Review

Kulakan Hikmah dalam Beauty and The Bis

2 Mins read
Oleh: Fathor Razi*

 

Kita boleh menempuh perjalanan ke mana saja. Akan tetapi, tidak semua perjalanan yang kita tempuh, dapat kita rangkai dalam sebuah catatan-catatan inspiratif, penuh humor-humor cerdas–tanpa mengecualikan hamparan hikmah. Kita sendiri bisa kulakan hikmah dalam Beauty and The Bis.

Buku Beauty & The Bis ini bisa dikatakan sebagai “sisi lain” dari sosok M. Faizi, yang memang sebelumnya lebih dikenal sebagai penyair, penerjemah, dan bahkan seorang kiai-musisi yang cukup nyentrik. Itulah sebabnya, buku ini seperti menghadirkan suatu model atau corak yang berbeda-sejauh jaukangan saya sih–dengan buku-buku catatan perjalanan lainnya. Bahkan, bisa jadi jarang ditulis oleh penulis pada umumnya.

Dalam sebuah acara Talk Show yang diselenggarakan oleh Kafe Basabasi Yogyakarta, pada hari Selasa, 20 Februari lalu, Faizi memberikan penegasan tentang bukunya ini. “Buku ini murni catatan perjalanan. Yaitu perjalanan dengan menggunakan bus. Jadi, buku ini tidak menceritakan tentang sesuatu yang berkaitan dengan bus. Kalau saya tulis suasana atau kesan saya terkait tempat-tempat yang saya kunjungi, itu namanya panduan wisata,” katanya.

Perjalanan dengan Sukacita Pun Dukacita

Saya menikmati tiap bagian bab dalam buku ini, terutama ketika menjumpai kisah penulis melalui catatan perjalanan Mudik Jogjakarta-Surabaya, kejadian di hari Rabu, tanggal 22 Januari 1998. Alur cerita membuat emosi pembaca naik-turun, tersebab bus yang penulis tumpangi bersama rombongan di dalamnya macet tengah jalan. Namun, sang sopir bus tetap pada prinsipnya melayani sepenuh hati, yang melepaskan prioritas materi an-sich.

Melalui catatan perjalanan Faizi – terlepas menurutnya tidak memiliki daya dobrak yang luar biasa sebagaimana juga terjadi dalam cerpen dan novel – seyogianya pembaca dapat mengambil pelajaran sekaligus bentangan makna dari pengalaman serta nilai-nilai kemanusiaan yang bersebaran dan berlamparan di antara dialog atau pun persinggungan si penulis dengan sopir, kondektur, dan sesama penumpang di dalam bus. (hlm. 6).

Baca Juga  Islam dan Kemanusiaan di Mata Bung Karno

Perjalanan menggunakan transportasi—khususnya Bus—tidak hanya dipandang secara fisik semata, melainkan kebatinan kita diharapkan semakin kuat dalam merasakan hal-hal yang berkaitan perjalanan tiap kilometer yang akan atau dilalui dengan sukacita pun dukacita.

Kulakan Hikmah dalam Beauty and The Bis

Maka dari itu, bagi saya, terdapat pula sakralitas moral dalam catatan perjalanan di dalam buku ini yang dirangkai dengan baik. Kesaksian demi kesaksian penulis dalam alur cerita perjalanan barangkali sangat jarang ditulis oleh penulis pada umumnya.

Bagi saya, buku ini tidak sekadar catatan biasa, karena di dalamnya ada selipan risalah, ibrah, dan hikmah yang dapat menyadarkan kita betapa kita terkadang remeh-temeh/egois terhadap macam-macam persoalan sekecil apapun.

Kita mungkin sadar, setiap kali bepergian dengan menempuh perjalanan berjam-jam lamanya menggunakan alat transportasi: Bus atau Kereta, banyak hal-hal yang berharga untuk bisa diceritakan dari perjalanan kita, namun demikian, terkadang hal tersebut seperti angin berlalu, tak bisa disimpan rapi dalam ingatan dan dapat tak sempat dituliskan.

Oleh karena itu, bagi 3P (penikmat, pengamat, dan pencatat ihwal catatan perjalanan), sejumlah peristiwa akan bisa ditangkap lewat bidikan lensa jurnalistiknya. Deretan cerita mengalir yang pada akhirnya menginspirasi dan memberikan manfaat kepada banyak orang.

Namun demikian pula, melalui buku ini, siapa pun bisa mencatat sekian keunikan untuk mengisi waktu luang, di saat menempuh perjalanan menggunakan alat transportasi umum, khususnya tidak mustahil bagi penikmat bis atau bismania untuk berbagi cerita tentang perjalanannya.

Buku ini bisa dibaca di halaman yang Anda sukai, karena tersaji dalam beberapa etape di daftar isi. Buku ini disarankan ada di tangan Anda, karena buku ini bisa dibaca di sela-sela menunggu bus di Terminal, Kereta di Statiun, atau menunggu teman di Kafe atau di tempat lainnya. Saya sangat menikmati cerita-cerita perjalanan yang menggugah sekaligus menginspirasi yang ditulis M Faizi ini.

Baca Juga  Post-Puritanisme: Pemikiran Gerakan Islam Modernis 1995-2015

Ditulis di ruang tunggu di terminal Purabaya-Surabaya, Sabtu, 3 November 2018.

 

*) Alumni Magister Studi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

 

Judul Buku      : Beauty & The Bis

Penulis             : M. Faizi

Penerbit           : Basabasi, Yogyakarta

Cetakan           : I, Januari 2018

Tebal               : 216 Halaman

ISBN               : 978-602-6651-77-8

Avatar
1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Review

Madzahibut Tafsir: Meneliti Madzhab Tafsir dari Klasik hingga Kontemporer

4 Mins read
Prof. Abdul Mustaqim menulis buku berjudul “Madzahibut Tafsir, Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Periode Klasik Hingga Modern”. Buku ini terbit cetakan pertama pada…
Review

Debat Bergengsi Epikureanisme vs Stoikisme Tentang Tuhan

3 Mins read
Wacana mengenai ketuhanan bukanlah persoalan yang baru muncul pada zaman kontemporer ini. Jauh sebelum Islam dan Kristen lahir di dunia ini, manusia…
Review

Pasang Surut Politik Islam dalam Gelanggang Sejarah Bangsa Indonesia

5 Mins read
Islam sebagai sumber moralitas dan idealitas tidak mungkin dipisahkan dari wawasan kekuasaan. Kekuasaan tanpa didasari moralitas hanya akan melahirkan banalitas sebagaimana yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *