اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِيْنِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمَّدًا صَادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Jamaah Jumat yang Budiman
Tauhid adalah doktring paling penting dalam Islam. Tauhid merupakan intisari ajaran Islam yang menjadi misi diutusnya para Nabi. Tauhid, menjadi kepercayaan bahwa Allah Maha Esa, serta menjadi basis inspirasi dari pemikiran dan tindakan umat Islam.
Jamaah Jumat yang Budiman
Membicarakan ajaran tauhid, kadang menjadi sesuatu yang sensitif dan ditakuti masyarakat. Tak jarang ajaran tauhid dianggap sebagai sumber pemecah-belah ketika dibahas dalam pengajian-pengajian. Akibatnya para muballigh akhirnya memilih tema akhlak dan mengidari pembicaraan Tauhid.
Tidak cukup di situ, belajar tauhid sering kali malah menjadi seorang semakin eksklusif, dan beragama dengan mental sumbu pendek. Tak jarang suka marah-marah, suka menyalahkan, merasa paling suci, dan menyesatkan orang lain yang berbeda paham. Seolah-olah semakin murni tauhid, malah semakin keras seseirang. Ada yang salah di sini.
Jamaah yang Budiman
Untuk itu, ijinkan khatib pada khutbah kali ini mengangkat tema “Tauhid Rahamutiyah”. Apa bedanya dengan Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Asma wa Sifat?
Istilah rahamutiyah dibentuk dari kata rahamut yang merupakan mashdar ghairu mimi dari fi’il rahima-yarhamu dengan diberi tambahan ta’ pada akhirnya.
Kata rahamut memiliki bentuk yang sama dengan malakut yang berasal dari kata malaka-yamliku.
Bentuk mashdar yang seperti itu adalah bentuk khusus untuk menunjukkan pengertian yang khusus milik Allah. Artinya adalah rahamut menunjukkan kekhususan rahmah milik Allah.
Singkatnya dapat dikatakan bahwa Allah menjadi Tuhan berdasarkan cinta dan kasih, bukan berdasarkan kemarahan atau kekuasaan-Nya.
Jamaah yang Budiman
Konsep Tauhid Rahamutiyah dikembangkan oleh KH Hamim Ilyas dalam bukunya Fikih Akbar: Prinsip-Prinsip Teologis Islam Rahmatan Lil ‘Alamin, yang diambil berdasarkan dari QS. Al-An’am: 12, yaitu Allah berfirman:
قُلْ لِّمَنْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ قُلْ لِّلّٰهِ ۗ كَتَبَ عَلٰى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ ۗ لَيَجْمَعَنَّكُمْ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِ لَا رَيْبَ فِيْهِۗ اَلَّذِيْنَ خَسِرُوْٓا اَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
“Katakanlah, ‘Kepunyaan siapakan apa yang ada di langit dan di bumi’. Katakanlah, ‘Kepunyaan Allah’. Dia telah menetapkan pada diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan atasnya. Orang-orang yang meragukan diri mereka sendiri, tidak beriman.”
Berdasarkan ayat ini, Allah menetapkan rahmah (cinta kasih) yang menjadi kualitas diri-Nya. Kataba secara makna asal adalah membaca, digunakan untuk pengertian menetapkan (itsbat), menentukan (taqdir), mewajibkan (ijab), mengharuskan (fardl) dan tekad kuat (‘azm).
Rahma (rahmah) yang ditetapkan Allah menjadi sifat dasar-Nya itu pengertiannya adalah kelembutan yang mendorong untuk memberikan kebaikan kepada yang dikasihi.
Menurut Ustaz Hamim Ilyas, ada dua batasan dalam pengertian ini kelembutan (riqqah) dan memberikan kebaikan (ihsan). Jadi ia merupakan konsep cinta yang aktual, cinta dengan pengertian memberikan kebaikan kepada yang dicintai.
Dengan demikian Tauhid Rahamutiyah adalah kepercayaan bahwa Allah yang Maha Esa telah mewajibkan diri-Nya sendiri memiliki sifat dasar rahmah (cinta kasih) dalam semua kapasitas-Nya dan aktualisasi asma dan sifat-Nya.
Jamaah yang Budiman
Dengan demikian Tauhid Rahamutiyah pada hakikatnya bukan merupakan kategori baru karena ia tidak menambah kategori-kategori yang sudah ada, tapi merangkumnya dalam satu kualitas ketuhanan yang menjadi puncak perkembangan agama dalam sepanjang sejarahnya.
Sifat dasar rahma juga ditunjukkan dengan sebutan Allah sebagai dzu ar-rahmah, pemilik rahma. Tauhid Rahamutiyah yang telah diuraikan di atas secara jelas menunjukkan bahwa monoteisme Islam adalah monoteisme etis yang mengajarkan Tuhan yang baik kepada manusia dan menghendaki kebaikan hidup manusia dalam semua bidangnya sebagai perwujudan dari rahma kasih sayang-Nya.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
Jamaah yang Budiman
Dahulu agama-agama dominan bersifat demonik yang mengajarkan Tuhan yang jahat kepada manusia. Tuhan dipersepsikan sebagai Dzat yang Maha Kuasa, suka menghukum, sehingga hambanya harus takut dan tunduk karena takut akan hukuman dan siksa dari Tuhan.
Agama mengajarkan kurban dengan manusia sebagai persembahan kepada dewa. Dipercayai bahwa bila kurban itu tidak dipersembahkan, maka dewa akan murka dan menghukum manusia dengan menimpakan bencana, seperti kekeringan atau banjirnya sungai Nil, menurut kepercayaan agama Mesir Kuno.
Kemudian Nabi Ibrahim datang mendakwahkan agama etis yang mengajarkan Tuhan yang baik kepada manusia. Dengan bimbingan Allah, Nabi Ibrahim mengubah ajaran kurban yang kejam ini. Pengubahan ini disimbolkan dengan perintah menyembelih putra yang diganti dengan hewan yang disebutkan dalam kisah al-Qur’an di atas.
Dilanjutkan Nabi Muhammad yang datang kemudian diperintahkan untuk mengikuti Millah Ibrahim dan mendakwahkan agama yang mengandung puncak ajaran ketuhanan itu.
Di sinilah Tauhid Rahamutiyah penting bagi kita beragama berdasarkan cinta kepada Allah, bukan atas dasar takut Allah murka atau hukuman Allah. Tauhid ini juga mengajarkan pada kita, bahwa bertauhid yang benar akan membawa kita kepada sikap yang penuh cinta kasih pada sesama.
***
فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Editor: Yahya FR