Tafsir

Mengapa Surat At-Taubah Tidak Diawali Basmalah?

2 Mins read

Surat At-Taubah merupakan surat ke sembilan dalam Al-Qur’an. Surat ini tergolong surat Madaniyah, yaitu surat yang turun di tanah Madinah. Dinamakan At-Taubah yang berarti “pemberian maaf atau ampunan”, karena kata At-Taubah berulang kali disebut dalam surat ini. Surat ini terdiri dari 2497 kata, dan 10887 huruf. Sementara jumlah ayat dalam surat At-Taubah adalah 130 ayat. (Lihat, Tafsir Murah Lubid).

Sebagian kalangan menyebut surat At-Taubah ini surat al-Baraah, lantaran dimulai dari kata baraatun. Baraah yang berarti berlepas diri. Berlepas diri disini maksudnya adalah pernyataan pemutusan hubungan, disebabkan sebagian besar pokok pembicaraannya tentang pernyataan pemutusan perjanjian damai (islah) dengan kaum musyrik.

Ini Alasan Surat At-Taubah Tidak Diawali Basmalah

Imam Jalaludin al-Mahalli dan Imam Jalaludin al-Suyuthi dalam Tafsir al-Jalalain menyebutkan alasan, tidak dicantumkannya basmalah dalam surat At-Taubah, karena terdapat beberapa hadits. Pertama, diriwayatkan oleh Imam al-Hakim, bahwa Nabi Saw tidak memerintakan melakukan itu, lantaran kandungan yang terdapat dalam surat At-Taubah memuat perihal peperangan. Demikian itu kontras dengan makna kedamaian yang tersimpan dalam kalimat basmalah. Kedua, hadits riwayat Hudzaifah menyebutkan, “Berilah nama surat At-Taubah itu sebagai surat siksa (azab)”. Terakhir, hadits riwayat Imam al-Bukhari yang menyatakan, bahwa surat At-Taubah merupakan surat yang diturunkan paling akhir.

Senada dengan pendapat Imamain al-Jalalain di atas, yaitu pendapat Ibnu al-Jazri dalam karya monomentalnya, Al-Nasyr fi al-Qiraati al-‘Asyr menyatakan, jumhur (mayoritas) ulama Irak membaca basmalah. Sedangkan mayoritas ulama Maroko, Tunisia, dan Andalusia tidak membacanya. Alasan pertama, karena surat tersebut mengandung ancaman kepada orang-orang musyrik. Sedangkan basmalah mengandung makna rahmat (kasih sayang).

Maka, tidak selayaknya membaca basmalah untuk ayat-ayat yang fokus membicarakan perihal mereka. Imam Sufyan mengatakan, bahwa basmalah adalah ayat rahmah. Rahmah memiliki arti aman. Sedangkan surat At-Taubah turun kepada orang-orang munafik dan memuat ayat-ayat peperangan.

Baca Juga  Kritik Terhadap Said Asymawi Tentang Asbabun Nuzul

Kedua, tidak dicantumkannya basmalah pada awal surat kesembilan itu, karena surat At-Taubah diduga sebagai lanjutan dari surat al-Anfal (surat kedelapan). Demikian ini merupakan pendapat sebagian sahabat, yang menganggap antara surat At-Taubah dan al-Anfal adalah satu paket surat yang tidak terpisahkan.

***

Sedikit berbeda dengan pendapat di atas, yaitu pendapat Prof. Dr. Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy sebagaimana beliau kutip dari Tafsir al-Kasysyaf, karya Abu Qasim Mahmud bin Umar al-Khawarizmi al-Zamakhsyari. Beliau beralasan, pertama, tidak adanya basmalah atau bismillah dalam surat ini dimaksudkan untuk mempertegas akan adanya hubungan antara kata taubah dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Sulaiman terhadap Ratu Balqis. Dengan demikian, kalimat basmalah dalam Al-Quran akan tetap berjumlah 114 sesuai dengan jumlah keseluruhan surat yang ada.

Kedua, dengan mempertahankan jumlah kalimat basmalah sebanyak 114 buah, hal ini akan memperkuat pesan dari basmalah sendiri sebagai pesan tentang nilai keimanan dan ketauhidan (keesaan) kepada Allah Swt, sekaligus bentuk perujudan sifat rahman dan rahim-Nya yang luas.

Ketiga, surat ini turun untuk mencabut jaminan keamanan yang telah diberikan oleh kaum musyrikin, untuk menyatakan pembatalan atas semua perjanjian dan kontrak sosial. Sehingga, permulaan surat ini tanpa basmalah juga bisa menjadi bukti dan simbol akan keadaan itu. Ibnu Uyainah ditanya terkait mengapa surat ini tidak dimulai dengan basmalah? Uyainah menjawab, ini merupakan lambang atas kondisi dimana sebuah perjanjian dicabut.

Keempat, para tabi’in tidak menulis basmalah di awal surat ini karena memang bismillah tidak diturunkan bersama surat At-Taubah, seperti yang terjadi pada surat-surat yang lain. Apa yang dilakukan tabi’in ini tidak lain hanya meneruskan tradisi para sahabat yang hidup di masa Nabi Saw.

Baca Juga  Istifham: Isyarat Berpikir Kritis dalam Al-Qur'an

***

Senada dengan alasan yang terakhir di atas itu, Syekh Nawawi al-Jawi dalam tafsirnya, Murah Lubid menyatakan, tidak dicantumkannya bismillah di awal surat At-Taubah ini lantaran malaikat Jibril tidak menurunkannya bersamaan dengan basmalah. Alasan inilah disinyalir sebagai alasan yang paling kuat (ashah).

Jelasnya, meskipun bismillah sangat penting untuk dilafalkan dan diucapkan dalam tiap-tiap perbuatan baik, sebagaimana sabda Nabi Saw, “Tiap-tiap perbuatan baik yang tidak diawali dengan bismillah, maka akan tertolak (mardud)”, demikian itu dikecualikan untuk memulai membaca surat At-Taubah. Sebagai gantinya, mengawali membaca surat At-Taubah cukup membaca kalimat ta’awudz saja.

Editor: Soleh

Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *