Tasawuf

Menjaga Lingkungan Hidup, Menjawab Keraguan Malaikat

3 Mins read

Prof. Jeffrey Lang guru besar matematika Universitas Kansas yang juga seorang mualaf menulis sebuah buku berjudul Even Angels Ask. Bukunya telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Bahkan Malaikat Pun Bertanya. Isi buku tersebut adalah refleksi kritis  penulisnya terhadap pemahaman umat Islam tentang agamanya.

Misi Kekhalifahan di Muka Bumi

Judul yang diberikan untuk buku tersebut sangatlah menarik, Bahkan Malaikat Pun Bertanya. Apakah malaikat pernah bertanya? Jawabannya pernah, tercatat dalam QS. Al Baqarah: 30. Difirmankan bahwa Allah SWT memberitahu malaikat akan menciptakan seorang khalifah yang akan ditempatkan di muka bumi, yakni Adam.

Mendengar hal tersebut, malaikat dengan spontan bertanya, “Apakah Engkau akan menjadikan di muka bumi makhluk yang membuat kerusakan dan menumpahkan darah? Sementara kami (malaikat) senantiasa memuji dan mensucikanMu Wahai Tuhan?” Allah SWT menjawab pertanyaan Malaikat, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kalian tidak ketahui.”

Setelah itu Allah SWT mengajarkan Adam nama-nama seluruh benda, kemudian menunjukannya kepada Malaikat. Allah SWT meminta malaikat menyebutkan nama-nama yang diajarkan kepada Adam. Malaikat tak mampu menjawab, lalu mereka berkata, “Maha Suci Engkau, kami tak mempunyai pengetahuan kecuali yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Tahu dan Maha Bijaksana.”

Walaupun kisah di atas sangat familiar bagi kita, bagi penulis tetap ada sisi menarik yang bisa diambil. Dalam Kitab Jawahir Kalamiyah, Syaikh Thohir Bin Sholeh Al Jazairi menjelaskan bahwa Malaikat adalah hamba Allah SWT yang dimuliakan, tidak mungkin bermaksiat atas apa yang Allah SWT perintahkan dan senantiasa melakukan apa yang diperintahkan.

Pada akhirnya Malaikat sebagaimana fitrahnya menaati perintah Allah SWT untuk sujud kepada Adam, namun menariknya Malaikat tidak langsung menerima kekhalifahan Adam. Malaikat terlebih dahulu bersikap kritis dengan mengajukan pertanyaan yang sudah penulis uraikan kisahnya di atas.

Baca Juga  Imam al-Ghazali: Kisah Perjalanan Intelektual dan Spiritual

Menjawab Keraguan Malaikat

Hal ini menunjukan bahwa ada peringatan yang tidak boleh disepelekan oleh Adam dan keturunannya. Peringatan malaikat bahwa memang ada potensi manusia melakukan kerusakan dan menumpahkan darah sesamanya. Walaupun Allah SWT menganugerahi Adam pengetahuan agar terhindar dari tuduhan Malaikat, namun Iblis tak tinggal diam. Iblis bersumpah akan menggoda manusia sampai kiamat. Iblis akan berusaha menggagalkan misi kekhalifahan manusia dan membuat prediksi malaikat benar.

Pada kenyataannya hari ini kita temukan banyak kerusakan alam dan juga perang yang mau tak mau menumpahkan darah. Apakah kita akan menyalahkan Iblis atas semua ini? Tidak bisa. Iblis hanya bisa menggoda, namun tak bisa memaksa. Yang membuat keputusan apakah akan ikut godaan Iblis atau melawannya adalah manusia sendiri. Jika hari ini banyak yang mengikuti godaan Iblis dengan merusak lingkungan atau menumpahkan darah, hal itu kesalahan manusia sendiri.

Ada pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah di atas. Jika memang sejak awal Allah SWT berencana menjadikan Adam sebagai khalifah di muka bumi, kenapa Adam “transit” dahulu di surga? Selain sebagai tempat pengajaran nama-nama benda, boleh jadi Allah SWT ingin memberikan gambaran surga kepada Adam. Agar saat di dunia, Adam dan keturunannya membuat bumi ini menjadi bagaikan surga yang aman dan nyaman untuk ditinggali.

Maka dari itu mari kita jawab keraguan Malaikat dengan aksi nyata, bahwa kehadiran kita di muka bumi merupakan sumber kemakmuran bukan sumber kehancuran. Buktikan bahwa kehadiran manusia bukan bencana bagi lingkungan dan sesama manusia. Manusia justru bisa menjaga dan melestarikan alam, sekaligus saling mengayomi dan menjaga manusia lainnya.

3M untuk Melestarikan Lingkungan Hidup

Seorang Da’i kondang asal Bandung KH. Abdullah Gymnastiar mempunyai rumus 3M dalam melakukan perubahan. 3M adalah mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulai sekarang juga. Rumus ini bisa digunakan untuk mulai merawat lingkungan demi masa depan yang lebih baik.

Baca Juga  Memandang Kesetaraan Gender dengan Perspektif Sufisme

Mulai dari diri sendiri, jelas bahwa mari berikrar bahwa kita akan menjadi manusia yang peduli lingkungan hidup. Tidak mungkin kita menyuruh orang lain menjaga lingkungan hidup sementara diri kita malah berperilaku sebaliknya. Bukankah dakwah yang efektif adalah dengan keteladanan?

Mulai dari hal yang kecil. Tahun 2016 penulis mulai mengajar di ‘Aisyiyah Boarding School Bandung. Ada sebuat peraturan yang menurut penulis menarik di sana, yakni guru-guru diwajibkan membawa tumbler (tempat air minum) dan tidak dibolehkan minum air kemasan baik gelas maupun botol. Disediakan dispenser untuk isi ulang tumbler.

Beberapa waktu ini, aturan serupa penulis temukan dalam event yang diselenggarakan PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Mengapa harus tumbler dan tidak boleh air kemasan? Kemasan air minum berbahan plastik, setelah digunakan akan dibuang. Plastik merupakan bahan yang sulit terurai. Kita tidak tahu apakah plastik yang kita buang akan didaur ulang atau tidak. Seringkali plastik mencemari lingkungan dan merugikan makhluk hidup lain.

Kita bisa melihat juga gerakan serupa di minimarket yang menganjurkan menggunakan tas berbahan kain dan meminimalisir kantong kresek. Ada juga restoran yang tidak lagi menyediakan sedotan plastik. Jika ingin sedotan dianjurkan menggunakan yang berbahan aluminium atau tidak menggunakan sama sekali.

Hal-hal tersebut adalah hal kecil, namun jika dilakukan oleh banyak orang akan menjadi hal yang besar juga. Tentu harus dimulai dari pemahaman dan kesadaran bahwa manusia hidup di bumi punya misi kekhalifahan yakni membuat bumi menjadi bagaikan surga. Sebelum mendapatkan surga di akhirat, jadikanlah lebih dulu bumi ini surga bagi penghuninya.

Terakhir, mulai sekarang juga. Kalau bukan sekarang mau kapan lagi? Akhir kata, Selamat Hari Lingkungan Hidup! Marilah kita menjadi umat yang sadar dan peduli lingkungan guna kelangsungan anak dan cucu kita di masa depan.

Baca Juga  Tarian Rumi: Cara Mendekatkan Diri Kepada Allah
Related posts
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah tidak menjadikan tasawuf sebagai landasan organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya seperti Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, beberapa praktik yang bernafaskan tentang tasawuf…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (2): Diskursus Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah pada awal mula berdirinya berasal dari kelompok mengaji yang dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan berubah menjadi sebuah organisasi kemasrayarakatan. Adapun…
Tasawuf

Urban Sufisme dan Conventional Sufisme: Tasawuf Masa Kini

3 Mins read
Agama menjadi bagian urgen dalam sistem kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki titik jenuh, titik bosan, titik lemah dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds