Tasawuf

Manuskrip Pasaman Bicara Soal Adab Suluk

3 Mins read

Ada yang belum pernah mendengar istilah suluk? Atau bahkan tasawuf? Mari kita pelajari bersama.

Kodikologi dan Manuskrip Nusantara

Seringkali kita bertanya-tanya, sebenarnya dari mana ilmu pengetahuan dapat terjaga kelestarian nya sehingga dapat diwariskan dan dikembangkan seiring berkembangnya zaman. Tentu jawaban sederhananya adalah Tulisan.

Dengan menulis, kita dapat mengukir jejak peradaban untuk selanjutnya dapat diwariskan, dan dengan tulisan kita dapat mengetahui sejarah perkembangan ilmu pengetahuan seiring berjalannya waktu. Sehingga historis dan peristiwa lampau puluhan bahkan ribuan tahun lalu dapat dikaji dan dirasakan lewat tulisan yang diabadikan.

Mengapa kita perlu belajar kodikologi? Sebetulnya apa itu ilmu kodikologi? Hematnya adalah kodikologi merupakan sebuah ilmu yang berfokus pada kajian fisik sebuah naskah kuno. Dengan tujuan agar naskah-naskah yang pernah ditulis oleh para ulama dan ilmuwan terdahulu dapat terjaga kelestariannya. Karena seringkali ditemukan berbagai macam ilmu pengetahuan baru yang bersumber dari naskah-naskah terdahulu yang tidak ada pada penjelasan ilmu pengetahuan zaman sekarang.

Kini penyebaran naskah sudah cukup luas di dunia tak terkecuali Indonesia atau seringkali disebut dengan istilah Manuskrip Nusantara. Banyak manuskrip asli dari Nusantara yang telah ditemukan bahkan telah diabadikan di berbagai perpustakaan manca negara.

Ini menjadi bukti sekaligus indikasi bahwa ternyata para ilmuwan dan ulama nusantara telah banyak membuat karya seperti ilmu pengetahuan atau catatan peristiwa dalam bentuk manuskrip. Tentu tugas kita sekarang sebagai pewaris tahta kekayaan manuskrip nusantara ialah dengan bertanggung jawab menjaga kelestarian dan keutuhan karya-karya manuskrip yang telah diciptakan para ilmuwan dan ulama dahulu.

Ilmu Tasawuf

Tasawuf atau Sufisme (dalam bahasa Arab: تصوف ) merupakan ilmu yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlak, membangun batin serta untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi. Hematnya adalah dengan mengkaji ilmu tasawuf, kita dapat meningkatkan kualitas ke-ihsan-an kita. Seorang muslim tentu harus berpegang pada tiga pilar yaitu Islam, Iman, dan Ihsan.

Baca Juga  Keajaiban-Keajaiban dalam Tasawuf

Tentang islam kita dapat pelajarinya didalam ilmu fikih, karena objeknya adalah syariat secara lahiriyah, seperti syahadat, shalat, puasa, zakat, naik haji, mencari ilmu, dsb. Poin besarnya adalah kelima pilar dari rukun Islam.

Kemudian tentang iman kita dapat pelajari dalam kajian ilmu tauhid (aqidah), karena sasarannya adalah soal keyakinan dan I’tiqad. Bagaimana kita diajarkan senantiasa beriman kepada Allah swt, malaikat-malaikat-Nya, para rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir, serta qadha dan qadhar. Yang seluruhnya tercantum dalam enam pilar rukun Iman.

Kemudian yang terakhir ialah tentang ihsan, banyak dari kita yang masih bertanya-tanya, dengan apa kita dapat memahami hakikat ihsan? Tepatnya tentu dengan mengkaji ilmu tasawuf. Dimana substansinya adalah bagaimana menjadi pribadi yang berakhlak mulia, berbudi pekerti baik, menyucikan jiwa dari segala hasrat dan hawa nafsu dunia, upaya untuk lebih mendekatkan diri pada sang pencipta, dsb.

Tata Cara Adab Bersuluk

Salah satu instrumen yang ada pada kajian ilmu Tasawuf ialah Suluk. Suluk merupakan sebuah istilah dalam ilmu tasawuf yang berarti menyucikan jiwa, membersihkan hati, dan memperbaiki akhlak.

Dalam bersuluk tentu harus diiringi dengan niat serta tekad yang kuat, karena dalam prosesnya bisa dikatakan cukup berat bagi sebagian muslim pada umumnya. Salah satunya ialah melekatkan diri pada sifat wara’ yaitu menjauhkan diri dari perbuatan dosa, maksiat, dan perkara syubhat serta meninggalkan segala hawa nafsu duniawi untuk bisa lebih erat mengabdikan diri pada Tuhannya.

Semua itu dilakukan atas dasar kesungguhan lillahi ta’ala, diniatkan seutuhnya untuk ibadah, bukan untuk mengharap pujian dan sanjungan dari orang lain. Bersuluk memang terbilang cukup berat untuk dilakukan, namun bukan berarti mustahil untuk dilakukan, bahkan bila telah terbiasa bersuluk, segala aktivitas dapat bernilai ibadah serta dapat meningkatkan kualitas amaliyah ibadah kita dimata Allah swt.

Baca Juga  Mistis Bukan Barang Angker!
***

Adapun dalam pelaksanaannya, bersuluk bagi seorang muslim memiliki adab-adab nya tersendiri. Lewat sumber dari salah satu naskah manuskrip Nusantara asal Pasaman, Sumatra Barat disebutkan bahwa setidaknya ada 21 adab dalam proses bersuluk bagi seorang muslim, diantaranya :

  1. Niat dengan ikhlas secara lahir dan batin.
  2. Taubat atas segala dosa-dosa yang diiringi dengan shalat taubat.
  3. Senantiasa menjaga wudhu.
  4. Senantiasa berdzikir dengan kerendahan hati.
  5. Meniadakan hal-hal yang dapat mengganggu hati dari manapun itu.
  6. Menjauhkan segala hal yang membuat khawatir dan ragu.
  7. Senantiasa memanjatkan doa dengan hati yang bersih.
  8. Senantiasa mengaitkan hati dengan hati Mursyid (seorang ahli tasawuf yang menjadi pembimbing muridnya dalam proses perjalanan suci).
  9. Tidak melakukan hal-hal diluar syariat.
  10. Mengurangi konsumsi makanan dan minuman dengan berpuasa.
  11. Mengurangi durasi tidur agar dapat lebih banyak waktu untuk beribadah.
  12. Ber-‘Uzlah (mengasingkan diri) dari segala makhluk dan hasrat duniawi.
  13. Menjunjung tinggi akan kebersihan dan kesucian diri.
  14. Menahan hawa nafsu serta menjaga hasrat duniawi.
  15. Memiliki tekad yang kuat dalam menaati segala aturan dalam bersuluk.
  16. Tetap menjalankan segala perintah syariat dan menjauhi segala yang dilarang.
  17. Menghindari diri dari anggapan serta pikiran bahwa dirinya telah diampuni.
  18. Tidak berputus asa atas apa yang telah dilakukan dan dijalankan.
  19. Berpegang teguh pada janji Allah swt dengan selalu berhusnudzon pada-Nya.
  20. Selalu berhati-hati dan waspada atas azab Allah swt dan senantiasa berlindung pada-Nya.
  21. Selalu mencintai Allah swt dan rasul-Nya.

 Pemaknaan

Sebagian besar dari tulisan diatas diambil dari sumber sebuah karya manuskrip kuno Nusantara. Naskah ini berasal dari Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, dan sekarang disimpan dan dikoleksi oleh lembaga Suaka Luhung Naskah (SULUAH) Padang.

Baca Juga  Mengenal Al-Jili (3): Konsep Insan Kamil (Manusia Sempurna) Al-Jili

Naskah ini masih lengkap dan tingkat keterbacaannya yang masih mudah dipahami. Terdiri dari 6 halaman dan setiap halaman terdiri dari 5 baris tulisan. Naskah  ini beralaskan kertas bergaris Eropa. Tidak ditemukan watermark dan countermark di dalamnya. Naskah ini berisi tentang tata cara mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan cara suluk. Dijelaskan setidaknya ada 21 adab bersuluk untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

Editor : RF.Wulan

Avatar
1 posts

About author
Seorang pembelajar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Bahasa dan Sastra Arab.
Articles
Related posts
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah tidak menjadikan tasawuf sebagai landasan organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya seperti Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, beberapa praktik yang bernafaskan tentang tasawuf…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (2): Diskursus Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah pada awal mula berdirinya berasal dari kelompok mengaji yang dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan berubah menjadi sebuah organisasi kemasrayarakatan. Adapun…
Tasawuf

Urban Sufisme dan Conventional Sufisme: Tasawuf Masa Kini

3 Mins read
Agama menjadi bagian urgen dalam sistem kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki titik jenuh, titik bosan, titik lemah dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds