Tarikh

Cinta Rasulullah: Tak Pandang Fisik, Ramah terhadap Penyandang Disabilitas

4 Mins read

Rasulullah SAW adalah sosok yang wajib dijadikan teladan para ummatnya, bahkan para Ulama dengan jelas menegaskan bahwa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya harus diutamakan daripada cinta kepada yang lainnya, bahkan orang tua sekalipun (Fadhl Ilahi, 2008).

Sahal al-Tustari, tokoh ulama ahlussunnah, pernah berkata: “Tanda cinta kepada Allah adalah mencintai Al-Qur’an, sedangkan tanda cinta pada Al-Qur’an adalah mencintai Rasulullah, dan tanda cinta kepada Rasulullah adalah mencintai sunnahnya.” (HR. Tirmidzi).  Dalam Al-Qur’an juga jelas disebutkan bahwa Nabi merupakan teladan yang baik yang diutus oleh Allah untuk hamba-Nya (QS. Al-Ahzab: 21). Maka, mencintai saja tidak cukup, perlu pembuktian dengan meneladani akhlaknya.

***

Betapa banyak orang yang bahagia atas kelahirannya, betapa banyak yang rela berkorban untuk jalan dakwahnya, dan betapa banyak orang yang berduka saat kematiannya. Ialah Rasulullah yang telah memiliki banyak peran semasa hidupnya dalam menyebarkan agama Islam, Islam rahmatan lil ʿalamin tampak jelas dalam sikapnya. Bagaimana tidak, Makkah yang saat itu dipenuhi oleh kekejian tradisi jahiliyah, masa dimana perbudakan, penyiksaan, bahkan pembunuhan secara tidak manusiawi dilakukan, akhirnya menemukan secercah cahaya yang telah lama dinantikan melalui ajaran agama Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Salah satu hal penting yang diajarkan Rasulullah SAW dan sangat berkesan di hati para sahabat dan umatnya adalah nilai-nilai kemanusian, yaitu bagaimana seseorang seharusnya memanusiakan manusia lainnya tanpa terkecuali. Seorang hamba tidaklah sempurna imannya tanpa dihiasi dengan akhlaq yang baik kepada sesamanya. Dalam hadis disebutkan “Mereka yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya, dan yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya.” (HR. Tirmidzi). Rasulullah SAW sangat menghargai siapa saja yang menjadi lawan bicaranya, muamalahnya dengan sesamanya, bahkan pada yang memusuhinya sekalipun, Rasulullah tetap bersikap mulia dan sabar.

Baca Juga  Islam Juga Hadir dalam Dunia Disabilitas

Kasih Sayang Rasulullah Tak Memandang Fisik

Ada suatu kisah yang patut kita refleksikan dan teladani dari sikap beliau yaitu saat bermuamalah dengan mereka yang dianggap kurang menarik secara fisik.

Julaybib namanya, salah seorang sahabat yang dikenal pendek, buruk rupa, tidak jelas nasab keluarganya, serta fakir miskin (A’id al-Qarni, 2019). Stigma masyarakat setempat pada masa itu bahwasanya orang lemah, fakir, pendek, tidak berhak memiliki kebahagiaan sebab alat ukur kebahagiaan harus berupa harta, ketampanan, serta kedudukan dan nasab sehingga Julaibib begitu dikucilkan. Terlepas dari kelemahan-kelemahannya tersebut, ia merupakan sosok yang baik akhlaknya, lisannya tidak pernah terlepas dari berizkir dan membaca Al-Qur’an, tidurnya di masjid berbantal tangannya serta berkasur tanah, ia tidak pernah absen menjadi saf pertama salat berjamaah di lima waktu sholat begitupun dalam ghazwah.

Suatu hari saat menghadiri majelis rasul sebagaimana rutinitasnya, Rasulullah bertanya, “Wahai Julaybib, apakah engkau tidak ingin menikah?” Ia menoleh pada Rasul dan berkata, “Saya tidak laku wahai Rasul”, Rasul kemudian menjawab, “Tapi engkau laku di sisi Allah,” pertanyaan itu telah membuatnya terkejut karena ia menyadari keberadaan yang demikian.  Dari saat itulah, datanglah Rasulullah kepada salah seorang kaum Anshar untuk meminang putrinya untuk dijadikan istri Julaybib. Pria tersebut kemudian meminta izin untuk mendiskusikan terlebih dahulu pada istrinya, setelah mengetahui bahwa anaknya akan dinikahkan dengan Julaybib, sang istri menolak.

*** 

Saat sang ayah hendak bergegas menemui Rasulullah untuk menolak pinangan tersebut, sang anak kemudian bertanya, “Siapa yang memintaku padamu?” sang ibu lantas menjawab bahwa Rasulullah lah yang meminangkannya untuk dinikahkan dengan Julaybib. Mendengar hal itu, sang anak berkata, “apakah engkau menolak permintaan Rasulullah? Antarkan aku padanya karena aku yakin ia tidak akan menyianyiakanku.” Banyak orang berburuk sangka bahwa pernikahannya tidak akan berumur panjang, namun dugaan mereka ternyata salah, istri Julaybib begitu shalilah dan selalu mendukung suaminya. Suatu saat, Julaybib terpanggil ke medan Jihad, ber-ghazwah melawan kaum musyrikin hingga akhirnya ghazwah tersebut dimenangkan oleh kaum muslimin.

Baca Juga  Nabi Ibrahim: Berdakwah dengan Santun dan Lemah Lembut

Seusai berperang, para sahabat mengumpulkan para syahid yang berguguran dan mengobati para prajurit yang luka-luka. Kemudian Rasulullah memanggil para sahabatnya dan bertanya, “Apakah engkau kehilangan seseorang?” mereka menjawab, “Iya, si fulan, fulan, dan fulan.” Kemudian Rasululullah mengulangi pertanyaan yang sama hingga tiga kali hingga mereka menjawab “tidak” dan akhirnya beliau berkata, “Namun, aku kehilangan Julaybib, maka carilah ia”. Mereka mulai mencari dan ternyata ia tergeletak di antara kaum musyrikin yang berguguran, kemudian Rasulullah menghampirinya dan berkata, “Dia membunuh tujuh (orang). Kemudian (lawan-lawannya) membunuhnya. Dia adalah milikku dan aku adalah miliknya.” Rasulullah kemudian meletakkannya di atas kedua tangannya dan tidak ada yang mengangkatnya kecuali beliau. Kemudian kuburnya digali untuknya dan ia diletakkan di dalam kubur dan tidak disebutkan bahwa ia dimandikan (HR. Muslim).

Ramah terhadap Penyandang Disabilitas

Selain itu, ada satu kisah muamalah Rasulullah dengan para penyandang disabilitas yang dituliskan dalam Shahih al-Bukhari adalah muamalahnya dengan seorang wanita yang memiliki keterbatasan akal. Perempuan tersebut lantas berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki hajat kepadamu,” dalam hal ini, sang perempuan tersebut ingin menyampaikan sesuatu pada Rasul yang tidak ingin didengar orang lain, Rasulullah lantas menjawab: “Wahai ummu fulan, pilihlah jalan yang mana yang ingin kau tempuh sehingga aku dapat memenuhi hajatmu”. Di sepanjang jalan, Rasulullah mendengar keluh kesah wanita tersebut hingga ia dapat menyampaikan apa yang ingin disampaikan pada Rasul (HR. Muslim). Dalam syarah hadis tersebut ditegaskan bahwa Rasulullah tidak ber-khalwat sebab mereka tetap berjalan di tengah keramaian namun tidak seorangpun dapat mendengar perbincangan mereka. 

Demikianlah sikap Rasulullah kepada mereka yang dirasa kurang menarik secara tampilan fisik dan para penyandang disabilitas. Segala kekurangan dan keterbatasan mereka, tidak mengurangi derajat mereka disisi Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah dengan kerendahan hatinya, masih bersedia mendengarkan wanita yang ia tahu bahwa wanita tersebut memiliki keterbatasan akal. Begitu juga sikapnya pada Julaybib yang terkucilkan karena rupanya yang kurang menawan. Hal ini terbukti ketika tidak ada satupun orang yang mau dengan Julaybib, Rasulullah mencarikannya pasangan yang shalilah. Bahkan dalam medan perang saat tidak ada seorangpun yang mengingatnya, Rasulullahlah yang mencarinya sehingga saat ia ditemukan gugur, Rasulullahlah yang langsung menguburkannya. Masih banyak kebaikan-kebaikan lain yang dicontohkan Rasulullah pada ummatnya. Sekarang, saatnya kita berefleksi, sudahkah kita benar-benar meneladaninya? Wallahu a’lam bisshawab.

*Artikel ini dihasilkan dari kerjasama IBTimes.ID & INFID

Editor: Yahya

Naura Safira Salsabila Zein
1 posts

About author
Alumni IIUM, Mahasiswa Magister Studi Islam Universitas Islam Internasional Indonesia
Articles
Related posts
Tarikh

Ahli Dzimmah: Kelompok Non-Muslim yang Mendapat Perlindungan di Masa Khalifah Umar bin Khattab

2 Mins read
Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, Islam mengalami kejayaan yang berkilau. Khalifah Umar memainkan peran penting dalam proses memperluas penyebaran Islam….
Tarikh

Memahami Asal Usul Sholat dalam Islam

5 Mins read
Menyambut Isra Mi’raj bulan ini, saya sempatkan menulis sejarah singkat sholat dalam Islam, khususnya dari bacaan kitab Tarikh Al-Sholat fi Al-Islam, karya…
Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read
Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *