Inspiring

KH Mas Mansur (2): Protes Kaum Muda Jelang Kongres Muhammadiyah ke-26

3 Mins read

Oleh: Djarnawi Hadikusuma

KH Hisyam yang dipilih oleh Kongres ke-23 pada tahun 1934 di Yogyakarta telah berhasil membawa Muhammadiyah ke jenjang kemajuan dalam bidang pendidikan sosial. Sekolah yang bersubsidi bertambah banyak. Balai Pengobatan dan Rumah Yatim tumbuh dengan pesat.

Rumah Sakit PKU di Yogyakarta semakin maju dan memperoleh subsidi pula. Sekolah yang memperoleh subsidi dari pemerintah memang dapat berkembang lebih maju karena selain mendapat bantuan keuangan dan alat-alat juga tingkat mutunya disamakan dengan sekolah pemerintah yang pada zaman itu dinamakan sekolah gubernemen.

Akan tetapi, subsidi mengharuskan persamaan kurikulum dengan sekolah gubernemen dan menempatkan sekolah itu di bawah pengawasan dan penelitian pemerintah, tidak hanya dalam soal kurikulum, tetapi juga dalam soal administrasi. Hal itu menyebabkan terbatasnya pemberian pelajaran agama.

Dalam sekolah dasar yang terdiri dari enam kelas atau HIS yang terdiri dari delapan kelas termasuk kelas pendahuluan (voorklas), cukup dengan seorang guru agama. Guru umum mendapat gaji sama dengan gaji sekolah guru gubernemen sedang guru agama dibayar oleh Muhammadiyah sendiri dengan honor yang sedikit.

Pada waktu itu, guru agama hanya memperoleh honor berkisar antara dua setengah hingga tujuh setengah rupiah (gulden) atau pada umumnya seperlima saja dari gaji yang diterima oleh guru umum. Walaupun memang niat guru-guru agama itu ikhlas karena Allah dan demi Muhammadiyah, namun keadaan memang sangat pincang.

Tabligh dan Dakwah Kurang Diperhatikan

Pembinaan sekolah menjadi pusat perhatian, pendiri amal usaha sosial berkembang lumayan tetapi amal tabligh dan dakwah agak kurang berkembang. Kantor Pengurus Besar dapat dikatakan hanya disibukkan oleh urusan persekolahan.

Kenyataan seperti ini, lama-kelamaan, menimbulkan rasa tidak puas dalam kalangan angkatan muda. Mereka berpendapat sekolah harus maju dan kalau perlu boleh mendapat subsidi tetapi jangan sampai melalaikan bidang tabligh dan jangan memudarkan jiwa agama dalam sekolah-sekolah yang bersubsidi itu.

Baca Juga  Masa Pendewasaan Diri ala Soe Hok Gie

Adapula suatu hal yang menambah kesal hati angkatan muda dalam tubuh Pengurus Besar tiga tokoh tua yang seolah-olah menguasai segalanya. Anggota yang muda-muda hanya sebagai pembantu saja, harus semata-mata mengikuti pendapat yang tua. Yang tua memandang yang muda seakan-akan anak kemarin. Yang muda terlalu segan kepada yang tua. Suatu kultur pada orang timur terutama di Yogyakarta.

Memang tiga tokoh yang lebih tua itu merupakan trio yang kompak dan serasi. Mereka itu ialah KH Hisyam (Ketua Pengurus Besar), KH Mocktar (Wakil Ketua) dan KH Syuja’ (anggota dan Ketua Majlis PKU). Sekretaris H Hasyim yang masih muda dikatakan hanya melayani keputusan mereka.

Gelombang Protes Kaum Muda

Perasaan tidak puas itu semakin luas dan menajam mendekatnya Kongres ke-26 yang akan diadakan di Yogyakarta pada bulan Oktober 1937. Angkatan muda sangat bersemangat melontarkan kritiknya, tetapi di luar sidang, hingga sangat dikhawatirkan menjadi fitnah. Ejek-mengejek dan gunjing-menggunjing antara tua dan yang muda telah mulai kedengaran. KH (Ki Bagus) Hadikusuma yang juga dapat menyetujui aspirasi anggota Pengurus Besar yang muda-muda itu merasa khawatir kalau-kalau situasi yang tidak menguntungkan itu semakin melarut.

Ditemuinya RH Hadjid dan diajaknya mencari jalan keluar. Keduanya lalu menemui kelompok angkatan muda untuk mengadakan musyawarah guna menyalurkan aspirasi mereka. Sesudah itu, maka gerak mereka selalu dibimbing dan disalurkan oleh kedua tukoh yang lebih tua itu. Kelompok angkatan muda itu terdiri dari H Ahmad Badawi, H Hasyim, H Basiran, H Abdulhamid Bkn, dan H Mh Farid Ma’ruf.

Sementara itu, Kongres ke-26 sudah akan dimulai. Para utusan sudah tiba dan para Konsul sudah lengkap hadir. Ki Bagus dan Hadjid menghubungi Sutan Mansur (Konsul Daerah Minangkabau), Tjitrosoewarno (Konsul Daerah Pekalongan), dan Moeljadi Djojomartono (Konsul Daerah Surakarta).

Baca Juga  Muhammad Asad, Yahudi yang Sering Naik Haji

Kepada tiga orang Konsul itu diuraikan aspirasi dan keinginan angkatan muda disertai penjelasan dan alasan seperlunya. Mereka ingin agar susunan Pengurus Besar seluruhnya, terdiri daripada angkatan muda yang berpikiran maju, berkesanggupan serta mampu mencerminkan ajaran Islam dalam setiap sikap dan tindakan kepemimpinannya. Apabila jabatan ketua dipegang oleh orang tua, hendaklah orang tua yang dapat menghargai dan memahami aspirasi angkatan muda.

Metode Pemilihan Pengurus Besar

Cara pemilihan anggota Pengurus Besar dilakukan dengan pemilihan langsung, yaitu dipilih dalam rapat anggota di ranting-ranting. Jauh sebelum berlangsungnya Kongres, ranting-ranting mengadakan rapat anggota untuk menetapkan calon-calon anggota Pengurus Besar. Calon-calon itu dikirim ke Panitia Pemilihan Anggota Pengurus Besar.

Panitia mendaftar nama-nama menurut abjad lalu mengirimkannya kembali kepada Ranting. Daftar itu memuat nama seluruh calon. Kemudian ranting mengadakan rapat anggotanya masing-masing dan memilih Sembilan orang menurut suara terbanyak lalu mengirimkannya kepada panitia. Panitia menjumlahkan suara-suara yang diperoleh masing-masing calon, lalu menetapkan Sembilan anggota terpilih menurut urutan suara terbanyak.

Tahap terakhir ialah mengemukakan hasil pemilihan itu kepada Kongres untuk disahkan dan ditetapkan. Sistem pemilihan langsung ini berlaku sampai dengan Kongres ke-33 di Palembang pada tahun 1956 (ketika itu penulis karangan ini menjadi sekretaris panitia). Memang ada kelemahannya karena banyak ranting yang laporan hasil pemilihannya sukar untuk dipertanggungjawabkan kebenarannya. (Bersambung)

Sumber: Matahari-matahari Muhammadiyah karya Djarnawi Hadikusuma.

Editor: Arif

Admin
185 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds