Tarikh

Kota Kufah dan Kisah Kejayaan Islam

4 Mins read

Pasca pemerintahan terakhir dalam sistem kepemimpinan Khulafaur-rasyidin, kekuatan politik Mu’awiyah bin Abi Sufyan berhasil menggalang kekuatan politik di Damaskus dengan mendirikan dinasti Umayyah. Tahun 661 M, secara resmi, Mu’awiyah memproklamirkan pemerintahan dinasti Umayyah. Pada masa pemerintahan dinasti ini, kota Kufah menjadi salah satu kota penting setelah kota Damaskus. Rezim Umayyah menjadikan Kota Damaskus dan Kufah sebagai pusat pemerintahan dan peradaban.

Strategi Mu’awiyah

Langkah-langkah yang ditempuh oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan dalam menggalang kekuatan politik umat Islam pasca fitnah kubra membutuhkan strategi dan pemikiran cerdas. Sengketa pembunuhan berantai dari khalifah ketiga (Usman bin Affan) hingga keempat (Ali bin Abi Thalib) mengakibatkan lahir faksi-faksi politik dan keagamaan di tubuh umat Islam.

Mendamaikan kubu-kubu yang berseteru selama beberapa dekade merupakan tugas berat Mu’awiyah. Dalam upaya mendamaikan faksi-faksi politik dan keagamaan di tubuh umat Islam, Mu’awiyah menggunakan dua strategi dalam menegakkan kembali kekuasaan umat Islam (Albert Hourani, 2004: 149).

Pertama, rezim Umayyah dibantu para penguasa lokal dan pemimpin agama menegakkan kembali hukum dan adat yang berlaku di beberapa wilayah. Rezim Umayyah menerapkan kebijakan desentralisasi dalam upaya menegakkan kembali kekuatan politik Islam. Pemerintah pusat memberikan keluasan bagi para penguasa di setiap wilayah untuk menerapkan hukum dan menjalankan adat masing-masing.

Kedua, dalam menegakkan kembali hukum dan adat, para penguasa dan pemimpin agama mempertimbangkan ayat-ayat al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw yang diinterpretasikan kembali. Setiap perbuatan dan tingkah laku umat Islam harus berdasarkan pada sumber-sumber otentik, yaitu al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw. Dari sinilah kemudian lahir komunitas-komunitas keagamaan yang mempertahankan hukum dan adat tertentu sebagai perwujudan dari hukum dan adat berdasarkan Islam.

Baca Juga  Hijrah Nabi Ibrahim: Dari Politeisme Menuju Monoteisme

Pusat Pemerintahan

Kebijakan rezim Umayyah memang cukup efektif. Penduduk Kota Kufah merupakan basis pendukung Ali bin Abi Thalib sehingga mereka menganut mazhab Syi’ah. Sekalipun rezim Umayyah menganut mazhab Sunni, tetapi kota Kufah mendapat otoritas dan jaminan untuk menjalankan hukum dan adat Syi’ah.

Ketika rezim Umayyah tumbang digantikan oleh dinasti Abbasiyah (749 M), kelompok Syi’ah merupakan lawan politik rezim ini. Dinasti Abbasiyah tidak menjadikan Kota Kufah sebagai pusat pemerintahan dan peradaban. Rezim ini menjatuhkan pilihan di Kota Baghdad sebagai pusat pemerintahan. Terhitung sejak dinasti Abbasiyah berkuasa, segala kebijakan mengalami sentralisasi sehingga masing-masing wilayah kekuasaan harus tunduk pada kebijakan pusat. Hukum yang diterapkan di beberapa wilayah kekuasaan dinasti Abbasiyah harus berkiblat kepada Baghdad.

Kota Kufah yang merupakan basis kelompok Syi’ah menyatakan tidak puas terhadap kebijakan-kebijakan rezim Abbasiyah. Abu As-Saraya, salah seorang tokoh Syi’ah di Kufah, menggerakkan massa pendukung Syi’ah untuk melawan kebijakan rezim. Dia memimpin pemberontakan di kota Kufah dan Bashrah pada tahun 814-815 M.

Abu As-Saraya memberontak dan menyampaikan mosi tidak percaya kepada Al-Makmun, penguasa rezim Abbasiyah pada waktu itu. Walaupun pemberontakan ini dengan mudah dipatahkan oleh pasukan militer rezim Abbasiyah, tetapi kehadiran gerakan pemberontakan yang dipimpin oleh Abu As-Saraya sudah cukup menunjukkan bahwa Kota Kufah merupakan kekuatan politik pendukung mazhab Syi’ah yang tidak bisa dianggap enteng.

Pusat Peradaban

Sejak masa pemerintahan Khulafaur-rasyidin hingga era dinasti Umayyah, Kota Kufah merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting. Banyak ulama dan ilmuwan terkenal lahir di kota ini. Beberapa sahabat Nabi saw yang menetap di kota ini antara lain: Ibnu Abu Waqqas, Abu Musa, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Salman, Ammar bin Yasir, dan Huzaifa bin Yaman.

Baca Juga  Sejarah Muhammadiyah dan Etnis Tionghoa

Abdullah bin Mas’ud, salah seorang sahabat Nabi saw, mengajarkan tafsir dan hadis di kota ini. Yahya bin Abd Al-Hamid Al-Himmani, ulama ahli hadits terkemuka, melakukan proses pengumpulan hadits ke dalam sebuah musnad. Di kota inilah, para ulama terkemuka mengembangkan tradisi ilmiah.

Kufah menjadi saksi sejarah ketika seorang ulama besar lahir di kota ini. Abu Hanifah bin Nu’man Al-Kufi (699-767 M)—yang masyhur disebut Imam Hanafi—merupakan seorang ulama dalam rangkaian ”mazhab fiqh yang empat” (Maliki, Hanbali, Hanafi, Syafii). Cukup menarik di sini, bahwa di antara keempat imam mazhab fiqh yang empat, ternyata hanya Imam Hanafi yang bukan berasal dari bangsa Arab. Dalam hal ini, Imam Hanafi dikenal sebagai orang a’jam (non Arab). Silsilahnya memiliki pertalian darah dengan bangsa Persia. Dia hidup pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan (dinasti Umayyah).

Imam Abu Hanifah mendirikan sekolah Sunni terkemuka di kota Kufah. Masyarakat Kufah yang cukup terbuka dan modern mewarnai corak mazhab fiqh Hanafi. Di antara keempat mazhab fiqh Islam, pendapat-pendapat Imam Hanafi dikenal sangat rasional. Mazhab fiqh Hanafi merupakan corak pemikiran hukum dan adat Islam yang berkembang di kota Kufah.
Selain berkembang mazhab Sunni di Kufah, Muhammad Al-Baqir dan Jafar Al-Sadiq, dua imam Syi’ah terkemuka, juga turut memberikan pengaruh di kota ini. Dengan demikian, Kufah merupakan kota penting bagi kelompok Sunni dan Syi’ah.

Pada masa pemerintahan Al-Mahdi (775–785 M) dan Harun Ar-Rasyid (786–809 M), gubernur kota Kufah dijabat oleh Ibnu As-Sabah. Dia putra Asy’ats bin Qais, salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw. Nasabnya dapat dilacak sebagai keturunan Ya’rib bin Qathan, raja di wilayah Qindah.

Baca Juga  Kisah Junaid Al-Baghdadi Berguru kepada Orang Gila

Pusat Pemikiran dan Kebudayan

Ibnu As-Sabah, gubernur kota Kufah, memiliki seorang putra yang di kemudian hari dikenal sebagai salah satu pemikir terbesar dalam sejarah umat Islam. Dialah Al-Kindi. Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Sabah bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin Al-Asy’ats bin Qais Al-Kindi, filosof Muslim pertama yang hidup di era kejayaan dinasti Abbasiyah di Baghdad.

Selain perkembangan hukum Islam (Sunni dan Syi’ah) dan filsafat Islam, kota Kufah juga menjadi saksi sejarah kelahiran genre kaligrafi Islam gaya baru. Al-Qalqashandi adalah seniman Muslim yang berhasil merangkai seni tulisan indah (kaligrafi) dari gaya Al-Hiri, Al-Anbari, Al-Makki, dan Al-Madani (genre pra Islam) menjadi sebuah genre kaligrafi baru yang dikenal dengan ”Khatt Kufi.” Dalam Al-Fihrist, Ibnu An-Nadim memberikan nama genre kaligrafi baru dengan sebutan ”Kufi.”

Kota Kufah menjadi saksi sejarah kelahiran Abu Musa Jabir bin Hayyan (lahir di Kufah pada 750 M). Dia ahli kimia terkemuka yang belajar kepada Barmaki Vizier pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid (Abbasiyah) di Baghdad.

Kota Kufah merupakan saksi sejarah kegemilangan umat Islam, sejak masa pemerintahan Khulafaur-rasyidin sampai berakhirnya rezim Abbasiyah. Hingga kini, sisa-sisa peninggalan bersejarah di kota ini masih terpelihara, sekalipun banyak juga yang hancur pasca invasi militer Amerika Serikat di Irak.

157 posts

About author
Pengkaji sejarah Muhammadiyah-Aisyiyah, Anggota Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah.
Articles
Related posts
Tarikh

Hijrah Nabi dan Piagam Madinah

3 Mins read
Hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi merupakan salah satu peristiwa paling bersejarah dalam perkembangan Islam, yang…
Tarikh

Potret Persaudaraan Muhajirin, Anshar, dan Ahlus Shuffah

4 Mins read
Dalam sebuah hadits yang diterima oleh Abu Hurairah dan terdapat dalam Shahih al-Bukhari nomor 1906, dijelaskan terkait keberadaan Abu Hurairah yang sering…
Tarikh

Gagal Menebang Pohon Beringin

5 Mins read
Pohon beringin adalah penggambaran dari pohon yang kuat akarnya, menjulang batang, dahan dan rantingnya sehingga memberi kesejukan pada siapa pun yang berteduh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds