Feature

Madarij Al-Shu’ud, Syarah Maulid Nabi Karya Syekh Nawawi al-Bantani

3 Mins read

Kelahiran Nabi Muhammad Saw ke dunia telah menjadi sebuah anugerah dan rahmat yang sangat besar sekali. Sebagaimana dalam surah al-Anbiya ayat 107: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai Rahmat bagi seluruh alam”. Kehadirannya menjadikan kita keluar dari jurang kegelapan kepada cahaya sehingga mampu mengenal Allah Swt.

Tidak heran jika banyak para peneliti, baik dari barat seperti, Annemarie Schimmel menulis buku “Dan Muhammad adalah utusan Allah, Cahaya Purnama Kekasih Tuhan”, atau timur yang memuji sosok Nabi Saw karena akhlak, sifat, dan jasanya yang besar sekali bagi umat manusia. Mereka pun menulis bagaimana keseharian Nabi Saw, mulai dari perkataan, perilaku, hingga ketetapannya. Sehingga dikenal dengan Sirah Nabawiyah.

Syekh Ja’far al-Barzanji merupakan seorang ulama yang mempunyai karya kitab Sirah Nabawiyah berbentuk syair. Kitab syair ini kemudian dikenal dalam berbagai tradisi, khususnya di Indonesia dinamakan sebagai kitab Barzanji. Secara garis besar kitab Barzanji berisi kelahiran Nabi Saw, silsilah, perjuangan, hingga wafatnya. Karena kitab ini dikemas dengan kekuatan sastra yang tinggi, maka belum banyak orang yang memahami makna yang terkandung dalam kitab ini.

Sehingga mulailah kitab Barzanji ini mulai di syarahi. Salah seorang yang mensyarahi kitab ini adalah Syekh Nawawi al-Bantani yang diberi nama kitab Madarij Al-Shu’ud.

Syekh Nawawi Al-Bantani, Kitab Kuning, dan Madarij Al-Shu’ud

Syekh Nawawi merupakan salah satu ulama yang mempunyai banyak kemampuan dalam bidang ilmu pengetahuan, seperti tafsir, tauhid, fiqih, tasawuf, sejarah nabi, hingga bahasa. Karya-karyanya telah memberikan pengaruh dalam kemajuan Islam di Nusantara. Snouck Hurgronje mengatakan bahwa keistimewaan ulama kit aini (al-Bantani) terletak lebih dibidang pena (qalam) daripada lidahnya. Martin Van Bruinessen menyebutkan sebagai pengarang yang paling produktif (Muqoddas, 2014).

Baca Juga  Empat Karakter Nabi Muhammad yang Harus Diamalkan

Melalui tulisannya, Syekh Nawawi berhasil menunjukkan bahwa warisan pesantren tidak terbatas hanya pada ‘tradisi berbicara’, tetapi juga perbuatan dan tulisan. Syekh Nawawi banyak melahirkan karya atau tulisan berupa kitab kuning (kitab turats) secara umum dipahami sebagai kitab keagaman berbahasa Arab sebagai produk pemikiran ulama masa lampau. Dari segi bentuk kitab kuning meliputi beberapa hal, salah satunya adalah syarah.

Syarah adalah kitab yang ditulis sebagai komentar atau penjelasan dari kitab yang ditulis oleh ulama lain. Tradisi penulisan syarah berawal dari kemandekan aktivtias ijtihad yang mulai terjadi pada pertengahan abad keempat hijriyah dan mencapai puncaknya ketika Baghdad jatuh ke tangan Hulagu Khan dan berlanjut sampai sekarang. Dalam kitab syarah, semua kata atau frasa yang terdapat pada kitab diberi penjelasan, baik aspek bahasa atau makna (Suwarjin, 2017).

Adapun kitab syarah yang ada di Indonesia adalah kitab Madarij Al-Shu’ud, karya Syekh Nawawi Al-Bantani. Melalui komentarnya dalam menulis kitab syarah ini Syekh Nawawi berkata: “Maulid al-Barzanji banyak dibacakan dan dilantunkan di banyak negeri. Bagaimana tidak demikian, ia adalah pesona yang nyata, dan air yang bening menyegarkan. Keindahan sastra kitab al-Barzanji ibarat burung yang terbang tinggi hingga di ranting pohon sambil bersenandung, yang tak dapat ditangkap maknanya” (Sya’ban, 2016).

Syarah ini diselesaikan Syekh Nawawi pada siang hari Sabtu, 19 Rabiul Awwal tahun 1293 H (15 April 1876 M). Adapun dalam menulis penjelasannya, Syekh Nawawi merujuk pada karya sejarah Nabi Saw, seperti al-Khullasahah al-Mardhiyyah karya Syekh Yusuf al-Sunbulawaini dan al-Mawahib al-Ladunniyyah bi al-Minah al-Muhammadiyyah karya Syekh Ahmad al-Qasthalani (Sya’ban, 2016).

Annemarie Schimmel dalam bukunya, “Dan Muhammad adalah Utusan Allah”, menerangkan bahwa teks asli karangan Syekh Ja’far Al-Barzanji dalam bahasa Arab sebenarnya berbentuk prosa. Namun, para penyair kemudian mengolah kembali teks itu menjadi untaian syair. Pancaran kharisma Nabi Muhammad Saw terpantul pula dalam sejumlah puisi yang didendangkan dari masa ke masa (Maksum, 2013).

Baca Juga  Maulid: Momentum Menggali Nilai-Nilai Politik Nabi Muhammad Saw

Adapun karya syarah Syekh Nawawi memiliki beberapa keistimewaan diantaranya, pemakaian bahasa yang mudah dipahami, kemampuan menghidupi isi karangan, dan keluasan isi karangannya yang menunjukkan keluasan ilmunya (Muqoddas, 2014).

Nilai-Nilai Akhlak dalam Kitab Al-Barzanji

Di dalam kitab Al-Barzanji terkandung nilai-nilai pendidikan akhlak bagi kehidupan manusia, diantaranya. Pertama, cinta kepada Allah: bait isi kitab Al-Barzanji dimulai dengan menyebut dzat yang tinggi derajat-Nya dengan segala sifat yang sempurna. “Allah telah menganugerahi keberkahan kepada sesuatu yang dikehendaki dan tidak dikehendaki dan diiringi dengan memuji Allah Swt dengan lisan dan seluruh anggota badan atas segala kemudahan yang menggembirakan”.

Kedua, akhlak kepada Rasulullah Saw. Nilai akhlak kepada Nabi Saw pada kitab Barzanji terdapat dalam kalimat, “Dan saya berholawat dan salam semoga tetap atas Nabi Muhammad, pribadi yang memiliki pancaran nur qadim dan abadi. Ya Allah, berilah shalawat dan salam serta berkah atas Nabi Saw”. Ketiga, akhlak dalam masyarakat. Nilai akhlak dalam masyarakat sebagaimana dalam kitab Barzanji termaktub dalam syair yang bersumber dari akhlak Nabi Saw yakni, “Beliau menyukai orang fakir dan miskin, dan suka duduk Bersama-sama mereka, mau mengantarkan jenazah mereka, dan tidak mau menghinakan orang fakir, betapapun miskin dan melaratnya orang itu” (Nisa, 2019).

Daftar Referensi

Muqoddas, A. (2014). Syekh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi Ilmuan Spesialis Ahli Syarah Kitab Kuning. Tarbawi.

Suwarjin. (2017). Kitab Syarah dan Tradisi Intelektual Pesantren. Mizani: Wacana Hukum, Ekonomi dan Keagamaan.

Sya’ban, A. G. (2016, Desember 12). Madarij Al-Shu’ud: Naskah Maulid Nabi Karya Ulama Nusantara. Diambil kembali dari nu.or.id.

Maksum, S. (2013). Maulid Al-Barzanji Untaian Syair Indah . Yogyakarta: Media Pressindo.

Nisa, R. A. (2019). Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Barzanji dan Implementasinya dalam Pendidikan. Al-I’tibar: Jurnal Pendidikan Islam.

Editor: Soleh

Baca Juga  Kultur Santri Bercelana
Related posts
Feature

Ketika Muhammadiyah Menyekolahkan Putra Kiai Dahlan ke Luar Negeri

2 Mins read
Mungkin Anda jarang mendengar cerita ini. Ini memang bukan cerita populer sekalipun di kalangan Muhammadiyah. Tidak seperti cerita Kiai Dahlan bermain piano….
Feature

Al-Qur`an `Ijaazan wa Khawwashan wa Falsafatan, Kitab Tafsir Warisan Ulama Betawi

2 Mins read
Islam telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari identitas masyarakat Betawi. Sebutan “Betawi” sendiri lazim disematkan kepada penduduk asli Jakarta yang beragama…
Feature

Kedekatan Paus Fransiskus dengan Islam

4 Mins read
Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik baru saja meninggal dunia di Vatikan pada tanggal 21 April kemarin. Sebelumnya saat Misa Paskah di Lapangan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *