Beberapa waktu yang lalu saya membaca tulisan seorang ustaz kondang bernama Hilmi Firdausi di akun media sosialnya. Beliau menuliskan bahwa untuk berdakwah tidak harus mempunyai ilmu agama yang tinggi. Karena menurut beliau, berdakwah adalah mengajak kepada kebaikan, bukan mengajar. Sehingga untuk berdakwah beliau berpendapat tidak perlu punya ilmu agama yang tinggi, karena bedakwah berbeda dengan mengajar.
Pernyataan beliau tentang berdakwah dan mengajar tersebut menurut saya tidak salah. Tetapi juga tidak bisa dibenarkan sepenuhnya. Memang benar untuk berdakwah alias mengajak kepada kebaikan tidak harus memiliki ilmu agama yang tinggi. Tetapi jika belum memiliki ilmu agama yang mumpuni, jangan berdakwah dengan membawa-bawa gelar yang dimuliakan dalam agama. Contohnya seperti gelar ustadz, gus, dan kyai.
Mengajar, Salah Satu Metode Berdakwah
Berdakwah memang berbeda dengan mengajar. Tetapi mengajar adalah salah satu cara yang sering digunakan dalam berdakwah. Dalam mengajar, seseorang harus menguasai materi yang diajarkan. Jadi jika ingin berdakwah tetapi belum menguasai ilmu agama, jangan berdakwah dengan membawa-bawa materi berupa ilmu agama.
Cukup berdakwah dengan cara motivasi atau sharing–sharing pengalaman saja. Cara tersebut juga manjur kok, untuk mengajak seseorang kepada kebaikan.
Misalnya kita ingin berdakwah untuk membuat orang-orang terhindar dan berhenti mengonsumsi minuman keras. Kita tidak harus menggunakan dalil kitab suci untuk mendakwahi mereka. Cukup ceritakan pengalaman dan akibat buruk dari mengonsumsi minuman keras, dengan disertai penjelasan ilmahnya.
Cara tersebut malah bisa lebih diterima dan mudah dipahami, karena ada penjelasan rasionalnya. Selain itu, untuk membedakan hal yang baik dan buruk tidak harus dengan dasar kitab suci. Tetapi juga bisa menggunakan akal, tetapi akalnya harus sehat alias waras.
Misalnya seperti perbuatan korupsi. Perbuatan tersebut pasti dinilai sebagai hal buruk oleh semua orang. Baik oleh orang yang beragama atau pun tidak beragama. Asalkan orang tersebut memiliki hati nurani dan akal sehat yang waras.
Mengajak Kebaikan tidak harus di Atas Mimbar
Jika ingin berdakwah tetapi masih minim ilmu agama, maka jangan berdakwah menggunakan materi berupa ilmu agama. Lagi pula kalau ingin mengajak kepada kebaikan juga tidak harus naik ke atas mimbar kok. Cukup dengan selalu berbuat baik kepada orang-orang juga merupakan mengajak kepada kebaikan. Hal tersebut bisa memberikan contoh kepada orang lain untuk berbuat baik.
Apalagi kalau ingin mendakwahkan Islam sebagai agama yang baik dan benar. Cukup anda keluar rumah dengan membawa identitas orang Islam, lalu berbuat baiklah kepada orang-orang. Hal tersebut secara tidak langsung juga merupakan dakwah, karena membuat orang-orang beranggapan kalau Islam memang agama yang baik dan benar.
Cara seperti itu juga lebih simple daripada berdakwah dengan cara berbicara di atas mimbar. Karena cara tersebut tidak perlu harus memiliki ilmu agama yang tinggi. Ditambah lagi ketika berbuat baik kepada orang lain, orang tersebut tidak perlu memikirkan bayaran. Berbeda dengan berdakwah di atas mimbar, panitia atau penyelenggara biasanya harus menyiapkan amplop untuk diberikan kepada si pendakwah.
Selain itu, cara tersebut juga bisa membuat orang-orang tertarik untuk masuk Islam. Namun kalau tetap ingin berdakwah dengan cara naik ke atas mimbar, mau tidak mau harus belajar ilmu agama dulu. Karena kalu tidak mempunyai ilmu agama yang mumpuni dalam berceramah, yang ada bukan mengajak kepada kebaikan. Tetapi menyesatkan banyak orang.
Pendakwah Minim Ilmu Agama, Menyesatkan Umat
Perbuatan menyesatkan banyak orang menurut saya pribadi merupakan suatu kejahatan yang besar. Karena tindakan tersebut tidak hanya membuat orang-orang menjadi korban dari tindakan yang salah. Tetapi juga membuat orang-orang menjadi pelaku dalam melakukan kesalahan. Hal ini tidak dicontohkan ulama-ulama terdahulu.
Bahkan seorang ulama yang bernama Ibn Taimiyah yang menjadi patron dari berbagai kelompok keras di kalangan umat Islam. Beliau menyatakan bahwa orang yang ber-amar ma’ruf nahi munkar alias mengajak kepada kebaikan harus mempunyai tiga bekal. Yaitu ilmu, kelemahlembutan, dan kesabaran.
Ilmu diperlukan untuk memahami persoalan yang dihadapi sebelum mengajak kepada kebaikan. Lalu kelemahlembutan harus mewarnai proses dalam berdakwah alias mengajak kepada kebaikan. Kemudian sikap sabar harus senantiasa ada selama berdakwah untuk mengajak orang-orang kepada kebaikan.
Dari pernyataan beliau, sudah jelas kalau berceramah tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang. Namun saya juga sering heran, kenapa banyak juga orang yang menggemari ceramah orang-orang yang tidak jelas dari mana dia belajar ilmu agama. Bahkan ada juga orang yang merubah kehidupannya menjadi lebih baik dan Islami setelah mengikuti ceramah orang-orang yang tidak jelas dari mana belajar ilmu agamanya.
Kira-kira, kenapa hal seperti itu bisa terjadi ya?