IBTimes.ID – Perdamaian tidak tercipta begitu saja. Ia lahir dan dan bertahan berkat kerja keras yang berkelanjutan. Inilah semangat yang diusung Wahid Foundation dan Temasek Foundation dalam program Harmony in Action yang resmi diselenggarakan hari ini, Selasa (22/4) bertempat di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta Pusat.
Kegiatan yang mengangkat tema Beyond Borders: Youth for Peace, Faith, and a Greener Future ini diawali dengan sambutan dari Yenny Wahid, Direktur Wahid Foundation. Dalam pidatonya, Yenny Wahid menceritakan bagaimana gerakannya ini bermula dari keresahan terhadap tantangan perdamaian dan keadilan sosial di Indonesia yang bersifat multidimensional.
Ketimpangan sosial, diskriminasi berbasis gender, etnis, dan agama, serta keterbatasan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan yang layak menghambat terciptanya masyarakat yang sejahtera dan terbuka pada keberagaman. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Wahid Foundation dalam menghadapi persoalan ini adalah pelaksanaan Gus Dur School for Peace (GDSP).
***
GDSP merupakan program pengembangan dan pemberdayaan muda-mudi Indonesia agar mampu menyebarkan spirit kebebasan beragama, keberagaman, toleransi, dan perdamaian di masyarakat. Membawa spirit yang sama, Harmony in Action membuka forum pertukaran gagasan antara pemuda global untuk mengambil inspirasi dari kisah perjuangan satu sama lain sekaligus menumbuhkan solidaritas dalam gerakan membangun perubahan.
“Bersama, kita ingin berbuat baik untuk dunia melalui tata cara pengelolaan yang baik dan inklusif. Kita berkehendak melibatkan berbagai suara mulai dari pemuda, kelompok marjinal, komunitas akar rumput yang menerima dampak besar dari kondisi sosial yang ada dan krisis iklim,” tutur Yenny.
Menurut Yenny Wahid, ketiadaan ruang dialog yang terbuka dan partisipatif akan memicu pesimisme pada pihak-pihak yang terdampak, tetapi tidak dilibatkan. Maka dari itu, penting untuk mulai melakukan upaya-upaya kecil dimanapun kita berada, mengapresiasinya, dan melanjutkannya guna merebut kembali agensi dan mengembalikan rasa berdaya pada diri sendiri, khususnya generasi muda.
“Kita berusaha memastikan bahwa lilin-lilin harapan dan perdamaian senantiasa menyala,” katanya.
***
Hal yang senada disampaikan Ng Boon Heong selaku CEO Temasek Foundation dalam sambutannya. Ng Boon Heong menyebut bahwa perdamaian merupakan variabel penting dari aksi kolektif dan penting untuk membangun dunia yang lebih baik. Namun, variabel ini tidak tercipta dengan sendirinya.
“Kohesi sosial tidak terjadi secara kebetulan. Ini adalah kerja keras yang terus-menerus,” tegasnya.
Bersandar pada kalimat tersebut, Ng Boon Heong menggarisbawahi bahwa perdamaian dan kelekatan sosial ada karena kerja-kerja yang terus menerus dilakukan guna menopangnya. Keduanya bertahan dan berkembang berkat berbagai usaha, seperti dialog lintas iman, suku, ras, dan budaya serta kolaborasi positif yang dikehendaki dengan penuh kesadaran secara berkelanjutan.
Dengan kata lain, persoalan perdamaian dan kohesi sosial akan selalu membutuhkan pemeriksaan dan pengembangan. Sehingga, adalah suatu kewajiban bagi kita untuk terus menyambung pengetahuan dan prakarsa tentangnya kepada generasi yang akan datang di masa depan.
Melalui program ini, Wahid Foundation bersama Temasek Foundation mendorong terbukanya pintu-pintu jejaring yang dibutuhkan generasi muda dalam menjunjung keadilan, perdamaian, dan kohesi sosial di masyarakat. Menghadirkan pembicara dari berbagai agama, generasi, bidang kepakaran, dan komunitas pergerakan, forum ini bermaksud membekali peserta dengan strategi advokasi dan inisiatif akar rumput yang dapat diadopsi ke berbagai bentuk komunitas. Demikian, Harmony in Action memungkinkan kita memberi keterlibatan yang bermakna untuk kemudian melipatgandakannya.
(Soleh)