Tarikh

Said bin Amir, Gubernur Miskin yang Dermawan

4 Mins read

Said bin Amir merupakan salah satu sahabat Rasulullah. Said bin Amir masuk Islam setaelah pembebasan perang Khaibar. Said bin Amir merupakan orang yang sangat sederhana bahkan bisa dikatakan miskin. Ia juga mempunyai istri yang sangat shalihah yang selalu menemani dan patuh kepadanya.

Said bin Amir Gubernur yang Miskin

Pada suatu hari, Said bin Amir sedang berdiri melihat para tawanan muslim yang akan dieksekusi. Pada saat itu, ada Khubaib bin ‘Adiy yang akan dieksekusi. Namun pada saat itu, ia masih dalam keadaan musyrik. Said bin Amir melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Khubaib bin ‘Adiy dieksekusi. Khubaib bin ‘Adiy sahabat nabi yang sangat bertakwa sehingga ia rela meninggalkan anak istrinya demi mempertahankan keimanannya dan ia siap untuk dieksekusi.

Pada masa khalifah Umar bin Khattab, ia diangkat menjadi gubernur di kota Homs, Syiria. Namun pada awalnya, ia menolak. Tapi Umar bin Khattab tetap memaksa dan meyakinkannya karena Umar bin Khattab percaya kepadanya untuk dijadikan gubernur kota Homs. Akhirnya, ia menerimanya.

Di suatu ketika, Umar bin Khattab meminta perwakilan dari kota Homs untuk menuliskan nama-nama orang fakir yang ada di kota Homs. Setelah perwakilan tersebut memberikan catatan yang berisi nama-nama orang fakir, Umar bin Khattab bertanya kepadanya, “Siapakah Said bin Amir?” lalu perwakilan tersebut menjawab, “Dia adalah pemimpin kita”, kemudian Umar bertanya lagi, “Apakah pemimpin kalian termasuk orang yang fakir?” kemudian perwakilan itu menjawab lagi, “Iya betul, selama ini kita tidak pernah melihat ada penerangan di dalam rumahnya”.

***

Setelah itu, sontak seketika air mata Umar bin Khattab jatuh hingga membasahi jenggotnya. Lalu, Umar menitipkan uang 1000 dinar yang disimpan di dalam kantong untuk diberikan kepada Said bin Amir. Umar bin Khattab menitip pesan kepadanya seraya berkata, “Sampaikan salamku kepada Said bin Amir, dan berikan uang ini untuk ia memenuhi kebutuhan hidupnya”.

Baca Juga  Masuknya Islam ke Indonesia: Prabu Siliwangi dan Raden Patah

Setelah perwakilan tersebut pulang ke kota Homs, ia memberikan titipan tersebut kepada Said bin Amir. Setelah melihat isi yang ada di dalamnya, Said bin Amir kaget seraya berkata, “Innalillahi wa inna ilaihi rajiun”. Kemudian istrinya mendekati seraya bertanya, “Ada apa Said? Apakah Amirul Mukminin telah wafat?”, lalu Said menjawab “Ini lebih dahsyat dari pada itu, telah masuk kepadaku dunia yang akan merusak akhiratku”. Kemudian istrinya berkata lagi, “Maka campakkanlah sesuatu itu”, lalu Said menjawab, “Maukah kamu membantuku untuk menyingkirkan ini?”, istrinya menjawab, “Iya aku mau”. Akhirnya Said membagi uang itu dalam beberapa kantong kemudian ia berikan kepada fakir miskin yang lainnya. Padahal istrinya tidak mengetahui tentang apa yang diberikan oleh Umar bin Khattab beserta isinya.

Said bin Amir Tidak Memiliki Pembantu

Pada suatu hari, Umar bin Khattab berkunjung ke kota Homs untuk melihat keadaan di dalamnya dan menanyai kepada masyarakatnya mengenai pemimpinnya. Umar bin Khattab bertanya kepada masyarakat Homs bagaimana tanggapan mereka tentang kepemimpinan Said. Lalu mereka semua menjawab bahwa mereka suka dengan kepemimpinan Said. Akan tetapi mereka mempunyai beberapa keluhan mengenai sikapnya.

Kemudian Umar bin Khattab memanggil Said untuk berbicara masalah keluhan masyarakatnya. Setelah ia ada di tengah-tengah perkumpulan Umar bin Khattab bersama masyarakatnya, lalu Umar bin Khattab bertanya kepada mereka, “Lalu apa yang kalian keluhkan terhadapnya?”, mereka menjawab, “Yang pertama, Said tidak keluar untuk menemui rakyatnya kecuali setelah matahari tergelincir”, lalu Umar bin Khattab melirik kepada Said, kemudian Said menjawab, “Sungguh aku malu untuk mengatakan ini, aku tidak mempunyai pembantu sehingga setiap pagi aku membuatkan adonan roti untuk keluargaku dan menunggunya hingga adonan tersebut mengembang kemudian aku buatkan roti untuk sarapan pagi keluargaku dan setelah itu baru aku berwudu dan keluar untuk mengurusi rakyat”.

Baca Juga  3 Maret 1924: Ketika Kekhalifahan Islam Berakhir

Kemudian Umar bin Khattab bertanya lagi kepada masyarakat, “Lalu apalagi keluhan kalian?”, masyarakat menjawab, “Sesungguhnya iar tidak suka ditemui oleh siapapun di malam hari”. Kemudian Said langsung menjawab, “Sesungguhnya aku telah berkhidmat untuk rakyat pada siang hari, maka aku ingin menjadikan malamku untuk beribadah kepada Allah”.

***

Kemudian Umar bin Khattab bertanya lagi, dan masyarakat menjawab, “Sesungguhnya ada satu hari dalam satu bulan di mana ia tidak keluar sama sekali untuk menemui rakyatnya”. Said bin Amir menjawab, “Sesungguhnya aku tidak mempunyai pakaian yang bagus kecuali pakaian yang saat ini melekat di badanku, maka dari itu aku mencucinya dan menunggunya kering lalu aku pakai kembali”.

Umar bin Khattab bertanya lagi, lalu masyarakat menjawab, “Sesungguhnya Said bin Amir sering kehilangan kesadaran sehingga ia melupakan orang-orang yang ada di sekitarnya”. Lalu Umar bin Khattab bertanya kepada Said bin Amir, “Lalu bagaimana tanggapanmu mengenai ini?”. Kemudian Said bin Amir menjawab, “Sesungguhnya aku telah melihat pada saat Khubaib bin ‘Adiy dicincang-cincang di depan hadapanku, namun pada saat itu aku tidak menolongnya karena aku masih dalam keadaan musyrik, maka aku berpikir bahwa Allah tidak akan mengampuniku, sebab itulah yang membuatku hilang kesadaran”. Setelah Umar bin Khattab  mendengar semua penjelasan dari Said, ia bersyukur karena prasangka buruk tidak terjadi kepada Said . Karena Umar bin Khattab yakin bahwasannya Said adalah orang yang sangat baik.

Said bin Amir Sangat Dermawan

Setelah kejadian itu, Umar bin Khattab memberikannya lagi uang sebanyak 1000 dinar kepada Said. Kali ini istrinya melihat pemberian dari Umar bin Khattab, akhirnya istrinya senang karena kebutuhan hidupnya akan terpenuhi dan ia bisa mencari seseorang yang mau diberi upah sebagai pembantu. Tapi, ia bertanya kepada istrinya, “Apakah kau punya sesuatu yang lebih baik dari itu?”, lalu istrinya berkata, “Apakah itu?”, lalu Said menjawab, “Kita kembalikan lagi kepada orang yang membawanya, dan hal itu lebih kita butuhkan”. Kemudian istrinya bertanya lagi, “Apakah itu?”, Said menjawab, “Kita pinjamkan uang tersebut kepada Allah sebagai pinjaman yang baik”, istrinya menanggapi, “Benar, dan semoga engkau akan dibalas dengan kebaikan karenanya”.

Baca Juga  Gejolak Politik Rasial Pasca Kemerdekaan Malaysia

Karena istrinya merupakan seorang istri yang shalihah, maka istrinya tunduk dan patuh terhadap apa yang dikatakan oleh suaminya. Lalu kemudian setelah itu, ia membagikan uang tersebut ke dalam beberapa kantong dan membawanya untuk diberikan kepada janda, yatim, dan fakir miskin umat muslim. Begitu sederhana kehidupannya, walaupun ia seorang yang fakir miskin tapi ia tetap mementingkan kepentingan rakyatnya dari pada dirinya sendiri.

Kisah ini diambil dari Kitab Al-‘Arabiyyah Linnasyiin Tilmidz Jilid 5.

Editor: Yahya FR

Siti Hasanatul Mutmainnah
1 posts

About author
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Mahasantri di Pondok Pesantren Luhur Sabilussalam
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *