Review

Membaca Sekilas Tasawuf dari Ilmu Sosial

3 Mins read

Kajian-kajian keislaman khususnya di lingkup UIN atau IAIN telah menggunakan berbagai pendekatan untuk mengkaji obyek atau penelitian yang dikaji. Kajian berbagai pendekatan ini kelak dikenal dengan berbagai nama seperti, interdisiplin, multidisiplin dan transdisiplin.

Ketika saya memutuskan untuk lanjut studi S2 Studi Islam di UIN Sunan Ampel Surabaya terdapat matakuliah “Pendekatan Studi Islam Interdisipliner”, saya memutuskan untuk mencari buku yang menunjang bagi mata kuliah tersebut. Dan, ketika scrool media sosial menemukan buku Tasawuf: Merintis Kajian Interdisiplin yang ditulis oleh Prof. Mujiburrahman, rektor UIN Antasari Banjarmasin. 

Sesuai dengan namanya, buku ini memberikan teori, konsep dan contoh bagi kajian Interdisipliner khususnya bagi kajian agama dalam hal ini adalah tasawuf. Buku ini adalah kumpulan-kumpulan tulisan artikel, jurnal, atau book chapter  dari Prof. Mujiburrahman yang bertemakan tasawuf dengan menggunakan pendekatan interdisiplin.

Bedakan Antara Pengajian dan Pengkajian

Dalam pendahuluannya, Prof. Mujiburrahman membedakan antara pengajian dan pengkajian agama. Jika dalam pengajian mereka umumnya ingin mendapatkan pengetahuan agama sebagai petunjuk hidup dan pencerah jiwa. Misalnya, bagi kalangan santri di pesantren yang mengaji kitab kuning atau para siswa yang belajar di sekolah formal yang belajar al-Qur’an, hadis, akidah dan akhlak. Ataupun para santri yang belajar ilmu canggih seperti ulumul Quran, atau ulumul hadist. Sebagaimana yang disebutkan oleh Prof. Mujiburrahman mereka semuanya ingin memahami pesan-pesan wahyu yang kemudian untuk diamalkan.

Lalu pengkajian atau mengkaji agama secara ilmiah, yaitu agama sebagai realitas sosial, historis, dan kultural yang dipraktekkan oleh beberapa pemeluknya atau penganutnya atas pembacaan dan interpretasinya atas teks-teks agama tidak selalu bertujuan untuk mengamalkan agama yang dikaji. Prof. Mujiburrahman menegaskan bahwa bagu para “pengkaji” agama ini tidak melulu dari dari penganut atau pemeluk agama tersebut, dan tidak ada kewajiban untuk mengamalkan apa yang dia pelajari.

Baca Juga  Kerbau, Saksi Bisu Kisah Cinta Saidjah-Adinda dalam Max Havelaar

Prof. Mujiburrahman menjelaskan, ketika orang meneliti agama dalam perilaku umatnya alias sebagai kenyataan sosial, kultural, dan historis maka dia tidak saja dapat menjelaskan, tetapi juga meramalkan dan bahkan dalam batas tertentu, mengendalikan perilaku umat beragama. Prof. Mujiburrahman memberikan contoh tentang kajian terorisme. Seorang peneliti kajian terorisme tidak hanya dapat memberikan penjelasan mengapa orang itu bisa ikut tergabung dengan gerakan terorisme, tetapi juga digunakan sebagai kegiatan preventif.

Melihat Tasawuf dari Berbagai Pendekatan

Adapun yang menjadi obyek atau fokus bahasan dalam buku ini adalah tentang tasawuf. Tasawuf yang bersifat esoteris, batin, dan berifat rasa serta pengalaman memberikan masalah penting bagi kajian tasawuf secara ilmiah. Maka tak heran, jika Prof. Mujiburrahman memberikan berbagai pertanyaan fundamental terhadap kajian ini secara ilmiah. Misalnya, yang paling berani yang disodorkan oleh Prof. Mujiburrahman adalah, “Apakah memang benar klaim-klaim pengalaman rohaniah para sufi itu?”. Pertanyaan seperti itu memang perlu untuk dijawab sebagai bukti verifikasi bagi pengalaman para sufi yang sering mengklaim pengalaman seperti mimpi bertemu “Nabi Muhammad” ataupun para wali dan para sahabat misalnya, yang sering dilontarkan oleh para pengamal sufi.

Prof. Mujiburrahman menawarkan berbagai pendekatan yang sudah dikembangkan oleh beberapa sarjana atau akademisi bagi pengkajian tasawuf. Setidaknya ada enam pendekatan dalam pengkajian tasawuf, antara lain: historis, filologis, fenomenologis, tradisionalis, reformis, dan sosiologis.

Dari berbagai pendekatan yang sudah ditawarkan tersebut di atas, bagi saya yang baru atau mungkin adalah yang baru terdengar adalah pendekatan reformis. Prof. Mujiburrahman menyebutkan bahwa pendekatan reformis cenderung bersikap kritis terhadap pemikiran dan gerakan sufisme. Dalam buku ini, Prof. Mujiburrahman memasukkan salah satu artikel yang menggunakan pendekatan reformis, yang diletakkan dalam bab 5, berjudul “Kritik Fazlur Rahman terhadap Tasawuf”.

Baca Juga  Membaca Disertasi Amien Rais (2): Kebangkitan Ikhwanul Muslimin

Dalam bab tersebut, sebagaimana jika kita membaca beberapa karya Fazlur Rahman, ia banyak mengkritik tasawuf yang ia sebut sebagai tasawuf populer. Dalam artikel tersebut, Prof Mujiburrahman menjelaskan bahwa tasawuf berakar pada gagasan semangat Islam adalah aktivisme. Aktivisme Islam bagi Rahman bermakna bahwa manusia memiliki kekebasan di ranah moralitas.

Sedangkan dalam pendekatan yang dekat dengan saya adalah pendekatan historis, karena saya sendiri memiliki background s1 dalam sejarah Islam. Dalam pendekatan historis ini, ada dua pertanyaan yang disodorkan oleh Prof. Mujiburrahman dalam pendekatan ini, yaitu (1) Apa yang sebenarnya terjadi di masa lampau? dan (2) Apakah kesinambungan dan perubahan yang telah terjadi dalam rentang waktu tertentu?. Lalu dalam pendekatan ada tiga titik penting dari pendekatan ini yaitu, “apa yang sesungguhnya terjadi”, “asal-usul/ origins” dan “kesinambungan dan perubahan/ continuity and change“.

Apresiasi Buku

Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya, buku ini adalah kumpulan artikel, jurnal dan book chapter dari tulisan-tulisan Prof. Mujiburrahman— meskipun ada dua yang belum terbit— tentang tasawuf. Buku ini terdiri dari sembilan bab, bab pertama adalah tentang berbagai pendekatan dalam mengkaji tasawuf, sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya. Lalu delapan bab lainnya adalah contoh artikel dari pengaplikasian dari pendekatan-pendekatan yang sudah ditawarkan sebelumnya.

Buku ini cocok bagi kalangan mahasiswa atau pengkaji yang fokus kajian atau obyek penelitiannya adalah tasawuf/ sufisme. Baik mahasiswa strata satu ataupun mahasiswa pascasarjana yang menggunakan pendekatan interdisiplin dalam kajian atau penelitiannya. Masing-masing dari artikel tersebut telah memberikan gambaran dan corak, tentang bagaimana kajian ini bekerja dalam lingkup keagamaan dalam hal ini tasawuf.

Editor: Soleh

Fahmi Rizal Mahendra
17 posts

About author
Alumni UIN Sunan Ampel Surabaya. Membaca dan Menulis tentang sejarah Ottoman, Turki & Tasawuf/Sufisme.
Articles
Related posts
Review

Madzahibut Tafsir: Meneliti Madzhab Tafsir dari Klasik hingga Kontemporer

4 Mins read
Prof. Abdul Mustaqim menulis buku berjudul “Madzahibut Tafsir, Peta Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Periode Klasik Hingga Modern”. Buku ini terbit cetakan pertama pada…
Review

Debat Bergengsi Epikureanisme vs Stoikisme Tentang Tuhan

3 Mins read
Wacana mengenai ketuhanan bukanlah persoalan yang baru muncul pada zaman kontemporer ini. Jauh sebelum Islam dan Kristen lahir di dunia ini, manusia…
Review

Pasang Surut Politik Islam dalam Gelanggang Sejarah Bangsa Indonesia

5 Mins read
Islam sebagai sumber moralitas dan idealitas tidak mungkin dipisahkan dari wawasan kekuasaan. Kekuasaan tanpa didasari moralitas hanya akan melahirkan banalitas sebagaimana yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *