Tarikh

Khalifah Ali (9): Menata Ulang Pemerintahan

4 Mins read

Pada hari ketiga Khalifah Ali bin Ali Thalib menjabat pemerintahan setelah wafatnya Utsman bin Affan, suasana di tengah masyarakat masih mencekam. Pembunuh Utsman masih belum ditemui dan ada potensi perlawanan yang besar pada Khalifah Ali atas kecurigaan dan ambisi kekuatan. Menghadapinya, kebijakan Ali ialah menata ulang pemerintahan, dibantu dengan Ibnu Abbas sebagai penasihat–utusan dari al-Mughirah.

Menghadapi Pembunuh Utsman

Imam Thabari mengutip Muhammad dan Thalhah: Ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib berdiri di hadapan masyarakat muslim pada hari ketiga, dia mengatakan, “Wahai penduduk kota, keluarkanlah orang orang badui di antara kalian! Dan wahai kalian orang orang badui, kembalilah kalian ke sumur-sumur kalian (maksudnya kampung halaman mereka).”

Khalifah Ali meminta kepada penduduk yang berasal dari Kufah, Basrah, dan Mesir untuk kembali ke negeri asal mereka. Tapi hanya beberapa kelompok tertentu yang diminta, dan diikuti oleh semua orang badui. Maka Khalifah Ali kembali ke rumahnya, diikuti oleh Thalhah dan az-Zubair berserta beberapa sahabat Nabi.

Dan Khalifah Ali mengatakan, “Balas dendam kalian ada di hadapan kalian! Maka silakan bunuh mereka.” Ucapan ini ditujukan kepada Thalhah dan az-Zubair yang keduanya sedari dulu menginginkan qishas. Tapi ketika para pembunuh Utsman di hadapan, mereka mundur tanpa berbuat apa apa. Keduanya membela diri dengan mengatakan, “Mereka (badui) tidak mengerti akan itu, tidak ada gunanya membujuk mereka adapun pembalasan dendam (qishas) adalah hal yang benar.”

Thalhah dan az-Zubair Ingin Membantu Khalifah Ali

Thalhah dan az-Zubair meminta Khalifah Ali untuk mengirim mereka ke Basrah dan Kufah untuk mengontrol massa yang patuh kepada mereka. Thalhah mengatakan, “Izinkan aku untuk pergi ke Basrah, dan engkau akan terkejut betapa cepatnya aku dapat mengontrol massa.” Khalifah Ali membalas, “Biarkan aku memikirkannya terlebih dahulu.” Az Zubair mengatakan, “Izinkan aku untuk pergi ke Basrah, dan engkau akan terkejut betapa cepatnya aku dapat mengontrol massa.” Khalifah Ali juga membalas, “Biarkan aku memikirkannya terlebih dahulu”.

Sebagai seorang khalifah yang berada di tengah krisis, tentu Khalifah Ali harus berhati-hati dalam hal ini. Kebijakan Ali tentu merupakan tidak bijak untuk memberikan kewenangan di tengah kondisi yang tidak stabil kepada tokoh berpengaruh. Apalagi keduanya, sejak awal memiliki perspektif yang berbeda dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib, untuk menyelesaikan masalah para pembunuh Utsman. Dengan pertimbangan itu semua, maka Khalifah Ali akhirnya menolak usulan tersebut.

Baca Juga  Kisah Raja Tubba’ dari Yaman Menghias Kakbah

Kebijakan Menata Ulang Pemerintahan

Pada hari ketiga atau keempat menjadi Khalifah, Ali ingin menata ulang pemerintahan dan jabatan yang sudah terlanjur rusak dari zaman Utsman. Maka Khalifah Ali hendak memecat seluruh gubernur yang ditunjuk oleh Utsman bin Affan dan mengganti mereka semua.

Mengetahui hal ini, Mughirah bin Syubah, seorang yang dikenal bijak dan sahabat Khalifah Ali, menjumpai Khalifah Ali. Dia mengatakan bahwa keputusannya untuk menahan Thalhah dan az-Zubair agar tidak pergi dari Madinah akan memberi dampak yang buruk kepada Khalifah Ali dan kalangan Quraisy. Hal tersebut menurut al-Mughirah akan membuat Khalifah Ali kehilangan simpati dan dukungan.

Terlebih lagi, kebijakan Ali untuk memecat para gubernur Utsman adalah tergesa-gesa. Dia menyarankan Ali untuk membiarkan para gubernur untuk berkuasa dan mendapatkan kepatuhan mereka. Ali yang sudah melihat kerusakan sistem dan jabatan warisan era Utsman tentu menolak saran al Mughirah.

Penasehat Khalifah Ali, Ibnu Abbas

Pada hari berikutnya, Ali didatangi Ibnu Abbas, seorang perwakilan dari Mughirah. Selama perbincangan, Ibnu Abbas menyarankan Ali untuk segara memecat para gubernur Utsman tanpa menunda-nunda. Karena Ibnu Abbas mengetahui bahwa sarannya bertentangan ketika Mughirah meninggalkan Ali. Dia mengatakan, “Mughirah telah memberikan nasihat yang bijak kemarin tetapi dia membuat keputusannya hari ini.”

Ketika Ali memikirkan pendapatnya, Ibnu Abbas mengatakan, bahwa kondisi saat ini adalah alasan yang tepat bagi kebijakan Ali untuk mempertahankan jabatan para gubernur Utsman hingga kekhalifahan Ali dalam kondisi stabil. Jika saja Khalifah Ali bin Abi Thalib bertindak terlalu cepat untuk memecat para gubernur, maka Bani Umayyah akan menyebarkan isu di antara masyarakat. Isu yang paling berbahaya adalah bahwa para gubernur Utsman dipecat Ali karena khalifah tidak ingin menegakkan qishas.

Mendengar saran Ibnu Abbas, Khalifah Ali mengatakan, “Aku akan menangani Muawiyah dengan pedangku tanpa membuat kelonggaran.” Ibnu Abbas mengatakan kalau seandainya Ali melakukan sarannya, maka Bani Umayyah benar-benar harus diperhatikan. Ali menjawab, “Aku memilki sifat lebih mirip dengan engkau ketimbang Muawiyah.”

Ibnu Abbas juga menyarankan agar Khalifah Ali tetap tinggal di Yanbu, Ali juga disarankan untuk memperhatikan dengan siapa ia berkorespondensi. Khalifah Ali bisa salah dalam memilih lingkaran, dan bisa saja dia bersama dengan orang yang diduga terlibat pembunuhan Utsman. Bila ia terjadi, maka Bani Umayyah dan kroninya akan menuduh bahwa Ali bersekongkol dengan para pembunuh Utsman.

Baca Juga  Khalifah fil Ardl, Khalifatur Rasul, dan Khalifatullah: antara Dua Titik Ekstrem

Ali membalas, “Aku tidak mempertimbangkannya persis seperti saranmu, maka lebih baik bagimu untuk mengikuti apa yang aku katakan.” Ibnu Abbas membalas, “Tidak ada keraguan bagiku untuk mengikuti perintahmu.”

Ancaman pada Ibnu Abbas

At-Thabari menyebut, kemudian Khalifah Ali memberi perintah kepada Ibnu Abbas untuk menjadi Gubernur Syam, yang sudah lama diperintah oleh Gubernur Muawiyah bin Abi Sufyan. Ibnu Abbas yang memahami peliknya masalah dan posisi Muawiyah di Syam, menolak sambil mengatakan, “Muawiyah adalah kerabat dekat Ustman bin Affan dan pemimpin Bani Umayyah, sedangkan aku adalah kerabat dekatmu. Tentu saja dengan kedatanganku ke Syam, mereka akan mematahkan leherku atau memenjarakan diriku.”

Ibnu Abbas menyarankan agar Khalifah Ali lebih baik mengangkat seseorang yang memilki hubungan dengan Muawiyah. Atau agar Khalifah Ali menulis surat kepada Muawiyah dan memberi kepercayaan dan membuatnya berbaiat. Akan tetapi Khalifah Ali yang yang terlanjur berseteru keras dengan Muawiyah menolak saran Ibnu Abbas.

Imam Thabari menyebutkan dalam kitab Tarikh al-Rusul wa al-Muluk, menyebutkan ketika Mughirah bin Syubah yang tadinya memberi saran dan mengirim Ibnu Abbas, melihat bahwa Ali bertindak lebih condong sebagaimana saran Ibnu Abbas dari pada sarannya, maka dia meninggalkan Madinah dan pergi ke Makkah. Mughirah mengatakan, “Aku memberi nasihat yang baik kepada dirinya, Demi Allah! Tapi ketika dia tidak menerimanya, aku pergi.”

Editor: Shidqi/Nabhan

Avatar
35 posts

About author
Penulis merupakan mahasiswa Ilmu Hadits Fakultas Ushuluddin Adab & Dakwah, UIN Sayyid Ali Rahmatullah. Dapat disapa melalui akun Instagram @lhu_pin
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *