Kuliner Nusantara yang begitu kaya dengan rempah-rempahnya, bumbu-bumbu khas kulinernya mulai dari Sabang sampai Merauke tidak akan ada habisnya bila dijadikan cerita. Dari sejarah, asal usulnya, sampai bagaimana rentetan cerita sebuah kebudayaan makan bisa terus ada dan masih dilestarikan hingga sekarang.
Kebiasaan makan bersama memiliki latar belakang sejarah unik di baliknya. Berbagai daerah atau suku seperti Sunda, Jawa, bahkan Bali pun punya sebutan nama berbeda yang erat kaitannya dengan kebiasan adat istiadat di Nusantara.
Indonesia awalnya dikenal sebagai negeri penghasil rempah yang berlimpah. Dari bumbu berdasar rempah inilah banyak masakan khas asli Indonesia yang tercipta.
Bukan itu saja, interaksi perdagangan dengan negeri luar Indonesia, menciptakan persilangan jenis masakan yang juga memperkaya selera. Hingga kini, dikenal banyak masakan Indonesia yang mendunia.
Dari rendang, nasi goreng, hingga sate telah banyak memanjakan para penikmat dan pencari kepuasan selera. Dan inilah sebagian masakan Nusantara dengan kisah perkembangannya di Indonesia.
Keberagaman Kuliner di Indonesia
Masakan Indonesia merupakan tradisi kuliner yang paling kaya di dunia dan penuh dengan cita rasa yang kuat. Hampir seluruh masakan Indonesia kaya akan bumbu yang berasal dari rempah-rempahnya yang beragam.
Meskipun demikian, keberagaman jenis kuliner yang ada di Indonesia tidak lepas dari pengaruh budaya dan globalisasi kuliner yang berasal dari negara lainnya, seperti Tiongkok, India, dan Eropa.
Memang, Indonesia memiliki ragam kuliner yang tidak akan ada habisnya untuk terus diulik akan dari sisi historisitasnya maupun kekhasan dari bumbu atau di balik makanan tersebut tersimpan makna apa.
Banyak faktor yang memengaruhi keberagaman kuliner nusantara ini. Setiap resep masakan yang ada di Indonesia, terbentuk dari sejarah dan budaya bangsa ini. Dengan memahami ini, kita semua akan semakin menghargai masakan Indonesia yang lezat karena betapa indahnya masakan itu. Apalagi, di negara yang kaya akan sejarah dan tradisi seperti Indonesia ini, makan nggak hanya sekedar makan.
Tradisi di Balik Masakan Indonesia
Tradisi, cerita, dan budaya seperti menyatu dalam setiap resep masakan. Masakan-masakan yang ada di Indonesia adalah produk dari resep kuno bangsa ini sendiri yang disempurnakan oleh pengaruh dari budaya lain seperti India, Cina, Timur Tengah, dan Eropa.
Kita tahu kalau Indonesia punya makananan yang beragam. Setiap etnis di Indonesia memilki resep unik khusus untuk budaya mereka. Masakan Padang yang kaya akan rempah untuk menghangatkan tubuh karena mereka tinggal di dataran tinggi yang dingin. Kemudian, makanan orang Jawa yang terkenal manis.
Di Indonesia, satu sajian bisa memiliki puluhan versi di seluruh wilayah. Contohnya sate. Sate yang kita tahu adalah daging yang ditusuk ke bambu kemudian dibakar dengan bumbu kecap.
Namun asal kamu tahu, setidaknya ada 20 resep berbeda yang diadopsi di berbagai daerah, tergantung pada rasa lokal dan ketersediaan bahan. Misalnya, Sate Lilit Bali menggunakan santan dan serai, bahan-bahan yang ada di wilayah tersebut. Kemudian sate padang yang disiram dengan bumbu kari khas masakan padang.
Nasi Sebagai Makanan Pokok Orang Indonesia
Nasi adalah makanan pokok dalam makanan Indonesia. Bagi orang Indonesia, makanan seperti roti dan sereal hanya dianggap sebagai makanan ringan, karena tidak dikonsumsi dengan porsi nasi.
Uniknya, orang Indonesia juga menggunakan nasi untuk membuat makanan penutup seperti puding nasi. Selain beras, beberapa budaya di Indonesia memiliki makanan pokok lainnya seperti singkong, ubi, dan jagung.
Makanan di Indonesia memang terpengaruh dari budaya sendiri. Namun, imigran Cina juga berkontribusi banyak dalam membuat masakan Indonesia menjadi seperti sekarang. Ketika imigran Cina menetap di Indonesia, banyak resep yang tercampur dengan budaya lokal.
Bahkan nasi goreng yang terkenal ini diadopsi dari tradisi Cina menggoreng nasi sisa di pagi hari. Banyak hidangan asli Cina di Indonesia telah berasimilasi begitu dalam sehingga banyak orang bahkan nggak nyadari ini. Kalau kamu suka makan siomay, bakso, dan bakmi, semuanya berasal dari Cina.
Makna dan Nilai pada Kuliner Tradisional
Kuliner menjadi sebuah sajian yang sangat indah ketika menjelang sebuah acara atau memang menjadi kekhasan masing-masing keluarga atau masyarakat suku. Kuliner memang menjadi sebuah sisi yang akan makna yang tersirat maupun tersurat dan beberapa rempah-rempah yang khas Nusantara menjadi bumbu yang tak pernah lekang termakan oleh usia. Itulah yang kemudian menjadi sebuah ciri khas sebuah makanan Nusantara dengan ragam corak, bumbu, dan cerita historis di belakangnya.
Ada sebuah nilai yang terkandung dalam macam-macam makanan tersebut menjadi sebuah olahan yang membuktikan bahwa begitu beragam makanan dan kuliner Nusantara.
Tentunya, olahan makanan dan kuliner tersebut bukan hanya langsung di sajikan, sebagian menjadi salah satu menu andalan dalam sebuah warung, tapi ada salah satu makna yang terkandung dalam sebuah makanan dan kuliner yang patut kemudian menjadi sebuah salah satu kajian historis dalam menelaah kajian kekulineranan Nusantara.
Pada dasarnya, masyarakat lokal Indonesia mencari sisi di mana ada sebuah nilai-nilai yang terkandung dalam setiap kegiatan terutama mengenai ketradisian leluhur. Makna dan nilai tersebut menjadi sebuah perekat yang amat sangat solid dalam ras lokal masyarakat Indonesia dulu hinga saat ini.
Sayangnya, ada sebagian kelompok masyarakat yang kurang setuju dengan ritualitas yang dilakoni sejumlah masyarakat tersebut dikarenakan bentuk penyandaran tradisi lokal dibawa hingga aras agama.
Namun, semua itu kita tepis jauh-jauh sebagai wacana lama dan mari kita semua buka dalam sebuah lembaran dalam membangun keharmonisan dan toleransi antar semua umat agama, suku, budaya yang ada di bumi pertiwi Indonesia ini.
Makanan yang khas ala Jawa atau yang lainnya sering menyajikan dengan nuansa yang berbeda, seperti tumpeng ketika ada acara mauludan, kenduri ketika acara slametan, kupatan ketika ada acara kelahiran, atau hari raya idul fitri dan masih banyak lagi.
***
Aras ini sudah masuk pada porsi di mana budaya atau tradisi mulai bersinggungan dan bersentuhan dengan agama. Namun, sebagian kelompok persinggungan tersebut tidak perlu di perdebatakan, terutama mengenai makanan, kenapa harus menyajikan sesajian, kendurian, dan lainnya, tidak perlu diulas kembali, terpenting ada satu makna yang tanpa sengaja memberikan sisi sosial yang baik kepada sesama umat manusia.
Kemajemukan agama, kemajemukan budaya, suku, dan tradisi, jangan kemudian jadikan itu sebuah alasan pemecah belah. Pasalnya, disinggung bahwa tradisi lokal merupakan perbuatan menyimpang agama. Padahal, dengan adanya tradisi lokal tersebut, masyarakat bisa bersatu, sahaja, dan harmonis.
Senyampang semua kegiatan tersebut diisi dengan kegiatan positif, jangan hanya menilai semua dari sisi luarnya. Proses penyebaran Islam Wali songo ialah tanpa adanya kekerasan, semua di lebur dengan keharmonisan.
Kemajemukan masyarakat merupakan realitas yang perlu disyukuri, dan itulah Indonesia. Seperti kuliner tumpeng, kenduri, ayam ingkung dan jenang merupakan makanan atau kuliner yang hadir ketika dalam sebuah hajatan-hajatan tertentu dan itu dikaitkan akan makna yang indah.
Pada intinya, mereka juga hadir dalam sebuah acara tersebut penuh dengan khidmat tanpa adanya penyalahan dan bertujuan membangun keharmonisan sesama umat. Makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam membangun sebuah kerukunan dalam ragamnya tradisi, budaya, dan agama di Indonesia, harus bisa terealisasi dengan adanya sebuah kegiatan yang indah.
Salah satunya sebuah tradisi dengan menujukkan dan menjamu dengan berbagai kuliner makanan tradisional. Dalam hal tersebut, tersirat sebuah makna penghormatan kepada leluhur dan berdoa atas rezeki yang bisa untuk dipanen yang di panjatkan doa kepada Tuhan. Kuliner yang tersaji merupakan kecirikhasan pada sebuah perhelatan agung.
Dengan menghadirkan para tetangga, sanak keluarga untuk ikut serta dalam memasak ketika sebuah acara berlangsung, merupakan sebuah tradisi sosial lokal yang turut untuk membantu dalam membuat makanan.
***
Makanan tradisional semacam tumpeng, kenduri, ayam ingkung, dan jenang, tidak tersaji kalau tidak ada sebuah acara atau kegiatan besar yang menyita banyak kerumunan massa.
Makanan tersebut, menjadi sebuah makna dalam kehidupan orang yang sedang menyelenggarakan sebuah hajatan dengan tujuan yang mulia.
Itulah senarai mengenai tradisi sajian kuliner khas Nusantara yang bermakna dan syarat akan sebuah ajaran-ajaran moral pada kehidupan manusia. Makna kuliner, makanan tradisional yang ada sejak Nusantara awal (animisme-dinamisme) hingga peradaban baru Islam, merupakan sebuah sajian moral dan berbalut makna yang menjadikan setiap tingkah laku ialah norma kultural.
Rempah-rempah yang sudah melegenda hingga menjadi sebuah masakan yang khas ala Nusantara yang syarat akan makna dan penuh dengan nilai-nilai tradisi dengan tujuan membangun kesahajaan hidup dengan terus melestarikan tradisi.
Tradisi menjadi sisi kebiasaan yang arif dengan membalut keharmonisan, menyatukan umat manusia dengan ragam hiasnya kultur dengan disajikan kuliner sebagai akhir dari sebuah hajatan.
Itulah makna pada setiap tradisi, bahwa makanan ialah sajian akhir dan hidangan yang menyatukan dari semua lini masyarakat dengan khasnya makanan ala Nusantara dengan syarat akan makna.
Editor: Yahya FR