Perspektif

Segalanya Akan Punah, Kecuali Digital

3 Mins read

Waktu SMA, sekitar enam tahun lalu, sekolah mendapat undangan seminar Nasional tentang IT di Audotiorium Dzaman Al Kindi UMS. Waktu itu saya yang diutus, bersama teman dan guru pendamping berangkatlah ke sana.

Suasana seminar sungguh intimidatif. Bagi anak SMA seperti saya, seminar nasional adalah sebuah kemewahan. Pulang membawa setifikat lengkap dengan tanda tangan berstempel UMS dan tentunya mendapat pesangon dari sekolah.

Dari sekian banyak materi, hanya satu yang benar-banar saya ingat; ketika itu ditontonkan sebuah cuplikan adegan film –entah apa judul filmnya—seorang jurnalis perempuan bangun dari tidur, ia mendapat notifikasi di HP tentang berita terbaru. Ia buka notifakasinya lalu muncul breaking news dalam bentuk video ala di TV konvensional sekarang.

Pemateri itu bilang, “Sekitar sepuluh tahun lagi, orang-orang akan mendapat berita semacam itu. Cepat dan efisein.” Kira-kira ia meramalkan demikian. Persisnya saya lupa.

Ramalan itu terngiang sampai sekarang. Dalam hati, ingin membuktikan apakah benar ke depan orang akan semudah itu mendapat berita. Perlu diingat, saat itu anak-anak SMA kebanyakan memang sudah menggunakan Android. Tidak semua, termasuk saya yang hanya menggunakan HP Java merek Samsung Duo. Namun Android saat ini masih awal-awal, belum semeledak sekarang, sampai-sampau ibu saya yang gaptek punya Android.

***

Ramalan itu sekitar enam tahun lalu (2014), tidak sampai sepuluh tahun ramalan itu terbukti. Seiring meledaknya pengguna smartphone (android, microsoft, apple), lalu disusul ledakan penguguna internet di Jakarta, Jawa dan kota-kota besar lain. Yang kemudain kedua variabel itu menyebabkan derasnya arus informasi, sampai-sampai tak terbendung.

Bahkan media sosial, yang awalnya adalalah ruang privat berubah menjadi medium ke dua -setelah media daring- orang mendapat informasi. Kita sekarang di posisi di mana informasi seperti makanan cepat saji, tinggal ketik kata kunci dengan cepar inforasi yang diinginkan akan muncul.

Baca Juga  Komunikasi Virtual, Revolusi Baru di Indonesia

Sampai pada saat ini, persis seperti yang diramalkan. Saya setiap beberapa jam mendapat notifikasi dari CNN Indoensia apk di smartphone. Ramalan itu benar-benar terjadi.

***

Sekarang, saya sedang menanti pembuktian ramalan lain. Bedanya kali ini yang meramal bukan akademisi, melainkan pebisnis. Tahun 2015, Adi Sariatmadja, putra kedua Edy (pemilik Emtek), menjabat sebagai kepala Digital dan Teknologi Emtek, dalam wawacaranya bersama Ross Tapsell, ia meramalkan ;

Mobile streaming akan menjadi masa depan. Televisi berbayar akan disalip oleh televisi online streaming. Semua akhirnya akan mengerucut ke satu perangkat; telepon pintar. Pembayaran, televisi, e-commerce, model-model ritel, akan bergeser ke daring…” dalam buku Kuasa Media di Indonesia karya Ross Tapsell hlm 88.

Model tv streaming sekarang memang belum menggeser dominasi TV berbayar, belum juga menggeser TV gratis. Mungkin benar kata Adi “butuh waktu”. Apakah sudah ada? tentu sudah ada, setidaknya Narasi TV bisa dibilang mewakili.

Saya ingat dulu Najwa Sihab pernah bilang jika alasanya keluar dari MetroTV dan ikut bergabung menggarap Narasi TV; ia bilang model masa depan TV adalah streaming dan digital.

Termasuk Netflix, layanan streaming ini semakin populer. Sebenarnya, Netflix sudah ada sejak 1997, pelopor layanan film streaming legal. Netflix juga menawarkan program TV, termasuk program TV yang dibuatnya sendiri. Baru populer akhir-akhir ini setelah akses internet sangat mudah didapat. Sedangkan di Indonesia, Netflix baru masuk sekitar tahun 2016 lalu.

Reed Hasting, sang pendiri nampaknya orang yang visioner. Ia tahu betul tren mengonsumsi hiburan akan berubah seiring perkembangan teknologi media dan internet.

Yah, meski sempat Netflix menuai intrik dengan Kominfo dan menghadapi pemblokiran dari Telkom IndiHome—tidak tahu sekarang bagaimana, saya tidak mengikuti perkembangannya. Yang jelas Netflix menggoyahkan model TV kabel (berbayar) dan TV gratis (konvensional).
Jangan-jangan memang benar kata Adi, “Mobile streaming akan menjadi masa depan…”

Baca Juga  Kanal IBTimes.ID, Media Gagasan dari Angkringan
***

Ucapan Adi yang mengindikasikan bahwa smartphone (perangkat pintar) akan menajadi perangkat tunggal itu terlalu ektrem, yang mungkin benar, “Semua akhirnya akan mengerucut ke satu pernagkat: telepon pintar.” Nampaknya masih perlu waktu.

Mesiki ucapan itu lambat laun memang terbukti. Bagaimana smartphone mengubah perilaku kita. Dari mulai belanja online, e-money, ojek onlie, makanan via daring, belajar online dll. Itu semua dilakukan lewat samrtphone. Tentu belum sepenuhnya mendominasi, namun tren itu mulai meningkat saat susana WFH (Work From Home) seperti ini.

Apakah benar ramalan Adi tebukti, bahwa dengan satu perangkat telpon pintar kita bisa mendapat segalanya? Apakah sudah terbukti hari ini ? Lebih spesifik lagi, apakah model TV streaming akan mengalahkan TV berbayar dan TV gratis?

Masa depan dunia digital selalu menarik untuk dinanti. Industri digital semakin kokoh dan kuat. Konglomerat juga semakin jaya, lihat saja di Indonesia, seperti Gojek, Bukalapak,  Tirto.id, Detik, Tribun, Ruang Guru, dan lain-lain, kesemuanya dari sedikit yang saya sebut itu berbasis digital.

Sampai sekarang, mereka tetap saja aman meski dihadang krisis pendemi. Sebab, dunia digital bahkan bisa dikerjakan tanpa harus bertemu dan betatap-tapan.

Editor: Yahya FR
Dhima Wahyu Sejati
10 posts

About author
Editor & kontributor di IBtimes.ID
Articles
Related posts
Perspektif

Sama-sama Memakai Rukyat, Mengapa Awal Syawal 1445 H di Belahan Dunia Berbeda?

4 Mins read
Penentuan awal Syawal 1445 H di belahan dunia menjadi diskusi menarik di berbagai media. Di Indonesia, berkembang beragam metode untuk mengawali dan…
Perspektif

Cara Menahan Marah dalam Islam

8 Mins read
Marah dalam Al-Qur’an Marah dalam Al-Qur’an disebutkan dalam beberapa ayat, di antaranya adalah QS. Al-Imran ayat 134: ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ…
Perspektif

Mengapa Narasi Anti Syiah Masih Ada di Indonesia?

5 Mins read
Akhir-akhir ini kata Syiah tidak hanya menjadi stigma, melainkan menjadi imajinasi tindakan untuk membenci dan melakukan persekusi. Di sini, Syiah seolah-olah memiliki keterhubungan yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *