Perspektif

Menunda Tradisi Karena Pandemi

3 Mins read

Lebaran merupakan hari kemenangan bagi umat Islam, hari di mana umat Islam merayakan suka citanya karena telah melaksanakan kewajiban puasa sebulan penuh. Dalam merayakan lebaran, setiap masyarakat punya tradisinya masing-masing, setiap daerah beda cara melaksanakannya. Mungkin setiap keluarga pun juga memiliki caranya masing-masing. Namun kali ini kita harus menunda tradisi karena pandemi.

Menunda Tradisi Lebaran

Membicarakan tentang tradisi lebaran di Indonesia, setiap keluarga atau masyarakat punya cara masing-masing dalam merayakan hari kemenangan tersebut. Tradisi yang paling umum dan selalu dilakukan setiap tahunnya ketika lebaran tiba adalah mudik atau berkumpul bersama keluarga besar.

Para perantau yang bekerja di kota-kota besar seperti Jakarta, pasti harus meninggalkan keluarga mereka di kampung. Hidup sendiri atau mungkin sudah membina keluarga kecil di kota perantauannya serta rutinitas sehari-hari membuat para perantau harus menetap di kota perantauan. Momen lebaran seperti inilah saat yang tepat untuk pulang ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga.

Berkumpul bersama keluarga besar di hari lebaran tidak lengkap bila tidak ada makanan untuk dimakan secara bersama-sama. Menyajikan makanan-makanan khas pada hari lebaran seperti ketupat, opor ayam, rendang, dan kue-kue kering juga merupakan tradisi lebaran yang ada pada masyarakat Indonesia. Berkumpul bersama keluarga akan terasa lebih hangat jika ditemani santapan yang istimewa.

Hal utama yang dilakukan ketika sedang berkumpul bersama keluarga di hari lebaran ialah tradisi meminta maaf atau biasa disebut Halalbihalal. Selain bersama keluarga besar, halalbihalal biasanya dilakukan dengan warga di tempat kita tinggal. Halalbihalal dilakukan dengan keliling kampung untuk bermaaf-maafan dengan warga.

Kenyataannya lebaran kali ini berbeda. Pandemi yang terjadi di Indonesia bahkan seluruh dunia membuat masyarakat harus menunda tradisi-tradisi yang biasa dilakukan untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.

Baca Juga  Cita-Cita Seorang Muslim

Pandemi Covid-19 di Indonesia

Wabah Covid-19 sudah terjadi di Indonesia beberapa waktu ke belakang. Penyakit ini sangat berbahaya karena penularan virus ini sangat mudah. Seseorang bisa terinfeksi hanya dengan kontak fisik dengan seseorang yang sudah terinfeksi. Penyakit tersebut juga berbahaya karena menyerang organ pernapasan manusia.

Guna meminimalisir tingkat penyebarannya, pemerintah menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Masyarakat diminta agar berdiam diri di rumah, melakukan segala sesuatu di rumah, seperti pekerjaan dan aktivitas pembelajaran pun harus dilakukan di rumah.

PSBB yang diterapkan pemerintah masih berlanjut hingga lebaran tiba dan mungkin akan terus berlanjut karena sikap masyarakat yang tidak mengindahkan peraturan tersebut. Dampaknya adalah masyarakat yang merantau tidak bisa pulang ke kampung halamannya, sedangkan semua keluarganya berada di kampung. Serta masyarakat tidak dapat melaksanakan tradisi seperti tahun-tahun sebelumnya.

Dampak Pandemi Terhadap Tradisi Lebaran

Pandemi ini mewajibkan seluruh masyarakat untuk diam di rumah saja. Hal itu menyebabkan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh masyarakat harus ditiadakan. Salat Idulfitri saja yang merupakan perintah bagi umat Islam harus tidak dilaksanakan dahulu. Salat Idulfitri dianjurkan di rumah masing-masing bersama keluarga.

Jika salat Idulfitri saja sampai harus dilaksanakan di rumah, maka tradisi-tradisi yang dilakukan oleh masyarakat harus tidak dilaksanakan juga. Sebenarnya meniadakan kegaiatan apapun ketika pandemi ini cukup tidak mengenakan, terutama tradisi-tradisi lebaran. Tradisi yang dilakukan ketika lebaran tidak bisa digantikan dengan momen hari lain.

Tradisi ketika malam takbiran salah satunya. Ketika takbiran biasanya masyarakat ada yang keliling kampung mengucapkan takbir sambil membawa obor dengan diiringi tabuhan bedug atau ada yang berkumpul di masjid sampai pagi sambil terus mengucapkan takbir. Kegiatan tersebut tahun ini harus ditiadakan.

Baca Juga  Tanggapan atas Testimoni yang Dinisbatkan kepada Hamka "Saya Kembali ke Ru'yah"

Mudik juga harus tidak dilaksanakan, karena mudik sangat berpotensi bagi penyebaran Covid-19. Tradisi lebaran yang satu ini merupakan seperti tradisi wajib bagi orang yang merantau, apalagi semua keluarganya berada di kampung.

Akibat tidak diperbolehkannya mudik, banyak keluarga yang tidak dapat berkumpul bersama ketika lebaran nanti. Tradisi memasak makanan khas lebaran tetap dilakukan, walaupun keluarga yang berkumpul hanya sebagian kecil. Jika lebaran tidak memasak makanan  khas lebaran, seperti ada yang kurang.

Halalbihalal yang dilakukan keliling kampung ketika selesai salat Idulfitri juga tidak diadakan, karena salat Idulfitri juga tidak diadakan. Terlebih lagi selama pandemi ini kita semua harus menjaga jarak dengan orang lain dan diminta untuk tidak kontak fisik dengan orang lain.

Tradisi-tradisi yang tidak dilaksanakan tersebut membuat sebagian orang menjadi sedih, di momen lebaran seperti ini seharusnya menjadi momen yang membahagiakan, berkumpul bersama keluarga, melepas rindu, dan menghabiskan waktu bersama.

***

Sebenarnya kita harus menerima kenyataan ini dengan lapang dada, walaupun sangat berat bagi sebagian orang. Semua ini dilakukan karena kemanusiaan, demi mengurangi penyebaran Covid-19. Jika masyarakat tertib dengan peraturan ini, maka akan cepat berakhir pula pandemi ini.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan ketika tradisi-tradisi tadi tidak dapat dilaksanakan, salah satunya memanfaatkan teknologi video call. Kita masih dapat bertemu dengan keluarga yang lain, seolah-olah berkmpul dengan keluarga yang lain dengan kecanggihan teknologi. Walaupun lebaran kali ini berbeda, semoga kita semua dapat menjalaninya dengan sepenuh hati.

Semoga pandemi ini lekas berakhir, agar kita semua dapat berkumpul lagi bersama keluarga.

Editor: Nabhan

Avatar
1 posts

About author
Seorang mahasiswa biasa yang tergila-gila dengan serial detektif.
Articles
Related posts
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…
Perspektif

Murabahah dalam Tinjauan Fikih Klasik dan Kontemporer

3 Mins read
Jual beli merupakan suatu perjanjian atau akad transaksi yang biasa dilakukan sehari-hari. Masyarakat tidak pernah lepas dari yang namanya menjual barang dan…
Perspektif

Sama-sama Memakai Rukyat, Mengapa Awal Syawal 1445 H di Belahan Dunia Berbeda?

4 Mins read
Penentuan awal Syawal 1445 H di belahan dunia menjadi diskusi menarik di berbagai media. Di Indonesia, berkembang beragam metode untuk mengawali dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *