Perspektif

Orang Muda, Partai Politik, dan Pemilu 2024

3 Mins read

Najwa Shihab, dalam berbagai kesempatan sering mengatakan bahwa “Indonesia digerakkan oleh partai politik yang mengatur setiap lini kehidupan publik, sayangnya partai politik kita masih belum sadar akan perannya terhadap perubahan bangsa ini.” Senada dengan Najwa Shihab, Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul salah seorang dewan legislatif dari PDIP juga menyatakan tentang pentingnya partai politik. Suatu ketika ia ditanya oleh Rocky Gerung, “Menurut kau Pacul, siapa yang mesti disalahkan kalau Indonesia rakyatnya menderita”? Bambang pun menjawab, “Yang pasti disalahkan adalah para pimpinan partai. Karena pimpinan partai adalah pemegang kuasa, pimpinan partai adalah pengambil kebijakan, pimpinan partai yang bisa mengatur semuanya. Karena peserta pemilu partai politik, ia yang akan meletakkan pejabat-pejabat publiknya.”

Dalam sistem demokrasi, partai politik memiliki peran sentral dalam membawa arus perubahan. Dunia macam apa yang akan dibentuk di masa depan ditentukan partai politik. Seburuk apapun penilaian kita terhadap partai politik saat ini, partai politik itulah yang mau tidak mau menentukan nasib, kebijakan, dan juga program dalam pemerintahan. 

Sejarah partai politik di Indonesia mengingatkan kita pada sejarah akan orang muda dan perubahan. Kita ingat saat Soekarno mendirikan Partai Nasionalis Indonesia di tanggal 4 Juni 1927. PNI turut serta membawa gerbong perubahan dan suara nasionalisme serta perlawanan terhadap bangsa ini. PSI yang turut didirikan oleh Cokroaminoto di tahun 1929, yang membawa misi perjuangan kemerdekaan nasional.

Partai politik sebelum kemerdekaan membuktikan peranannya terhadap pergerakan rakyat, penentuan visi, dan juga perjuangan yang gigih terhadap Indonesia merdeka. Tanpa partai politik pada waktu itu, tentu saja perjuangan kemerdekaan terasa berat dan tidak terorganisir. 

Bila kita tilik partai politik setelah kemerdekaan, partai politik tidak hanya sebagai media dan alat perjuangan kekuasaan, tetapi juga jalan untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Pada pemilu pertama 1955 misalnya ada empat partai besar yang memenangkan pemilu dari 30 partai politik yakni PNI, Masyumi, NU, dan juga PKI. Pemilu di tahun 1955 kala itu adalah untuk memilih anggota DPR dan badan konstituante. Pemilu saat itu disebut sebagai pemilu paling demokratis sepanjang sejarah. Seiring dengan berjalannya waktu, partai politik di Indonesia juga semakin berkembang. Saat ini di pemilu 2024, terdapat 24 partai politik di Indonesia, 18 partai nasional dan 6 partai lokal.

Baca Juga  Lima Faktor Penyebab Kuatnya Gerakan Hijrah di Indonesia

Kekuatan Partai Politik 

Partai politik di Indonesia memiliki kekuatan yang sangat besar. Ia turut serta menentukan siapa yang akan ditunjuk, dicalonkan menduduki posisi strategis dan penting dalam pemerintahan. Perubahan pemerintahan yang dinilai buruk bisa diperbaiki melalui partai politik. Melalui pemilu, kita bisa merubah kualitas pemimpin kita serta perubahan dari aspek yang lain. 

Partai politik juga memiliki kekuatan dalam merubah regulasi, aturan-aturan yang tidak memihak kepada rakyat. Undang-Undang yang dinilai melenceng dari kebijakan konstitusional, tidak berpihak serta merugikan negara misalnya bisa direvisi atau diubah lewat parlemen atau legislatif. Melalui legislatif yang diajukan partai politik dan terpilih di pemilu, kita bisa mengajukan perubahan atau amandemen undang-undang. Melalui partai politik pula kita bisa membuat aneka regulasi, peraturan baru, serta undang-undang yang sesuai dengan aspirasi rakyat bila anggota dewan pilihan kita terpilih.

Orang Muda 

Jokowi adalah Presiden yang terpilih atas dorongan orang muda. Di dua periode pemilu, Jokowi menjadi presiden yang popular di kalangan milenial dan generasi Z. Di pemilu 2019, ada sekitar 44, 48 % pemilih yang berasal dari kalangan milenial. Sebagai capres yang didukung oleh kalangan orang muda, Jokowi juga mengajak orang muda berpartisipasi dalam pemerintahan di pemerintahannya. 

Di tahun 2019 sampai sekarang, banyak Menteri, staf khusus yang berasal dari kalangan milenial. Mereka diajak untuk berpartisipasi dalam pemerintahan untuk turut serta mewarnai pemerintahan Jokowi. Meski sempat memicu perdebatan, akhirnya kalangan orang muda inilah yang turut serta menguatkan pemerintahan Jokowi sampai saat ini.

Di tahun 2024, ada sekitar 33,60% dari total DPT menurut catatan KPU tentang jumlah pemilih milenial dan generasi Z. Kekuatan orang muda maupun pemilih pemula ini menjadi daya tarik dan bidikan partai politik. 

Baca Juga  Anak Muda Negarawan

Pemilu di tahun 2024 akan menentukan nasib bangsa ini selama lima tahun ke depan. Apa yang sudah dirintis, dibangun oleh pemerintahan Jokowi saat ini tidak bisa dilepaskan dari peran orang muda yang menyokong pemerintahan Jokowi baik berupa dukungan maupun kritik oposisi yang dilakukan orang muda.

***

Demokrasi yang ada di Indonesia meski masih banyak kekurangan bukan berarti membuat kita pesimis dan apatis. Pesimisme dan apatisme hanya akan membawa pada kemunduran. Medan perjuangan memang tidak hanya pada dunia pemerintahan. Meski demikian, pemilu turut serta memberi peluang orang muda untuk berjuang dan berkiprah pada politik keberpihakan. 

Dukungan kita kepada orang muda tidak hanya berhenti pada pemberian suara, tetapi juga pada aspirasi, serta sikap kritis kita mengawal wakil kita dari orang muda yang duduk di pemerintahan. 

Pemilu adalah bagian dari langkah untuk menentukan perubahan di masa mendatang. Melalui pemilulah kita bisa menempatkan orang-orang pilihan yang diharapkan membawa masa depan Indonesia yang lebih baik lagi. 

Perjuangan orang muda di partai politik juga perlu didukung, seperti perjuangan orang muda di lingkaran kekuasaan. Kekuatan orang muda yang didukung dengan visi dan gagasan harus menjelma menjadi kebijakan yang berpihak kepada rakyat.

Momentum pemilu selalu mengajak kita berpikir tentang harapan dan perubahan. Di tangan orang muda yang mengusung gagasan dan perubahan itulah pemilu akan menjadi pengejawantahan politik keberpihakan.

*Artikel ini adalah hasil kerjasama IBTimes.ID & INFID

Editor: Yahya FR

Avatar
35 posts

About author
Pegiat Literasi
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

1 Comment

  • Avatar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *