Falsafah

Roger Scruton: Mengenal Ideologi Konservatif Tradisionalisme

3 Mins read

Roger Scruton merupakan seorang filsuf, penulis, dan pemikir politik dari Inggris yang yang berspesialisasi pada ideologi konservatif tradisionalisme. Melalui argumen, tulisan, dan kritikan yang kritis terhadap isu isu filsafat politik. Scruton dikenal sebagai tokoh filsuf paling terkemuka yang berpegang teguh pada ideologi konservatisme.

Scruton menyebut pandangan ideologi konservatisme sebagai “pelestarian ekologi sosial” dan “politik penundaan”. Tujuannya adalah mempertahankan dan menjaga utuh terhadap keberadaan sebagai kehidupan dan kesehatan dari suatu organisme sosial.

Biografi Roger Scruton

Sir Roger Vernon Scruton atau lebih dikenal dengan nama Roger Scruton merupakan seorang filsuf, penulis, dan pemikir politik dari Inggris. Ia berfokus pada estetika dan filsafat politik dengan pandangan ideologi konservatif tradisionalisme. Scruton lahir pada 27 Februari 1944 di Busling Thorpe sebuah desa yang terletak di Lincolnshire, Inggris.

Scruton merupakan anak dari John “Jack” Scruton (Ayah) yang merupakan seorang guru di Manchester. Ibunya, Beryl Claris Scruton adalah ibu rumah tangga. Scruton dibesarkan di High Wycombe, sebuah kota yang terletak di Buckinghamshire, Inggris bersama dua saudara perempuannya.

Scruton menjalani pendidikan di Royal Grammar School di High Wycombe dan lulus pada tahun 1962. Ia mendapatkan beasiswa ke Jesus College dan mengambil program studi ilmu filsafat. Setelah ia lulus dari Jesus College, ia pindah ke luar negeri untuk menjadi seorang pengajar di University of Pau and Pays de l’Adour (UPPA) di Pau, Perancis.

Pada tahun 1967 ia mulai melanjutkan studi untuk mendapatkan gelar Phd di Jesus College dengan melakukan penelitian di Peterhouse, Cambridge (1969–1971) dan lulus pada tahun 1973.

Karir Scruton terhadap konservatisme dimulai setelah ia menerbitkan artikel yang berjudul Thinkers of the New Left (1985). Artikel tersebut mengkritik intelektual terkemuka dengan mengaitkannya dengan ideologi politik konservatif.

Baca Juga  Soedjatmoko: Agama dan Sains adalah Pilar Modernitas

Selama berkarir, ia terkenal akan argumen argumennya yang kritis dan memberikan banyak pengaruh dalam dunia filsafat dan politik. Hingga akhirnya, pada tanggal 12 Januari 2020 (usia 75) ia meninggal dunia karena penyakit kanker paru-paru yang dideritanya.

Mengenal Konservatif

Pada dasarnya, ideologi konservatif tradisionalisme merupakan sebuah paham atau filsafat politik yang mendukung dan mempertahankan nilai-nilai tradisional, stabilitas sosial, dan menentang perubahan yang radikal.

Scruton mulai menganut ideologi ini setelah ia melihat aksi demo mahasiswa yang terjadi pada Mei 1968 di Quarter, Paris, yang dimana ia menyaksikan para mahasiswa membalikkan mobil, memecahkan jendela, dan merusak patung, dan pada saat itulah Scruton merasakan gelombang kemarahan politik.

Scruton memulai awal karir dalam bidang ideologi konservatif tradisionalisme setelah ia lulus dari Jesus College dengan gelar Phd (Doktor Filsafat). Ia memulai bekerja menjadi dosen dan profesor estetika yang berspesialisasi pada pendidikan kedewasaan di Birkbeck College, London.

Pada tahun 1974, Scruton bersama Hugh Fraser, Jonathan Aitken dan John Casey, ia mendirikan sebuah klub yang bernama “Conservative Philosophy Group”, yang bertujuan untuk mengembangkan basis intelektual bagi konservatisme.

Karir akademis Scruton di Birkbeck College dirusak oleh konservatismenya setelah ia menerbitkan buku yang berjudul “The Meaning of Conservatism” (1980). Artikel dianggap terlalu mengkritik para terkemuka dan intelektual di Inggris, kemudian disunting oleh editor di The Salisbury Review jurnal politik konservatif.

Scruton menulis bahwa penyuntingan The Salisbury Review secara efektif mengakhiri karir akademiknya di Inggris. Selama berkarir ia berusaha memberikan kritik dan dasar intelektual untuk konservatisme, terhadap isu-isu pada periode tersebut, termasuk Kampanye Pelucutan Senjata Nuklir, egalitarianisme, feminisme, bantuan luar negeri, multikulturalisme, dan modernisme.

Baca Juga  Ibnu Rusyd, Memadukan Ilmu Agama dan Metode Filosofis

Konservatif Tradisionalisme

Terkenal dengan argumen dan tulisannya yang kritis mengenai konservatisme, selama berkarir Scruton menulis lebih dari 50 buku, mulai dari topik seperti seni, estetika, arsitektur, musik, filosofi, dan perilaku seksual.

Scruton merupakan seorang yang skeptis terhadap fundamentalisme pasar, kritik terhadap kebajikan palsu dan “kepedulian” yang diklaim dalam sosialisme. Dalam implementasinya, Scruton mengaitkan ideologi konservatif dengan merampas liberal-kiri (liberal sosial) dan liberal-kanan (konservatif) dan kaum kiri salah jalan.

Dalam karya Scruton yang membahas mengenai konsep filosofis dari Lebenswelt (kehidupan alam semesta) yang menjelaskan bahwa:

Konsep dunia kehidupan muncul secara epistemologis dalam idealis pasca-Kantian dan filsafat fenomenologis Jerman di Edmund Husserl melalui Martin Heidegger. Scruton berpendapat bahwa masyarakat disatukan oleh komponen otoritas dan supremasi hukum.

Estetika

Secara sederhana, estetika dalam kajian filsafat merupakan cabang ilmu filosofi seni yang berkaitan dengan nilai-nilai sensoris dan memiliki penilaian terhadap keindahan, sentimen, dan rasa.

Dalam tesis PhD-nya yang berjudul Seni dan Imajinasi (1974), ia berpendapat bahwa yang membedakan minat estetika dari jenis lain adalah melibatkan apresiasi terhadap sesuatu untuk kepentingannya sendiri. Berkaitan dengan konservatisme bahwa ideologi ini melibatkan nilai-nilai tradisional dan stabilitas sosial sebagai tolak ukur dalam penilaian ideologi konservatisme.

Selain itu, Scruton juga berpendapat bahwa konservatisme merupakan ilmu yang memiliki karakteristik estetika yang berakar pada iman dan dituangkan dalam bentuk konsep tradisional dengan tindakan konsekrasi, karena dengan demikian ideologi ini akan meletakkan akar komunitas yang sebenarnya.

Totaliterisme

Scruton mendefinisikan totaliterisme sebagai tidak adanya batasan pada otoritas pusat dengan setiap aspek kehidupan didalam sebuah pemerintahan. Totaliterisme berpandangan bahwa eksistensi manusia secara perorangan tidaklah penting, sebaliknya tiap manusia menjalankan perannya untuk mendukung tercapainya kepentingan bersama.

Baca Juga  Mitologi Pandora dan Pendidikan ala Ivan Illich

Scruton berpendapat bahwa revolusi tidak dilakukan dari bawah oleh rakyat, tetapi atas dasar nama rakyat, oleh calon elit intelektual. Secara teologis, masyarakat didirikan berdasarkan negasi transcendental dan orisinalitas sejati merupakan sebuah tradisi dan menganggap sebagai salah satu bentuk apresiasi terhadap modernisasi.

Roger Scruton berpandangan bahwa ideologi konservatisme merupakan sebuah pandangan politik yang menjaga utuh tatanan dan kelembagaan yang telah ada. Konservatisme dapat muncul dengan berbagai kombinasi ideologi dan praktik politik. Secara harfiah, konservatisme menolak kemunculan kebaruan kultural, sosial, ekonomi, dan politik.

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Muhammad Wahyu Rizqi Amanda
1 posts

About author
Mahasiswa Universitas Airlangga
Articles
Related posts
Falsafah

Melampaui Batas-batas Konvensional: Kisah Cinta Sartre dan Beauvoir

3 Mins read
Kisah cinta yang tak terlupakan seringkali terjalin di antara tokoh-tokoh yang menginspirasi. Begitu pula dengan kisah cinta yang menggugah antara dua titan…
Falsafah

Ashabiyah: Sistem Etika Politik ala Ibnu Khaldun

3 Mins read
Tema etika adalah salah satu topik filsafat Islam yang belum cukup dipelajari. Kajian etika saat ini hanya berfokus pada etika individu dan…
Falsafah

Pembelaan Muslim Terhadap Filsafat

7 Mins read
Pendahuluan Tulisan ini sayangnya tidak berkaitan dengan aspek mana pun dari Pilpres (Pemilihan Presiden) 2024. Untungnya, Pilpres dan Pemilu hanyalah satu aspek…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *