Fatwa

Perbedaan Iblis, Setan, dan Jin

2 Mins read

Tanya:

Mohon diterangkan apakah perbedaan dan persamaan Iblis, Setan, dan Jin? (Penanya: Sudarmadi, Maluku Tengah).

Jawab:

Iblis, Setan, dan Jin, ketiga-tiganya makhluk Allah yang tidak kelihatan oleh pandangan manusia biasa. Iblis adalah makhluk Allah yang enggan melaksanakan sujud menghormat kepada Adam. Dia takabur dan termasuk makhluk Allah yang kafir, sebagai dinyatakan dalam Surat Al-Baqarah ayat 34.

Selanjutnya diterangkan pula bahwa Iblis juga dikeluarkan dari surga dan termasuk makhluk yang dilaknat sampai hari yang telah ditetapkan Allah, namun dia diberi kesempatan untuk dapat berkiprah di bumi untuk menggoda manusia yang tidak ikhlas. Seperti dituturkan dalam ayat 30 sampai 40 surat Al-Hijr dan ayat 12 sampai dengan ayat 18 surat Al-A’raf, dan ayat 73 sampai dengan 83 Surat Shaad.

Melihat rangkaian cerita dalam ayat-ayat tersebut di atas, akan kita dapati bahwa selanjutnya Setan menggoda Adam dan Hawa, yang dapat dipahami bahwa Iblis itu ya Setan yang memang telah menyatakan sumpah untuk selalu menggoda manusia. Agar manusia turun martabatnya dengan melanggar aturan Allah yang akhirnya juga mendapat azab Allah di neraka.

Hal ini dapat kita ikuti pada ayat 36 Surat Al-Baqarah, ayat 20 dan 21 Surat Al-A’raaf, ayat 120 Surat Thaha. Barangkali untuk memudahkan pula di bawah ini dapat disampaikan di antara yang memuat keterangan di atas, yakni ayat 20 sampai dengan ayat 22 Surat Al-A’raaf, yang sekaligus ayat tersebut memberi keterangan bahwa Setan itu menjadi musuh manusia.

“Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya, dan setan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”.

Baca Juga  Ketika Al-Hallaj Memuji Kesetiaan Iblis

Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya: “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”.

Maka setan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu-daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupi dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka manyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua mendekati pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kaum berdua”.

Pada Al-A’raaf ayat 27, kita keturunan Adam diingatkan oleh Allah untuk tidak terpikat oleh Setan. Karena setan dan kelompoknya tidak bisa dilihat oleh manusia, tetapi mereka melihat kita sebagai berikut: “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu-bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pemakaiannya untuk memperhatikan kepala keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu daru suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.”

Dalam ayat 4 Surat An-Nas, Setan dapat membisikkan propagandanya kepada manusia melalui Jin dan manusia sendiri. Adapun Jin adalah makhluk Allah yang tidak tampak oleh manusia yang mendapat tugas seperti manusia untuk beribadah kepada Allah seperti tersebut dalam ayat 56 Surat Adz-Dzaariyat. Dan dalam Suara Jin ayat 1 dan 2 ada segolongan dari jin itu mendengarkan bacaan Al-Quran, lalu mereka beriman. Ayatnya berbunyi sebagai berikut: “Katakanlah (hai Muhammd): “Telah diwahyukan kepadaku bahwasannya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al-Quran), lalu mereka berkata: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Quran yang menakjubkan (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami.”

Sumber: Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fatwa-fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 1.

Editor: Arif

Baca Juga  Bapak Tak Bertanggung Jawab, Bagaimana Sikap Anak?
Related posts
Fatwa

Meluruskan Bacaan Takbir Hari Raya: Bukan Walilla-Ilhamd tapi Walillahilhamd

1 Mins read
IBTimes.ID – Membaca takbir ketika hari raya merupakan salah satu sunnah atau anjuran yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Anjuran tersebut termaktub di…
Fatwa

Menggibahi Orang Lain di Group WhatsApp, Bolehkah?

2 Mins read
Di era banjirnya informasi yang tak dapat terbendungkan, segala aktivitas manusia nampaknya bisa dilacak dan diketahui dari berbagai media sosial yang ada….
Fatwa

Fatwa Muhammadiyah tentang Tarekat Shiddiqiyyah

4 Mins read
IBTimes.ID – Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, tarekat adalah jalan, cara, metode, sistem, mazhab, aliran, haluan, keadaan dan atau tiang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *