH Hasyim Asy’ari dan Pendidikan Ilmu Hadis di Indonesia

4 Mins read

KH Hasyim Asy’ari adalah seorang ulama besar yang lahir pada 10 Februari 1871 di Desa Gedang, Jombang, Jawa Timur, memiliki peran sentral dalam sejarah Islam di Indonesia pada awal abad ke-20. Pada tahun 1926, beliau memainkan peran kunci dalam pembentukan dan perkembangan Nahdlatul Ulama (NU). Sebuah organisasi Islam yang menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia hingga saat ini.

Meskipun wafat pada 25 Juli 1947, warisan dan pengaruh KH Hasyim Asy’ari terus hidup melalui NU dan lembaga-lembaga keagamaan yang didirikannya. Nahdlatul Ulama yang tumbuh menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki jutaan anggota yang tersebar di seluruh nusantara.

Selain kontribusinya dalam organisasi, KH Hasyim Asy’ari juga dikenal karena pemikiran kritisnya dalam ilmu hadis. Pemahamannya yang mendalam terhadap ilmu hadis memberikan inspirasi dan arahan bagi generasi ulama setelahnya.

Dalam studi hadis, beliau memainkan peran krusial dalam memahami ajaran Islam dan menjaga keautentikan hadis Nabi Muhammad Saw. Pemikirannya dan dedikasinya terhadap ilmu hadis menciptakan landasan kuat untuk pemahaman yang benar dan otentik terhadap ajaran Islam di kalangan umat muslim di Indonesia.

Karir Intelektual Hasyim Asy’ari

Selama permulaan abad ke-19, sebelum pemberontakan Ibnu Saud, Makkah menjadi pusat intelektual Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Banyak ulama dari berbagai negara, termasuk Nusantara, menimba ilmu di sana. Pada paruh kedua abad ke-19 hingga sebelum 1924, Makkah memiliki dua kutub intelektual berpengaruh dari Indonesia: Syekh Nawawi Al-Bantani (1813-1897 M) dari Banten dan Syekh Mahfudz At-Tarmisi (1868-1919 M) dari Termas Pacitan, keduanya merupakan guru besar madzhab Syafi’i di Makkah.

Dalam analisis pengaruh pemikiran, terdapat perbedaan dalam pendekatan dan metode antara keduanya. Syekh Nawawi, dipengaruhi oleh guru-gurunya seperti Syekh An-Nahrawi (Mesir), dan Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (Makkah), sementara Syekh Mahfud dipengaruhi oleh Syekh Muhammad Sa’id Al-Hadlrami (Makkah), dan Kiai Abdullah (Pacitan). Keduanya pernah bertemu dan memiliki hubungan intelektual.

Baca Juga  Lebaran Bersama Muhammadiyah dan NU

Murid-murid berpengaruh dari Syekh Nawawi termasuk Kiai Kholil Bangkalan, sedangkan murid-murid dari Syekh Mahfud termasuk Kiai Asnawi Kudus. Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, seorang ulama terkemuka, secara intelektual dipengaruhi oleh keduanya. Kiai Hasyim Asy’ari belajar dari keduanya dan bahkan memperkenalkan kitab-kitab hadis mereka ke pesantrennya. Hal ini menunjukkan penghargaannya terhadap guru-gurunya.

Karya-karya Hasyim Asy’ari

Pertama, Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah: Fi Hadistil Mauta wa Asyarat al-Sa’ah wa Bayaan Mafhum al-Sunnah wal Bid’ah

(Paradigma Ahlussunah wal Jama’ah: Pembahasan tentang Orang-orang Mati, Tanda-tanda Zaman, Penjelasan Sunnah dan Bid’ah). Karya KH Hasyim Asy’ari yang satu ini banyak membahas tentang bagaimana sebenarnya penegasan antara sunnah dan bid’ah. Secara tidak langsung, kitab tersebut banyak membahas persoalan-persoalan yang akan muncul di kemudian hari, terutama saat ini.

Kedua, Muqaddimah Al Qanun Al Asasi li Jam’iyyah Nahdlatul Ulama 

(Anggaran Dasar Organisasi Nahdlatul Ulama). Kitab ini berisikan pemikiran KH. Hasyim Asy’ari yang berkaitan dengan NU. Dalam kitab tersebut, KH Hasyim Asy’ari mengutip beberapa ayat dan hadits yang menjadi landasannya dalam mendirikan NU.

Ketiga, Risalah fi Ta’kid Akhdzi bi Mazhabil A’immatul Arba’ah 

(Risalah untuk memperkuat pegangan atas madzhab empat). Dalam kitab ini, KH Hasyim Asy’ari tidak sekedar menjelaskan pemikiran empat imam madzhab (Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad bin Hanbal). Namun, beliau juga memaparkan alasan-alasan kenapa pemikiran di antara keempat imam itu patut kita jadikan rujukan.

Keempat, Arba’ina Haditsan Tata’allaqu bi Mabadi’ Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. 

Sebagaimana judulnya, kitab ini berisi empat puluh hadits pilihan yang sangat tepat dijadikan pedoman oleh warga NU. Hadits yang dipilih oleh KH Hasyim Asy’ari terutama berkaitan dengan hadits-hadits yang menjelaskan pentingnya memegang prinsip dalam kehidupan yang penuh dengan rintangan dan hambatan ini.

Baca Juga  Buya Hamka: Mengenang “Tasawuf Modern”

Kelima, Adabul ‘alim wal Muta’allim fi ma Yahtaju Ilaihil Muta’allim fi Maqamati Ta’limihi 

(Etika Pengajar dan Pelajar dalam Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Pelajar Selama Belajar). Pada dasarnya, kitab ini merupakan ringkasan dari kitab Adab al-Mu’allim karya Syekh Muhammad bin Sahnun, Ta’limul Muta’allim fi Thariqah at-Ta’allum karya Syekh Burhanuddin az-Zarnuji, dan Tadzkiratus Saami” wal Mutakallim fi Adabil ‘Alim wal Muta’allim karya Syekh Ibnu Jama’ah. Meskipun merupakan bentuk ringkasan dari kitab-kitab tersebut, tetapi dalam kitab tersebut kita dapat mengetahui betapa besar perhatian KH Hasyim Asy’ari terhadap dunia pendidikan.

Metode dan Pendekatan Ilmu Hadis

Pemikiran KH Hasyim Asy’ari dalam ilmu hadis didasarkan pada pendekatan kritis dan kontekstual. Beliau mengedepankan metode kritik hadis untuk memastikan keakuratan dan keautentikan hadis, sambil mempertimbangkan konteks historis dan sosial di mana hadis tersebut berkembang.

Salah satu konsep penting dalam pemikiran KH Hasyim Asy’ari adalah pemahaman kontekstual terhadap hadis. Beliau memahami bahwa hadis harus diletakkan dalam konteks waktu dan tempatnya agar dapat dipahami dengan benar. Hal ini mencegah penyalahgunaan hadis dan menguatkan pemahaman Islam yang sejalan dengan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Kritik Hadis yang Konstruktif

KH Hasyim Asy’ari tidak hanya melibatkan diri dalam kritik hadis sebagai metode pemahaman, tetapi juga mengembangkan kritik yang konstruktif. Beliau menyadari bahwa keberlanjutan tradisi hadis memerlukan penyaringan dan penafsiran yang cermat, sambil tetap memelihara nilai-nilai ajaran Islam. “Muqoddimah li Qanun Asasi Nahdliyah dan Aswaja (Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah: Fi Hadistil Mauta wa Asyarat al-Sa’ah wa Bayaan Mafhum al-sunnah wal Bid’ah” dalam kitab tersebut KH Hasyim Asy’ari sering kali mengeluarkan fatwa terkait beberapa persoalannya, seperti: merumuskan ajaran Islam menjadi tiga unsur asasi, fikih merujuk pada empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali) teologi (tauhid) merujuk pada Asy’ari dan al-Maturidi, dan Tasawuf merujuk kepada imam Junaid al-Baghdadi dan al-Ghazali.

Baca Juga  Kalender Islam Global dan Ushul Fikih

KH. Hasyim Asy’ari, dalam memberikan fatwa baik dalam bentuk sikap pribadi, atau dalam bentuk rumusan formal NU. Di antaranya, Hasyim Asy’ari memfatwakan haram menggunakan kapal Belanda untuk menunaikan ibadah haji ke Makkah, fatwa itu sebagai sikap terhadap propaganda Belanda yang menyediakan jasa yang murah tetapi mengelabui umat Islam. Dan masih banyak lagi contoh fatwa Hasyim Asy’ari yang lainnya.

Kontribusi pada Pendidikan Ilmu Hadis

Melalui pendirian pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam, KH Hasyim Asy’ari juga berupaya menyebarkan ilmu hadis kepada generasi muda. Pendidikan hadis yang diberikan tidak hanya mengajarkan keterampilan praktis dalam memahami hadis, tetapi juga menanamkan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai moral dan etika Islam. Terbukti dengan banyak karya tulisan yang beliau tulis khususnya dalam bidang ilmu hadis seperti kitab, “Risalah Ahlussunnah wal Jama’ah” dan “Adabul ‘alim wal Muta’allim fi ma Yahtaju Ilaihil Muta’allim fi Maqamati Ta’limihi”.

Editor: Soleh 

Avatar
1 posts

About author
Mahasiswa Pascasarjana Magister Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Konsentrasi pada Kajian Hadis.
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *