Feature

Nadjib Hamid, Mentor Kaum Muda Muhammadiyah

6 Mins read

Nadjib Hamid Wafat

Sejak menerima kabar duka wafatnya Mas Nadjib Hamid, saya pengin menuliskan sosok sahabat dan senior saya yang luar biasa ini. Namun, jari jemari ini berkali kali gagal untuk melakukannya. Perjalanan hidupnya dan perjuangan ber-Muhammadiyah, sejak masih belia ketika aktif di IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) di Paciran lamongan, menjadi ketua umum PCM IPM Paciran, aktif di pemuda Muhammadiyah hingga kemudian hijrah ke Surabaya.

Ia tinggal di komplek rumah/ markas dakwah AMM di Gembili hingga menjadi sekretaris dan wakil ketua PWM Jawa Timur menjadi bukti tentang kesungguhan, kesederhanaan, keikhlasan, keistikamahan, kerja keras, dan totalitas seorang aktivis dakwah persyarikatan Muhammadiyah yang tidak ada tandingannya.

Sangat Dekat dan Menjadi Bapak dari Seluruh AMM

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. DR. Haedar Nashir, M.Si mengatakan, “Nadjib Hamid adalah sosok kader Muhammadiyah yang gigih, tidak kenal lelah beraktivitas, dan tangguh dalam menggerakkan Persyarikatan. Saya mengenal sejak di IPM (katan Pelajar Muhammadiyah). Mas Nadjib juga seorang penulis yang baik, sehingga aktivitasnya di Muhammadiyah dia representasikan dalam tulisan-tulisannya yang menarik dan menggugah kesadaran yang inspiratif”.

Menurutnya, Muhammadiyah kehilangan kader yang militan serta dekat dengan anak muda dan berbagai kalangan. Demikian Pernyataan Prof. Haedar yg dikutip oleh PWMU.co

Doktor Agung Danarto, MA, Sekretaris PP Muhammadiyah di grup WA alumni IPM /IRM, menuliskan kesan yang mendalam tentng sosok Nadjib Hamid, “…..Sedih sekali mendengar kabar meninggalnya Mas Nadjib Hamid. Mas Nadjib mendedikasikan hidupnya untuk Muhammadiyah. Kenal sejak masih IPM. Setiap ke Surabaya, tinggal di kantor yang penunggunya Mas Nadjib. Mas Nadjib senantiasa menyapa ramah anak-anak IPM yang berkunjung dan menginap. Sampai setelah di Muhammadiyah, tetap ramah dan akrab. Selamat jalan Mas Nadjib. Jalan ke Surga Insya Allah dimudahkan untukmu”.

Apa yang disampaikan Prof Haedar Nashir maupun DR Agung Danarto menunjukkan bahwa Mas Nadjib Hamid memang dikenal sangat dekat dengan anak anak Muda Muhammadiyah baik IPM, Pemuda Muhammadiyah, NA, maupun IMM.

Komplek Gang Gembili bertahun-tahun menjadi rumah dan markas berkumpulnya anak-anak muda Muhammadiyah Jawa Timur. Rumah Gembili di mana Mas Nadjib Hamid dan Mbak Luluk Hamidah   tinggal menjadi saksi sejarah totalitas Mas Nadjib dan istri serta putra putrinya menjadi Muhammadiyah sekaligus totalitas dalam merengkuh, membimbing, dan membentuk mental juang para kader Muda Muhammadiyah Jawa Timur. Tidak ada aktivis Muda Muhammadiyah Jawa Timur bahkan tingkat nasional yang tidak mengenal Mas Nadjib Hamid.

***

Saya sendiri sewaktu jadi ketua umum PP IPM sangat dekat dengan Mas Nadjib Hamid. Almarhum meminta saya kalau ada kegiatan IPM di Jawa Timur harus mampir dulu di Gang Gembili dan beliau akan antar dan dampingi saya untuk menghadiri kegiatan IPM di Jawa Timur termasuk ketika mengunjungi PD IPM di berbagai daerah.

Baca Juga  Muhammadiyah dan Filsafat Berkemajuan

Mas Nadjib Hamid betul betul mengantar dan mendampingi kegiatan saya hingga acara IPM selesai. Mas Nadjib Hamid juga mengurusi seluruh urusan transportasi dan akomodasi. Almarhum betul betul peduli dengan para juniornya yang dibuktikan dengan memikirkan dan memberi solusi berbagai masalah yang dihadapi para juniornya. Di kalangan anak-anak muda Muhammadiyah, kehadiran Mas Nadjib adalah solusi. Urusan serumit apapun menjadi mudah bila ada mas Nadjib Hamid.

Ketika saya selama kurang lebih enam tahun bertugas di Manado, Rumah Mas Nadjib di Gembili selalu menjadi tempat persinggahan kami. Setiap saya dan istri mudik dari Manado ke Klaten dan Banyumas, maka begitu pesawat mendarat di Bandara Juanda Surabaya, maka kami langsung menuju Gang Gembili untuk silaturrahim dan menginap di Rumah Mas Nadjib.

Demikian pula sebaliknya bila saya dan istri akan kembali ke Manado maka dari Klaten menuju Surabaya dan menginap dulu di Gembili, baru besok paginya, berangkat terbang ke Bumi Nyiur melambai Manado.

Mas Nadjib akan marah bila kami ke Surabaya dan tidak nginap serta silaturrahim ke kediaman Mas Nadjib. Kecintaan dan kepedulian pada junior dan anak-anak muda Muhammadiyah merupakan proses perkaderan yang paling berhasil dilakukan oleh Mas Nadjib Hamid dan jarang dilakukan oleh para aktivis dan pimpinan persyarikatan.

Selalu Menjadi Orang Pertama dalam Menjalankan Kebaikan

Prof. DR. Saad Ibrohim, MA, Ketua Umum PWM Jawa Timur, menyampaikan kenangannya selama bersama Mas Nadjib Hamid. Menurutnya, Nadjib selalu menjadi orang yang pertama dalam segala kebaikan. “…Kalau ada orang yang kesusahan, Pak Nadjib orang yang pertama sampai. Kalau ada pengumpulan dana, beliau yang terdepan menyumbang baru diikuti oleh yang lain…” ujar Prof Saad Ibrohim. Prof Saad melanjutkan kenangannya tentang Mas Nadjib Hamid, “…..Bahkan saat dia sakit di Dukun, itu juga dalam rangka berkhidmat kepada agama, kepada ummat, kepada negara,” pungkas Prof. Saad.

Mas Nadjib memang pribadi yang sangat menghayati bagaimana seharusnya bersikap dan berprilaku sebagai aktivis dan sebagai pimpinan persyarikatan. Ia selalu memulai dari diri sendiri dalam melakukan kebaikan, tidak perlu menunggu orang lain yang memulai kebaikan, betul-betul dipraktikkan dalam kehidupan sehari hari.

Muhammadiyah akan terus tumbuh dan berkembang selama para aktivisnya tetap menjaga DNA Muhammadiyah yaitu; ikhlas, rela berkorban, suka memberi, ringan langkah, melembagakan amal saleh, komitmen pada dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid, memberi solusi, moderat, serta berkemajuan. Mas Nadjib di mana pun dan kemana pun, selalu merawat Mutiara-mutiara DNA Muhammadiyah tersebut dalam kehidupan pribadi maupun berorganisasi.

Baca Juga  Apa Saya Masih (Dianggap) Muhammadiyah Sedangkan Saya Merokok?

Ketika Mas Nadjib merintis Majalah MATAN, saya menyaksikan totalitas beliau dalam membesarkan majalah Muhammadiyah Jawa Timur ini. Di acara acara Muhammadiyah di mana pun, beliau bawa sendiri majalan Matan dan dibagikan ke seluruh peserta yg hadir di acara tersebut.

Akhirnya, majalah Mata-nya tumbuh besar tidak hanya untuk warga di Jawa Timur, namun juga untuk warga Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Tidak hanya majalah Matan, namun juga buku-buku yang ditulis oleh para tokoh Jawa Timur seperti buku-buku tulisan Mas Nur Cholis Huda juga dibawa sendiri oleh Mas Nadjib Hamid di berbagai acara Nasional Muhammadiyah. Beliau tidak malu jualan buku, yang penting Muhammadiyah hidup dan berkembang juga dimaksudkan untuk membangun budaya literasi di kalangan warga Muhammadiyah.

Sangat Peduli dengan Cabang dan Ranting

Hasil Musywil Muhammadiyah Jawa Timur periode paska Muktamar Makassar atau periode  2015- 2020, Mas Nadjib Hamid menerima amanah sebagai wakil ketua PWM Jatim yang membidangi LPCR dan Perkaderan. 

Di Bidang Perkaderan, beliau memotivasi PDM-PDM untuk secara serius menyelenggarakan perkaderan formal dan perkaderan non-formal.  Bila PDM dinilai sukses melakukan perkaderan dan menyelenggarakan perkaderan formal, maka para Ketua Majelis Kader-nya diberi reward untuk pergi ke luar negeri seperti ke Malaysia dan lain-lain. 

Sedangkan, untuk menggerakkan Cabang dan Ranting, maka LPCR Jawa Timur kepengurusannya beliau isi dengan aktivis-aktivis muda yang berpengalaman di Ortom AMM dan dakwah seperti Cak Ubaid (Sidoarjo) dan Ustadz Nugroho Hadi Kusumo (Malang) dan teman-teman muda lainnya. 

Anak-anak muda ini diharapkan mampu bergerak lincah dalam menggerakkan dan mengembangkan Cabang dan Ranting Muhammadiyah.

***

Untuk menggerakkan Cabang dan Ranting Muhammadiyah, beliau lakukan tidak hanya bertumpu pada LPCR, namun juga dilakukan oleh Mas Nadjib dengan hadir di Cabang dan Ranting melalui kunjungan langsung dan dengan mengisi pengajian hingga ke pelosok Cabang dan Ranting di berbagai PDM. 

Keinginannya agar Cabang dan Ranting hidup, dibuktikan oleh Mas Nadjib dengan memenuhi setiap undangan dari cabang dan ranting yang mengundang almarhum untuk hadir. Prinsipnya, selama tidak ada barengan dengan acara yang lain, maka bisa dipastikan Mas Nadjib akan hadir memenuhi keinginan semua cabang dan ranting. 

Hal ini menyebabkan dalam satu hari saja, Mas Nadjib Hamid bisa mendatangi pengajian atau kegiatan di Cabang dan Ranting lebih dari lima tempat.  Bahkan ada yang sehari lebih dari delapan tempat yang beliau datangi, dari Subuh berpindah tempat hingga larut malam. Beberapa kali saya WA dan hubungi mas Nadjib hampir selalu posisinya sedang di luar kota mengunjungi PDM, Cabang, dan Ranting Muhammadiyah.

Kerja keras dan tak kenal lelah dari Mas Nadjib dan para pimpinan PWM Jawa Timur yang hampir semuanya menjadi “Mubaligh Cleleng” atau mubaligh yang entengan, menjadikan PWM Jawa Timur menjadi PWM yang memiliki Cabang-Ranting unggulan paling banyak dibandingkan dengan PWM yang lain. Jawa Timur memang memiliki banyak sekali Cabang dan Ranting yang maju dan unggul.

Baca Juga  Perempuan, Seksisme, dan Media Patriarki

Lugas dan Totalitas dalam Ber-Muhammadiyah.

Ustadz Nur Cholis Huda, Pengurus PWM Jawa Timur sekaligus penulis yang sangat produktif yang juga sahabat dekat Mas Nadjib Hamid, ketika memberikan sambutan mewakili PWM Jawa Timur, mengatakan bahwa “….Bapak Nadjib Hamid telah dipanggil Allah SWT. Kita semua merasa kehilangan besar,”.

Sambil sesenggukan, Wakil Ketua PWM Jatim ini melanjutkan, “Beliau adalah orang yang berjasa besar. Terutama segala tugas apapun beliau laksanakan. Dan selama ini, pengabdiannya kepada Muhammadiyah, kepada umat, dan kepada negara sangat besar,”. Lalu berhenti lagi berbicara dan tak sanggup lagi meneruskan sambutanya.

Bagi Mas Nadjib Hamid, ber-Muhammadiyah itu bukanlah sekadar berorganisasi, namun ber-Muhammadiyah menjadi jalan hidup untuk meraih rida Allah dan surganya. Karena ber-Muhammadiyah itu jalan menuju rida dan syurganya Allah SWT, maka Mas Nadjib Hamid menjalani seluruh kegiatan Muhammadiyah dengan penuh keikhlasan, semangat, dan penuh kegembiraan.  Beliau juga ber-Muhammadiyah tanpa beban sekaligus ber-Muhammadiyah dengan hati yang bersih. Di forum apapun dan kepada siapapun, Mas Nadjib Hamid selalu berbicara lugas, apa adanya, tanpa beban menyampaikan pikiran dan pendapatnya. Semua dilakukan sebagai bukti kecintaannya pada Muhammadiyah dan para sahabat-sahabatnya sesama pengurus Muhammadiyah.

***

Totalitas nya dalam berdakwah sungguh sangat mengharukan. Mas Nadjib Hamid pernah menyampaikan ke saya bahwa bila sedang kurang enak badan dan berdiam di rumah, maka malah terasa bertambah sakit. Namun bila sedang sakit atau kurang sehat dan berangkat dakwah, maka sakitnya jadi hilang dan sembuh.

Beliau memang sedang sakit dan sudah lama beliau rasakan. Kepada DR. Mariman Darto, Kepala Diklat LAN di Samarinda yang sekaligus sahabat Mas Nadjib Hamid yang secara khusus mengunjungi Mas Nadjib Hamid ketika sakit (tanggal 9 Januari 2021), Mas Nadjib bertutur pada Pak DR. Mariman Darto bahwa “….Dakwah harus tetap jalan. Ia tidak bisa dihentikan. Karena penting untuk mencerahkan ummat. Bagi saya, tiada hari tanpa rihlah. Dalam satu hari, bisa menghadiri 9 – 10 kegiatan dakwah di daerah. Tempatnya pasti berbeda-beda. Ini sudah berjalan cukup lama. Sakit saya kemarin itu hanya kecapean saja”. Ungkapan Mas Nadjib ini sangat menggetarkan hati saya sekaligus mengingatkan kepada perjalanan hidup KH Ahmad Dahlan yang terus berdakwah meski sedang sakit.

Selamat jalan Mas Nadjib Hamid.

Selamat jalan senior, mentor, dan sahabat.  

Selamat jalan sapu kawat Muhammadiyah Jawa Timur.

Semoga rida Allah dan surga Firdaus terlimpa untukmu.

Editor: Yahya FR

Muhammad Jamaluddin Ahmad
5 posts

About author
Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Articles
Related posts
Feature

Kedekatan Maulana Muhammad Ali dengan Para Tokoh Indonesia

3 Mins read
Ketika kita melakukan penelusuran terhadap nama Maulana Muhammad Ali, terdapat dua kemungkinan yang muncul, yakni Maulana Muhammad Ali Ahmadiyah Lahore dan Maulana…
Feature

Mengkritik Karya Akademik: Sebenarnya Menulis untuk Apa?

3 Mins read
Saya relatif jarang untuk mengkritik tulisan orang lain di media sosial, khususnya saat terbit di jurnal akademik. Sebaliknya, saya justru lebih banyak…
Feature

Sidang Isbat dan Kalender Islam Global

6 Mins read
Dalam sejarah pemikiran hisab rukyat di Indonesia, diskusi seputar Sidang Isbat dalam penentuan awal bulan kamariah telah lama berjalan. Pada era Orde…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *