Inspiring

Rahmah El-Yunusiyah: Pejuang Kesetaraan Kaum Perempuan

3 Mins read

Jika Kakanda bisa, kenapa saya tidak bisa? Jika lelaki bisa, kenapa perempuan tidak bisa?” Begitulah yang dilontarkan dari mulut seorang Rahmah El-Yunusiyyah kepada Zainuddin, nampak sangat menginspirasi banyak orang terlebih ia pernah memimpin Haha No Kai di Padang Panjang untuk membantu perwira Giyugun. Selain terkenal sebagai pelopor berdirinya TKR di Padang Panjang, ia pun juga terpilih sebagai anggota DPR mewakili Masyumi. Tak heran jika namanya sangat terkenal di kalangan kaum perempuan.

Padang Panjang ialah tempat kelahirannya, pada tanggal 26 Oktober 1900 beliau lahir dan wafat pada 26 Februari 1969. Dari Universitas al-Azhar Rahmah El-Yunusiyyah mendapat gelar kehormatan yakni “Syakhah”.

Perempuan asli Minangkabau ini adalah salah satu perempuan yang menjadi bendera yang berkibar pada masanya. Sepak terjangnya membuat pengaruh sekitar, hingga tak biasa jika ia disebut sebagai penggerak utama kemajuan perempuan pada saat itu.

Perjuangannya pun tidak hanya piawai dalam kesetaraan perempuan. Rahmah El-Yunusiyyah juga sebagai pendiri Madrasah Diniyah Putri, meski tidak tertulis sebagai pahlawan nasional seperti Kartini dan Cut Nyak Dien. Namun perbedaan ideologi, budaya, dan waktu mereka tercatat unik pada masanya. Mereka sama-sama memperjuangkan nama perempuan, terlebih dalam pendidikan dan derajat seorang perempuan.

Kendati masih di usia 23, ia sudah terlihat jelas dalam ketekunan belajar dan semangat dalam memajukan kaumnya. Terlebih dalam rumah tangga, dan rumah tangga ialah bagian dari tiang masyarakat.  Sebab itulah sebagai wanita tidak bisa diremehkan begitu saja, dan mampu menjadi tiang masyarakat serta tiang negara.

Selain mampu menyebar bau keberanian, hingga pernah suatu saat Rahmah El-Yunusiyyah diadili oleh pemerintah kolonial dan sempat juga menduduki di perlemen. Dengan sikap tangguh pendiriannya sebagai kaum perempuan bahwa tidak selamanya perempuan selalu dihina dan diperlakukan tidak layak.

Baca Juga  Melampaui Kartini (1): Rahmah El-Yunusiyah, Mewujudkan Kesetaraan Perempuan Lewat Pendidikan

Beliau juga pernah dicap sebagai pemberontak oleh rezim Sukarno. Seorang perempuan yang berdarah Minangkabau ini pun mampu membuktikan sebagai bunga harum seorang perempuan.

Arus Tantangan Perjuangan Kaum Perempuan

Rahmah El-Yunusiyyah adalah perempuan kuat pada masanya, tak kenal rasa lelah dalam belajar. Walau bencana terus datang, namun ia tidak ada kata putus asa dalam berjuang, terlebih dalam mengibarkan perjuangan kaum perempuan.

Salah satunya yang menjadi kuat setelah menghadapi musibah yakni sosok Zainuddin meninggalkannya untuk selamanya, namun ia tidak menjadi alasan untuk menahan ambisinya.

Keluarganya memiliki latar belakang yang taat beragama serta aktif dalam sejarah peradaban perempuan. Meskipun ia hanya sebagai mengaji dari surau, ia bukan berarti menjadi hal remeh. Justru atas keinginan dan keberaniannya sebagai wanita ia ingin membangun Madrasah Diniyah Putri.

Dorongan kuat Rahmah El-Yunusiyyah dalam perjuangan perempuan memberikan akses pendidikan yang tak terbatas untuk perempuan, karenanya beliau pun lebih nekat dalam bertindak. Beliau memanfaatkan segala kesempatan pembangunan Diniyah Putri pada saat itu agar kaum perempuan tetap memiliki akses belajar yang baik.

Dengan tanah Minangkabau yang cenderung memuliakan kaum perempuan, maka bagi Rahmah asumsi feminisme semakin kentara. Terlihat kata yang diusung seperti ‘membebaskan’ atau ‘memerdekakan’ yang mirip dengan Barat, sebab sesungguhnya keadaan Minangkabau tidak diposisi diperbudak oleh kaum lelaki.

Sebenarnya keinginannya bukan lebih dari lelaki, melainkan ia hanya meneguhkan kaum perempuan agar selalu memberikan hal positif dan bahwa peran perempuan dalam Islam cukup sentral.

Jadi tidak ada perbedaan, hanya saja peran perempuan lebih ekstrem untuk kepentingan jangka panjang. Demikian Rahmah bertujuan agar kaum perempuan mampu berpegang teguh pada pendiriannya dan menjadi sosok pendekar bagi anak-cucu kelak.

Baca Juga  Kisah Soekarno Keluar dari Forum Muhammadiyah

Prinsip Free Action Rahmah El-Yunusiyyah

Rahmah pun memegang prinsip free action dalam memutuskan sebuah tindakan. Baginya, membebaskan diri dan memberikan hak pada diri itu sangat perlu. Terlebih tanpa campur tangan lelaki pada saat itu, sebab ia percaya dengan kalimat indahnya jika lelaki bisa, ‘kaum perempuan pun harus juga bisa’. Mungkin kalimat itu yang menjadi pilar genjot semangat berkiprah dalam masyarakat Minangkabau, khususnya kaum perempuan dalam pendidikan.

Inilah jalan dari sebuah perjuangan dalam memerdekakan kehendaknya, dan dapat diakui juga dari perjalanan panjang seorang Rahmah untuk mewujudkan sebuah harapan. Terlihat dari tindak aktivitasnya membawa keharuman untuk masyarakat sekitar bahwa sebagai manusia tidak ada habisnya dalam belajar. Madrasah yang dibangunnya guna menyebarluaskan gagasan Rahmah yakni ‘pembelajaran sepanjang hayat’.

Menguatkan peran perempuan tidaklah mudah. Terlebih pernah terbesit di telinga ungkapan berbunyi, “Mana pula orang perempuan akan mengajar, akan jadi guru, mengepit-ngepit buku, membuang-buang waktu. Akhirnya ke dapur juga, lebih baik sejak dini ke dapur.”

Ungkapan demikian sering dilontarkan. Namun pendirian Rahmah El-Yunusiyyah teguh dengan Surat Muhammad ayat 7, “Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu.” Begitulah salah satu ayat yang ia tanamkan dalam berprinsip, hingga mampu melewati penyakit cemoohan tersebut. 

Demikian salah satu yang menjadi visi Rahmah adalah sebagai pendidik, pekerja sosial yang mampu memberikan kesejahteraan masyarakat dan teladan moral. Rahmah El-Yunusiyyah senantiasa bersinar dengan kiprah pesan-pesan Islam, selalu menjunjung kepribadian yang bijaksana, dan memiliki jiwa sosial. Perjuangannya ialah upaya agar hidup lebih bermakna, serta menciptakan perempuan yang selalu menyokong peradaban yang lebih baik selanjutnya.  

Editor: Shidqi Mukhtasor
Yusrolana Nor Haqiqi
3 posts

About author
Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Articles
Related posts
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…
Inspiring

Sosialisme Islam Menurut H.O.S. Tjokroaminoto

2 Mins read
H.O.S Tjokroaminoto, seorang tokoh yang dihormati dalam sejarah Indonesia, tidak hanya dikenal sebagai seorang aktivis politik yang gigih, tetapi juga sebagai seorang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *