Pandangan Islam tentang Kehidupan dapat ditemukan dalam buku Pedoman Hidup Islam Warga Muhammadiyah atau sering disingkat dengan (PHIWM) yang merupakan hasil Muktamar ke–44 tahun 2000 di Jakarta.
Pedoman Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah merupakan pedoman untuk menjalani kehidupan dalam lingkup pribadi, keluarga, bermasyarakat, berorganisasi, mengelola amal usaha, berbisnis, mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mengembangkan seni dan budaya yang menunjukkan perilaku uswah hasanah (teladan yang baik).
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) sebagai acuan nilai dan norma bagi tingkah laku bagi warga Muhammadiyah bertujuan untuk terbentuknya perilaku individu dan kolektif seluruh anggota Muhammadiyah yang menunjukkan keteadanan yang baik (uswah hasanah ) menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Materi PHIWM dikembangkan dan dirumuskan dalam empat bagian yang terdiri dari Pendahuluan, Pandangan Islam terhadap Kehidupan, Kehidupan Islami warga Muhammadiyah , Tuntunan Pelaksanaan dan Penutup. Jadi, untuk mengetahui pandangan Muhammadiyah tentang Kehidupan, maka dapat ditemukan dalam bab atau bagian II PHIWM, sebagaimana berikut:
Pandangan Islam tentang Kehidupan
Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul (Q.S. Asy-Syura/42: 13), sebagai hidayah dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa, yang menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spirituil, duniawi dan ukhrawi. Agama Islam, yakni Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad sebagai Nabi akhir zaman, ialah ajaran yang diturunkan Allah yang tercantum dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi yang shahih (maqbul) berupa perintah-perintah, larangan-larangan, dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Ajaran Islam bersifat menyeluruh yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisah-pisahkan meliputi bidang-bidang aqidah, akhlaq, ibadah, dan mu’amalah duniawiyah.
Islam adalah agama untuk penyerahan diri semata-mata kepada Allah (Q.S. An-Nisa/4 : 125), Agama semua Nabi-nabi (Q.S. Al-Baqarah/2: 136), Agama yang sesuai dengan fitrah manusia (Q.S. Ar-Rum/30: 30), Agama yang menjadi petunjuk bagi manusia (Q.S. Al-Baqarah/2: 185), Agama yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesame (Q.S. Ali Imran/3: 112), Agama yang menjadi rahmat bagi semesta alam (Q.S. Al-Anbiya/21: 107). Islam satu-satunya agama yang diridhai Allah8 Q.S. Ali Imran/3: 19 dan agama yang sempurna (Q.S. Al-Maidah/5: 3).
Dengan beragama Islam, maka setiap muslim memiliki dasar/landasan hidup Tauhid kepada Allah (Q.S. Al-Ikhlash/112: 1-4), fungsi/peran dalam kehidupan berupa ibadah (Q.S. Adz-Dzariyat/51: 56), dan menjalankan kekhalifahan (Q.S. Al-Baqarah/2: 30; Al-An’am/6: 165; Al`Araf/7: 69, 74; Yunus/10: 14, 73; As- Shad/38: 26), dan bertujuan untuk meraih Ridha serta Karunia Allah SWT (Q.S. Al-Fath/48: 29). Islam yang mulia dan utama itu akan menjadi kenyataan dalam kehidupan di dunia apabila benar- benar diimani, difahami, dihayati, dan diamalkan oleh seluruh pemeluknya (orang Islam, umat Islam) secara total atau kaffah (Q.S. Al-Baqarah/2: 208) dan penuh ketundukan atau penyerahan diri (Q.S. Al-An’am/6: 161-163).
Dengan pengamalan Islam yang sepenuh hati dan sungguh-sungguh itu maka terbentuk manusia muslimin yang memiliki sifat-sifat utama:
a. Kepribadian Muslim (Q.S. Al-Baqarah/2: 112, 133, 136, 256; Ali Imran/3 : 19, 52, 82, 85; An-Nisa/4: 125, 165, 170; Al-Maidah/5: 111, Al-An’am/6: 163; Al-Araf/7: 126; At-Taubah/9: 33; Yunus/10: 72, 84, 90; Hud/11: 14; Yusuf/12: 101; An-Nahl/16: 89, 102; Asy-Syuura/42: 13; Ash-Shaf/61: 9; Al-Mu’minun/23: 1-11),
b. Kepribadian Mu’min (Q.S. Al-Baqarah/2: 2-4, 213 s/d 214, 165, 285; Ali Imran/3: 122 s/d 139; An-Nisa/4: 76; At-Taubah/9: 51, 71; Hud/11: 112 s/d 122; Al-Mu’minun/23: 1 s/d 11; Al-Hujarat/49: 15),
c. Kepribadian Muhsin dalam arti berakhlak mulia18 Q.S. Al Baqarah/2: 58, 112; An-Nisa/4: 125; Al-`An’am/6: 14; An-Nahl/16: 29, 69, 128; Luqman/31: 22; Ash-Shaffat/37: 113; Al-Ahqhaf/46: 15 , dan
d. Kepribadian Muttaqin (Q.S. Al-Baqarah/2: 2 s/d 4, 177, 183; Ali Imran/3: 17, 76, 102, 133 s/d 134; Al- Maidah/5: 8; Al-‘Araf/7: 26, 128, 156; Al-Anfal/8: 34; At-Taubah/9: 8; Yunus/10: 62 s/d 64; An-Nahl/16: 128; Ath-Thalaq/65: 2 s/d 4; An-Naba/78: 31).
Setiap muslim yang berjiwa mu’min, muhsin, dan muttaqin, yang paripuma itu dituntut untuk memiliki keyakinan (aqidah) berdasarkan tauhid yang istiqamah dan bersih dari syirk, bid’ah, dan khurafat; memiliki cara berpikir (bayani), (burhani), dan (irfani); dan perilaku serta tindakan yang senantiasa dilandasi oleh dan mencerminkan akhlaq al karimah yang menjadi rahmatan li-`alamin.
Dalam kehidupan di dunia ini menuju kehidupan di akhirat nanti pada hakikatnya Islam yang serba utama itu benar-benar dapat dirasakan, diamati, ditunjukkan, dibuktikan, dan membuahkan rahmat bagi semesta alam sebagai sebuah manhaj kehidupan (sistem kehidupan) apabila sungguh-sungguh secara nyata diamalkan oleh para pemeluknya. Dengan demikian Islam menjadi sistem keyakinan, sistem pemikiran, dan sistem tindakan yang menyatu dalam diri setiap muslim dan kaum muslimin sebagaimana menjadi pesan utama risalah da’wah Islam.
Da’wah Islam sebagai wujud menyeru dan membawa umat manusia ke jalan Allah (Q.S. Yusuf/112: 108) pada dasarnya harus dimulai dari orang-orang Islam sebagai pelaku da’wah itu sendiri (ibda binafsika) sebelum berda’wah kepada orang/pihak lain sesuai dengan seruan Allah: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa neraka….” (Q.S. At-Tahrim/66: 6). Upaya mewujudkan Islam dalam kehidupan dilakukan melalui da’wah itu ialah mengajak kepada kebaikan (amar ma’ruf), mencegah kemunkaran (nahyu munkar), dan mengajak untuk beriman (tu’minuna billah) guna terwujudnya umat yang sebaikbaiknya atau khairu ummah (Q.S. Ali Imran/3: 104, 110).
Berdasarkan pada keyakinan, pemahaman, dan penghayatan Islam yang mendalam dan menyeluruh itu maka bagi segenap warga Muhammadiyah merupakan suatu kewajiban yang mutlak untuk melaksanakan dan mengamalkan Islam dalam seluruh kehidupan dengan jalan mempraktikkan hidup Islami dalam lingkungan sendiri sebelum menda’wahkan Islam kepada pihak lain.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam maupun warga Muhammadiyah sebagai muslim benar-benar dituntut keteladanannya dalam mengamalkan Islam di berbagai lingkup kehidupan, sehingga Muhammadiyah secara kelembagaan dan orang-orang Muhammadiyah secara perorangan dan kolektif sebagai pelaku da’wah menjadi rahmatan lil `alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.