Perspektif

Perayaan Tahun Baru: di Negara Teluk Euforia, di Indonesia Haram!

4 Mins read

Di negara-negara teluk: Abu Dhabi, Uni Emirat, Shabah, Quwait, dan Qatar perayaan tahun baru Masehi jauh lebih mewah dan meriah dari negeri Eropa. Di negeri teluk, di mana para pangeran dan syekh royal membelanjakan hartanya untuk klub-klub sepak bola Eropa, sirkuit balapan mobil, dan industri fashion.

Di Uni Emirates, gedung paling tinggi di dunia, megah berdiri. Pantai mewah memanjang dengan ribuan pengunjung mengenakan bikini. Sirkuit termewah, lapangan bola termegah. Pesawat jet pribadi termahal. Hotel-hotel super mewah berbintang, ta’dzim melayani para pengunjung, dan banyak lagi. Pendek kata, semua simbol kemodernan dan kemajuan Eropa, diboyong.

Euforia Perayaan Tahun Baru di Negara Teluk

Jangan heran kalau kemudian perayaan tahun baru di negara-negara teluk jauh lebih fantastis dibanding negara-negara rumpun Romawi. Apalagi dibandingkan dengan negara kita, Indonesia. Ratusan ribu kembang api di bakar, ratusan ribu trompet menyambut tahun baru ditiup. Ditambah genderang dan pesta semalaman. Ratusan ribu penduduk negeri yang mayoritas memeluk Islam dan menjadikan Hijriah sebagai kalender resminya, justru menjadi negara paling royal merayakan tahun baru Masehi. Di Burj Khalifah, Dubai, perayaan tahun baru super mewah digelar.

Jutaan penduduk negara teluk berkumpul di mall, plaza, dan tempat-tempat umum lainnya. Di Jumeerah,  Etihad, hiburan dengan DJ super mahal digelar. Makanan termahal disuguhkan. Musik jazz dan rock ditabuh. Semua tersedia. Tahun 2018, Dubai pun dinobatkan sebagai penyelenggara perayaan tahun Masehi terbaik, termewah, dan termahal dengan ratusan juta penonton.

Di Indonesia, Trompet Di-fatwa-kan Tasyabbuh!

Di Indonesia, kang Sedjo pedagang terompet berebut napas dengan para ustaz dan kiai yang mengharamkan trompet yang ditengarai tasyabbuh. Gencarnya larangan membeli dan meniup trompet pada tahun baru, terasa seperti halilintar menyambar di siang bolong.

Baca Juga  Maaf ke Buya Syafii: Pasca Tsunami Politik Menerpa Muhammadiyah

Kepada kang Sedjo, itulah fatwa-fatwa tajam menebas. Tapi tumpul saat menghadapi perusahaan raksasa milik orang kafir .

Pagi itu, kang Sedjo bersama istri dibantu dua putrinya yang masih imut, sibuk menggunting, melipat,  dan menggulung kertas kardus yang dibeli dari toko kelontong di pasar. Seperti tahun baru sebelumnya,  Kang Sedjo menjajakan terompet yang sudah dihias indah, sekitar dua sampai tiga ratus trompet, laku terjual.

Anehnya, meski para “pem-fatwa” haram tasyabbuh bagi peniup trompet dan perayaan tahun baru masehi, tak berasa di tangannya erat menggenggam gadget, bermain FB dan WA sambil meng-upload gambar selfie-nya di IG yang juga buatan orang Yahudi dan Nasrani. Entah berapa pulsa dan paket internet sudah ia beli, satu lagi perusahaan Yahudi diuntungkan.

Ribuan pedagang trompet dan kembang api, kolaps. Tak sedikit yang digrebek sebelum dimusnahkan. Sementara ratusan milyar rupiah mengalir ke Telkomsel, Indosat, dan google, perusahaan besar milik orang-orang kafir.

Dubai tak sepenuhnya salah. Tahun baru hanya soal industri bagaimana menarik wisatawan datang. Jadi tak ada hubungannya dengan soal iman suatu agama. Pun dengan simbol-simbol kemodernan yang diboyong dari Eropa juga tak dipersepsi sebagai tasyabbuh.

Meski Islam adalah agama resmi negara dan Hijriah menjadi kalender resminya, tak menghalangi mereka merayakan tahun baru Masehi. Sungguh fantastis! Kang Sedjo, sang pedagang dan pembuat terompet itu , ada baiknya pindah ke Uni Emirete. Saya yakin usahanya bakal maju pesat.

Selamat Tahun Baru

Trompet adalah hasil peradaban tua, yang secara teologis disandangkan kepada malaikat Isrofil, sebelum diklaim Yahudi. Termasuk mercon, kembang api, gamis, atau cadar. Bahkan pedang hingga pistol juga hasil peradaban setiap era, sayang bila ditiadakan. Perayaan tahun baru bakal sepi tanpa trompet dan mercon. Sebagaimana hari raya Ied, sepi tanpa takbir keliling, bedug, dan kenduri. Gamis dikaitkan radikal dan trompet dikaitkan Yahudi adalah pikiran ambigu.

Baca Juga  Idul Fitri Ladang Vaksin COVID-19

Jam tangan Rolex temuan Yahudi tengik Hans Wilsdorf pada tahun 1905 di pusat Kresten London itu,  juga hasil peradaban. Halal dipakai bagi yang mampu beli dan haram bagi yang tak berkemampuan. Thomas Alfa Edhison yang dijuluki ’si penyihir menlo park’ ini, menemukan lampu yang menemani para sholihin ’nderes’ kitab suci Al-Qur’an

Tahun Masehi adalah hasil peradaban. Dihitung sejak kelahiran Nabi Isa al-Masih meski tak henti-hentinya dipertengkarkan. Tahun Hijriah juga sebagai penanda. Awal hitung tahun Hijriah dimulai ketika Nabi SAW hijrah ke Yatsrib. Yang pertama menggunakan matahari dan yang kedua menggunakan rembulan sebagai hitungan.

Matahari dan Rembulan adalah rahmat Tuhan bagi semesta alam. Pada gerhana matahari, kita diperintah salat kusuf. Pada gerhana bulan, kita juga diperintah salat khusuf. Keduanya hanyalah sebagai tanda kebesaran Allah. Bukan karena peristiwa lahir atau matinya seseorang.

Dasi dan jas adalah hasil peradaban Kristen Eropa, memakainya tidak lantas menjadi Kristen. Makan bakso dan pangsit atau nasi goreng tidak lantas menjadi Konghucu. Sebagaimana makan nasi biryani tidak lantas menjadi Arab. Mengajar dengan papan tulis, bangku, dan kapur tulis, tidak lantas menjadi Paroki.

Larry Page dan Sergey Brin, saat masih mahasiswa Ph.D, Keduanya membangun perusahaan google yang mengubah dunia. Hampir semua manusia tidak mengenal ras, agama, suku, atau budaya apa pun di bawah cengkeramnya. Para ulama dari yang paling liberal maupun yang paling fundamentalis, memakai jasa dua orang Kristen ortodoks ini tanpa tanya. Google selalu menemani hingga saat beliau-beliau salat.

Peradaban Sebagai Keniscayaan

Bagi saya, peradaban adalah niscaya. Baju mlorot bisa membimbing ke neraka bila disertai sikap sombong. Bahkan perilaku syirik bisa dilakukan di tempat paling suci: Bait Allah di Mekkah. ‘Kamu  hanya batu … ‘ kata Umar Ibnul Khattab saat hendak mencium Hajar aswad. ‘Aku tidak akan menciummu jika Nabi SAW tidak melakukannya’ lanjut khalifah Umar untuk menjaga hati dan umatnya agar tidak melakukan perbuatan syirik.

Baca Juga  Kasus AWK di Bali: Tak Perlu Kekerasan untuk Membela Agama

Manarah (menara) adalah hasil peradaban Majusi, tempat orang Majusi penyembah api menaruh api untuk disembah setiap pagi dan petang. Tapi elok saat dibangun di samping masjid dan efektif untuk menaruh pengeras suara azan sebagai penanda masuk waktu salat. Begitu pula dengan kubah yang kemudian menjadi ciri bangunan masjid. Kubah merupakan arsitektur di istana Romawi Kuno penganut Pagan.

Bahkan Toa, mesin pengeras suara bikinan Jerman, awalnya adalah untuk melayani para pelayan Tuhan di Gereja Katedral. Agar Khutbahnya bisa di dengar oleh seluruh jemaat. Sebelum kemudian ditaruh di masjid-masjid. Itu jauh lebih keras ketimbang suara trompet yang dibuat kang Sedjo setahun sekali itu.

Tidak adil jika trompet hasil buah tangan kang Sedjo, karena pernah menjadi simbol peradaban Yahudi tua yang sudah usang, di-tasyabbuh-kan. Sementara google, simbol peradaban kafir Eropa modern yang punya daya rusak dan daya jangkau kuat, justru dihalalkan karena kebutuhan. Kenapa tebang pilih? jika di-tasyabbuh-kan kenapa tidak semua sekalian —?

Selamat tahun baru 2020 Masehi. Mari bersyukur, beristigfar, bertasbih, bertakbir, dan memperbanyak berbuat bajik. Aamiin

Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds