Feature

Kisah Gus Dur, Banser, dan Perayaan Natal

2 Mins read

Di antara tokoh Muslim Indonesia, barangkali Gus Dur-lah tokoh yang paling lekat diasosiasikan dengan umat Kristen dan peringatan Natal. Persahabatannya dengan Romo Mangun telah diketahui oleh umum. Bahkan dari persahabatan ini banyak cerita lucu diantara mereka.

Salah satunya ketika Gus Dur hendak shalat di kamar Romo Mangun dan sang Romo bersiap menurunkan salib yang tergantung di dinding tepat di depan Gus Dur yang hendak shalat, tapi dilarang Gus Dur dengan kelakar “Wong saya gak bisa lihat saja kok”.

Pada tahun 1996, setelah peristiwa kerusuhan massal yang berakhir dengan perusakan beberapa gereja di Situbondo, Gus Dur memerintahkan Banser untuk menjaga gereja saat umat Nasrani merayakan Natal.

Sejak saat itu, Banser selalu menjaga gereja saat umat Nasrani melakukan ibadah atau merayakan Natal. Bahkan, kebijakan Gus Dur ini akhirnya melahirkan peristiwa yang sangat menyedihkan. Riyanto, seorang Banser dari Mojokerto, wafat karena ledakan sebuah bom yang dikirim oleh seorang teroris ke Gereja Eben Haizer, Mojokerto.

Pun yang paling kontroversial adalah Ketika Gus Dur membuka “Malam Puisi Yesus Kristus” di gereja. Akibat peristiwa ini, Gus Dur sampai “dikafirkan” salah seorang habib. Saat di Yerussalem pada Desember 2003, Gus Dur membuat sebuah tulisan singkat berjudul “Harlah, Maulid dan Natal”. Di sini, Gus Dur menjelaskan dengan gamblang pandangannya tentang perayaan Natal.

Natal dalam Al-Qur’an

“ …peristilahan “Natal” adalah saat Isa Al-Masih dilahirkan ke dunia oleh “perawan suci” Maryam… Natal, dalam kitab suci Al-Qur’an disebut sebagai “yauma wulida” (hari kelahiran), yang secara historis oleh para ahli tafsir dijelaskan sebagai hari kelahiran Nabi Isa, seperti terkutip: “Kedamaian atas orang yang dilahirkan (hari ini)” (salamun yauma wulid) yang dapat dipakaikan pada beliau atau kepada Nabi Daud.

Baca Juga  Ramadan di Amerika pada Masa Pandemi

Sebaliknya, firman Allah dalam surat al-Maryam: “Kedamaian atas diriku pada hari kelahiranku” (al-salamu ‘alaiyya yauma wulidtu) yang mana jelas-jelas menunjuk kepada ucapan Nabi Isa as. Bahwa kemudian Nabi Isa “dijadikan” Anak Tuhan oleh umat Kristiani, adalah suatu hal yang lain lagi…. Artinya, Natal memang diakui oleh kitab suci Al-Qur’an, juga sebagai kata penunjuk hari kelahiran beliau, yang harus dihormati oleh umat Islam juga.

Bahwa, hari kelahiran itu memang harus dirayakan dalam bentuk berbeda, atau dalam bentuk yang sama tetapi dengan maksud yang berbeda adalah hal yang tidak perlu dipersoalkan. Jika penulis merayakan Natal adalah penghormatan untuk beliau dalam pengertian yang penulis yakini, sebagai Nabi Allah. … kemerdekaan bagi kaum Muslimin untuk turut menghormati hari kelahiran Nabi Isa, yang sekarang disebut hari Natal. Mereka bebas merayakannya atau tidak, karena itu sesuatu yang dibolehkan oleh agama.”

Mengapa Gus Dur berpendapat seperti itu? Marilah kita baca al-Qur’an, surah Maryam 30-34:

قَالَ اِنِّىۡ عَبۡدُ اللّٰهِ ؕ اٰتٰٮنِىَ الۡكِتٰبَ وَجَعَلَنِىۡ نَبِيًّا

Artinya: “Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.”

وَّجَعَلَنِىۡ مُبٰـرَكًا اَيۡنَ مَا كُنۡتُۖ وَاَوۡصٰنِىۡ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمۡتُ حَيًّا وَّبَرًّۢابِوَالِدَتِىۡ وَلَمۡ يَجۡعَلۡنِىۡ جَبَّارًا شَقِيًّا

Artinya: “Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.”

وَالسَّلٰمُ عَلَىَّ يَوۡمَ وُلِدْتُّ وَيَوۡمَ اَمُوۡتُ وَيَوۡمَ اُبۡعَثُ حَيًّا‏

Artinya: “Dan salam/kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”

ذٰ لِكَ عِيۡسَى ابۡنُ مَرۡيَمَ ۚ قَوۡلَ الۡحَـقِّ الَّذِىۡ فِيۡهِ يَمۡتَرُوۡنَ‏

Baca Juga  Maulid Nabi: Memupuk Rasa Cinta kepada Rasulullah

Artinya: “Itulah Isa putra Maryam, (yang mengatakan) perkataan yang benar, yang mereka ragukan kebenarannya.”

Penyelesaian Masalah Toleransi ala Gus Dur

Di depan para Kiai, Gus Dur menjelaskan akidahnya sekalipun dia menghadiri perayaan Natal: “…masuk gereja…hukumnya tidak haram. …Yesus Kristus hanya sekedar nama yang tidak harus berisi akidah tertentu. Yesus adalah nama dalam salah satu bahasa Eropa yang mempunyai akar dalam Bahasa Siryani. “Esu” dalam Bahasa Arab adalah “Isa”.

Nama Kristus berasal dari Bahasa Yunani Kuno, “Kristos” yang berarti “Juru Selamat”, yang dalam Bahasa Arabnya adalah “Al-Masih”, istilah yang dipakai dalam Al-Qur’an sendiri. Soal i’tiqad yang dikandung kedua kata itu, terserah kepada yang mengucapkannya. Tentu saja, ketika saya mengucapkan Yesus Kristus, akidah yang ada dalam hati saya adalah Ahlusunnah.”

Selamat Natal bagi saudara-saudara Nasrani yang sedang merayakan.

Editor: Marjuki Al Mujakir

Ahmad Zainul Hamdi
27 posts

About author
Pimpinan Umum Arrahim.id; Direktur Moderate Muslim Institute; Senior Advisor Jaringan GUSDURian Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI
Articles
Related posts
Feature

Kritik Keras Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas Tarekat

3 Mins read
Pada akhir abad ke-19 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Minangkabau dan pemimpin Muslim terpelajar, Imam Besar di Masjidil Haram, Mekah, meluncurkan…
Feature

Kazan, Jejak Kejayaan Islam Tertua di Rusia

3 Mins read
Organisasi Internasional BRICS baru saja melakukan konferensi tingkat tinggi tahunan ke-16 nya pada bulan Oktober lalu. Pertemuan organisasi Internasional ke-16 tahun ini…
Feature

Terinspirasi Mesir, Kaum Mudo Minangkabau Merombak Cara Keberagamaan Lokal

3 Mins read
Pada pertengahan abad 19 M sampai dengan awal abad 20 M, dunia Islam mulai menunjukkan semangat revitalisasi untuk menjadikan Islam lebih modernis….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds