Khutbah

Perjuangan bukan Mengharap Penghargaan

3 Mins read

السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله بَرَكَاتُه

اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ با للهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ ا للهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لا بِيَّ بَعْدَهُ . وَالصَّلاةُ وَالسَّلامُ عَلَى رَسُوْلِ الله

وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ فَيَاعِبَدَالله أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَاز الْمُتَّقُوْنَ

كَمَا قَالَ الله تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ  أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ أَمَنُوا ٱتَّقُوا ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

وَقَالَ تَعَالَى    يَٰأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَة وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً  وَٱتَّقُوا ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَاءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ  إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقيبا

اَمَّا بّعْدُ

Jamaah Jumat yang berbahagia

Agustus dirayakan sebagai bulan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sepanjang jalan dan depan rumah-rumah penduduk sampai gedung perkantoran dipercantik dengan tambahan ornamen ‘Merah Putih’. Hiruk-pikuk perayaan ini tentu ada sebab musababnya. Tanggal 18 Agustus 1945 para pendiri bangsa yang terwakili dalam PPKI memutuskan Indonesia sebagai negara republik.

Umat Islam mempunyai andil besar untuk menyatukan tumpah darah bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Begitu pula paragraf terakhir dalam mukadimah UUD Negara RI Tahun 1945 mengalami perubahan supaya mengakomodir saudara sebangsa dan setanah air.

Sayangnya Islam saat ini kerap dibentur-benturkan dengan paham kebangsaan. Dianggapnya Islam tidak bisa sejalan dengan nasionalime. Umat Islam Indonesia dikonotasikan negatif sebagai pihak yang tidak mempunyai sumbangsih kepada bangsa dan hanya menjadi mayoritas yang suka menindas. Tak ayal banyak yang menyatakan bahwa umat Islam di Indonesia kebanyakan seperti kacang, kulitnya nampak agamis (berpenampilan Islami), namun isinya (akidahnya) bengkok.

Kalau umat Buddha punya masterpiece berwujud Candi Borobudur, umat Hindu memiliki kontribusi dalam sejarah Nusantara berupa bangunan Candi Prambanan dan kisah-kisah pewayangan, lantas apa yang ditorehkan umat Islam pada lembaran buku-buku pelajaran sejarah di sekolah? Pernyataan dan pertanyaan yang khatib sampaikan di awal tadi akan lebih memberikan bukti nyata ketika anda, sebagai orang tua atau pengajar (guru), mencoba menanyai kepada buah hati atau peserta didik dengan 3 (tiga) pertanyaan berikut,

Baca Juga  Muhammadiyah Tidak Ikut Aksi, Berikut Alasannya!

  1. Minta mereka untuk menyebutkan secara cepat satu kata tentang ‘Indonesia’.
  2. Kemudian minta mereka juga dengan cepat menyebutkan satu nama kerajaan di Nusantara atau satu nama pahlawan nasional.
  3. Terakhir, minta mereka untuk menyebutkan bangunan bernilai sejarah di Indonesia.

Jamaah Jumat yang berbahagia

Jawaban cepat yang akan terlontar dari mulut anak atau pelajar kita sedikit banyak dapat menjadi referensi bagaimana pemahaman mereka terhadap pengetahuan sejarah khususnya sumbangsih nyata Islam di Nusantara. Beruntunglah jika anak kita menjawab pertanyaan pertama dengan menyebut Indonesia sebagai negeri yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja atau baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, bukan negeri yang menjadi sarang koruptor, suka menumpahkan darah, dan lainnya.

Beruntung pula jika dipertanyaan kedua, anak-anak kembali menjawabnya dengan menyebut Sultan Hasanuddin, Sultan Agung, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Iskandar Muda, Sultan Syarif Kasim, Sultan Thaha Syaifuddin, Pangeran Diponegoro, Pangeran Mangkubumi, Jenderal Sudirman, KH Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusumo, dan masih banyak pejuang muslim lainnya.

Apabila pada pertanyaan pamungkas, anak-anak menjawab lantang dengan menyebut Masjid Agung Demak, Masjid Gedhe Kasultanan Yogyakarta, Masjid Agung Kasunanan Surakarta, maka upaya perang pemikiran (ghazw al-fikr) yang hendak mendeligitimasi peradaban Islam di Indonesia akan sulit dilakukan. Patutnya anak-anak usia sekolah tidak hanya melakukan transfer ilmu semata dari buku pelajaran.

Mereka tetap harus dibimbing dan selalu diberi penjelasan ketika belajar bersama guru atau orang tuanya. Kekhawatiran yang timbul dikemudian hari jika anak-anak membaca buku atau referensi dari sumber lain dengan mentah-mentah alias tanpa bimbingan, mereka justru akan taklid buta dan menegasikan ajaran luhur agamanya sendiri.

Jamaah Jumat yang berbahagia

Baca Juga  Moderasi Beragama: Solusi Menangkal Rezimentasi Agama

Meluruskan sejarah Islam Kebangsaan perlu dilakukan oleh semua elemen umat Islam di Indonesia. Sesungguhnya Islam tidak alergi dengan perbedaan, Islam juga tidak menolak keberagaman, akan tetapi ajaran Islam tidak bisa disekularkan atau dipisahkan dengan urusan dunia, karena Islam memberikan pedoman hidup yang komprehensif bagi umatnya, dari persoalan publik seperti kekuasaan atau pemerintahan hingga aktivitas pribadi seperti bersuci (thaharah).

Paham Islam Kebangsaan-lah yang menyatukan komponen umat Islam di Nusantara untuk bersatu padu dan berhimpun dalam wadah perjuangan melawan tentara kolonial hingga bangsa ini benar-benar merdeka dari kungkungan penjajah.

Para pejuang muslim memusatkan masjid sebagai sentral perjuangan. Masjid bukan sekadar tempat beribadah eksklusif, karena masjid sejatinya tidak dimiliki oleh individu melainkan Allah sebagaimana termaktub dalam QS. al-Jin ayat 18;

وَّاَنَّ الۡمَسٰجِدَ لِلّٰهِ فَلَا تَدۡعُوۡا مَعَ اللّٰهِ اَحَدًا

Artinya, “dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allah. Maka janganlah engkau menyembah apapun di dalamnya selain Allah”.

Tidak sedikit pendahulu kita Angkatan 45 keluar dari masjid menjadi mujahid, sepulang dari pertempuran sudah menjadi syahid. Mereka yang pergi ke medan laga pastinya meminta pertolongan kepada Allah dengan sholat. Salah satu gerakan dalam sholat adalah sujud, yang menyiratkan bahwa anggota tubuh paling mulia yaitu kepala pada akhirnya akan menyentuh tanah.

Oleh sebab itu perjuangan yang berawal dari masjid memiliki nilai tambah di sisi Allah, karena tujuan akhir hidup manusia bukan sekadar mencari ketenaran atau imbalan duniawi. Memang tak sedikit pejuang muslim yang namanya hanya tergores di batu nisan, tidak bergelar pahlawan, tidak masyhur sebagai nama jalan, dan anak cucunya hidup pas-pasan.

Islam bersama para mujahidnya di manapun berada tetap istiqomah berjuang menegakkan keadilan dan menyebarkan kedamaian. Apapun perjuangan yang telah umat Islam tulis menggunakan tintas emas peradaban merupakan buah manis dari pertolongan Allah, dan sudah sepatutnya sebagai hamba yang mengimani-Nya terus berikhtiar, diiringi dengan sabar, dan tegakkan sholat.

وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَٰشِعِينَ

Baca Juga  Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Adigang, Adigung, Adiguna Miturut Islam

Artinya, “jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ

وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ

وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

Sejarah perjuangan umat Islam dalam melenyapkan ketidakadilan tidak bisa dianggap enteng. Khususnya di Indonesia, umat Islam mewarnai kehidupan berbangsa dan bertanah air sejak negeri ini disebut Nusantara. Musuh kerajaan Islam se-Nusantara di abad 14 yaitu Portugis dan Spanyol. Tak berhenti hanya di dua entitas tersebut, ketika VOC (-kemudian Belanda) dan Inggris mendarat di Jawa, nasib keduanya sama seperti pendahulunya, yaitu jadi musuh bersama rakyat pribumi.

Sekarang tampuk dan tugas bagi generasi muda untuk melestarikan dan menyebarluaskan peradaban Islam. Perjuangan yang ditorehkan oleh pendahulu selain dikenang juga harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, tanpa embel-embel balas jasa dan imbalan. Karena hamba yang beriman meyakini bahwa ketenaran di dunia tidak ada gunanya apabila ‘penguasa langit’ tidak mengenal kita.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ

اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ

وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Editor: Wulan

Avatar
3 posts

About author
Alumni Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, serta tergabung dalam Mubaligh Muhammadiyah Umbulharjo.
Articles
Related posts
Khutbah

Khutbah Idul Adha 1445H: Kurban dan Pengorbanan

5 Mins read
ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُ إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ…
Khutbah

Teks Khutbah Idul Adha: Falsafah Ibadah Kurban

6 Mins read
أَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَاكَاتُهُ اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ  يَهْدِهِ اللَّهُ…
Khutbah

Khutbah Idul Adha 1445H: Idul Kurban Tonggak Peradaban Berkemajuan

7 Mins read
أَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَاكَاتُهُ إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ  يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَمُضِلَ…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds