Perspektif

Mengungkap Makna Hijrah Perspektif Semantik

3 Mins read

Di dalam Al-Qur’an, kata hijrah dan turunannya disebutkan sebanyak 31 kali, namun term hijrah dalam al-Qur’an terbagi menjadi dua wazn: yaitu hajara dan haajara. Hijrah berasal dari kata Arab “hajara” (هجر), kata hijrah merupakan bentuk isim masdar dari fi’il thulasi mujarrad هجر– يهجر– هجر, yang berarti meninggalkan atau menjauhi.

Dalam konteks Islam, hijrah lebih spesifik merujuk pada peristiwa perpindahan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Ini merupakan peristiwa yang menandai tahun pertama kalender Hijriyah dan mempunyai dimensi historis serta spiritual yang sangat penting.

Makna Etimologi Hijrah

Secara etimologis, hijrah berarti “meninggalkan” atau “berpindah dari”. Istilah ini menyiratkan suatu pergerakan dari kondisi buruk ke kondisi yang lebih baik, baik secara fisik maupun metaforis. Makna Sejarah Hijrah memiliki signifikansi sejarah yang mendalam karena merupakan titik awal pembentukan komunitas Muslim yang mandiri di Madinah, serta fase baru dalam penyebaran ajaran Islam.

Menurut Dr. Ahmad Al-Khalil dalam “The Concept of Hijrah in the Quran: A Semantic and Theological Analysis” (2020), hijrah dalam Al-Qur’an tidak hanya menunjuk pada perpindahan geografis, tetapi juga melambangkan transisi spiritual dan moral, di mana umat Islam diharapkan mengalami pertumbuhan dalam iman dan ketaatan.

Makna Relasional Hijrah: Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik

Pertama, Analisis Sintagmatik mengkaji bagaimana kata hijrah berfungsi dalam konteks kalimat dan hubungannya dengan elemen-elemen lain dalam teks. Sementara konsep “Fii Sabilillah“: Dalam banyak ayat Al-Qur’an, hijrah sering dikaitkan dengan perjuangan “fii sabilillah” (في سبيل الله), yang berarti “di jalan Allah”.

Sebagai contoh, dalam Surat Al-Baqarah ayat 218, hijrah dikaitkan langsung dengan jihad, yang menunjukkan bahwa hijrah tidak hanya merupakan tindakan fisik, tetapi juga bagian dari perjuangan spiritual yang lebih besar.

Baca Juga  Noorhaidi Hasan: Tiga Tahap Transformasi Gerakan Hijrah

Dr. Fatimah Ali dalam “Hijrah in Early Islamic History: A Semantic and Historical Perspective” (2021) menekankan bahwa makna hijrah disini mencerminkan hubungan erat antara perjuangan fisik dan spiritual, mengindikasikan bahwa hijrah adalah langkah awal dalam perjalanan menuju pengorbanan yang lebih besar di jalan Allah.

Penggunaan dalam konteks dalam teks-teks Islam, hijrah sering kali disebut bersamaan dengan kata-kata seperti jihad (perjuangan) dan iman (kepercayaan). Ini menggambarkan bahwa hijrah merupakan bagian dari perjalanan religius yang melibatkan lebih dari sekadar perpindahan fisik.

Kedua, Analisis Paradigmatik membandingkan kata hijrah dengan kata-kata lain yang terkait dalam konteks religius. Perbandingan dengan Jihad bahwa hijrah dan jihad sering dipandang bersama dalam konteks perjuangan religius.

Hadits Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa setelah penaklukan Makkah, tidak ada hijrah lagi, hanya jihad dan niat (H.R. Bukhari). Jihad merujuk pada usaha keras dan perjuangan di jalan Allah, baik secara fisik maupun spiritual.

Dengan demikian, hijrah dan jihad dapat dipahami sebagai dua aspek yang saling melengkapi dari perjuangan religius umat Islam. Dalam hal ini, hijrah bisa dilihat sebagai tindakan awal yang mempersiapkan kondisi untuk jihad yang lebih lanjut.

Aspek Sinkronik dan Diakronik

Aspek Sinkronik memeriksa makna hijrah dalam konteks waktu tertentu, yaitu dari perspektif stabil dan tidak berubah. Peristiwa Sejarah dalam sejarah Islam, hijrah merujuk secara spesifik pada perpindahan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Peristiwa ini merupakan tonggak penting dalam sejarah Islam, menandai awal kalender Hijriyah dan permulaan fase baru dalam penyebaran Islam.

Prof. Ibrahim El-Khazen dalam “The Concept of Migration in Islamic History and Thought” (2022) menegaskan bahwa hijrah adalah peristiwa penting yang tetap memiliki makna stabil dalam ajaran Islam, yang melambangkan keberanian, kesetiaan, dan pengorbanan dalam menyebarkan ajaran agama. Makna tetap dalam konteks ini, hijrah tetap dipahami sebagai simbol perjuangan dan pembentukan komunitas Muslim yang mandiri.

Baca Juga  Bersikap Adil Terhadap Kaum Yahudi

Aspek Diakronik mengacu pada perubahan makna seiring berjalannya waktu bahwa makna hijrah telah berkembang. Selain perpindahan fisik, hijrah kini juga dipahami sebagai proses transformasi pribadi dan sosial.

Dr. Yusuf Al-Rashid dalam “Hijrah and Its Significance in Islamic Jurisprudence” (2020) menjelaskan bahwa hijrah kini mencakup aspek perubahan dalam hukum Islam dan kehidupan sehari-hari, seperti meninggalkan kebiasaan buruk dan berpindah menuju kehidupan yang lebih baik.

Hal ini mencerminkan evolusi makna hijrah dari sekadar tindakan fisik menjadi simbol perubahan gaya hidup dan perilaku. Relevans kontemporer dalam konteks modern, hijrah diartikan sebagai upaya untuk meninggalkan kebiasaan buruk atau lingkungan yang tidak mendukung dan berpindah ke lingkungan yang lebih positif. Ini mencerminkan adaptasi makna hijrah dengan kebutuhan zaman.

Kesimpulan

Hijrah dalam Islam memiliki makna yang kaya dan berlapis. Dari perspektif semantik, hijrah bukan hanya tentang perpindahan fisik dari Mekkah ke Madinah tetapi juga melibatkan transformasi spiritual dan sosial yang mendalam.

Melalui analisis sintagmatik dan paradigmatik, kita melihat hubungan hijrah dengan konsep perjuangan dan iman. Kajian sinkronik menunjukkan stabilitas makna historis hijrah, sementara kajian diakronik mengungkapkan evolusi makna hijrah dalam konteks modern.

Dengan memahami hijrah dari berbagai sudut pandang, kita dapat menghargai betapa pentingnya konsep ini dalam sejarah dan praktik agama Islam.

Editor : Najihus Salam dan Muty Syahidah

Sarah Safinah An-Naja
4 posts

About author
Mahasiswi Sekolah Tinggi Al-Qur’an dan Sains Al-Ishlah
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds