Inspiring

Serial Tokoh Muslim: Muhammad Mursi

3 Mins read

Nama pria kelahiran 20 Agustus 1951 ini kerap kali menghiasi media pemberitaan di televisi, radio maupun media berita internasional. Nama Muhammad Mursi harum dikenang sebagai seorang cendikiawan, aktivis pergerakan, politikus, penghafal al-Qur’an dan sebagai seorang Presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis.

Ia lahir dari keluarga yang hidup sederhana di daerah pedesaan, tepatnya Desa Al-Adawa, Provinsi Al Syarqiya, Mesir bagian timur. Ayahnya hanyalah seorang petani dan ibunya hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ia menikah pada tahun 1978 dengan perempuan bernama Naglaa Ali Mahmoud, dan dikaruniai lima orang anak yang semuanya adalah hafiz dan hafizah al-Qur’an.

Rekam jejak Mursi dibidang pendidikan formal terbilang amat memukau. Pada tahun 1975 ia berhasil mendapatkan gelar sarjana teknik dari Universitas Kairo dan gelar master dalam bidang teknik metalurgi dari Universitas yang sama pada tahun 1978. Setelah lulus dari Universitas Kairo, Mursi melanjutkan perjalanan intelektualnya ke Negeri Paman Sam Amerika Serikat dan mendapat gelar doktor dari University of Southern California yang diselesaikannya pada tahun 1982.

Pada tahun yang sama, antara tahun 1982 dan 1985 Mursi ditunjuk sebagai asisten profesor di California State University. Dan di masa itu pula, ia bekerja di Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat. Setelah ia memutuskan untuk pulang ke Mesir, kontribusi intelektualnya tetap ia lanjutkan dengan menjadi dosen teknik di Universitas Zagaziq dan di Universitas tempat ia mengajar itu pula mendapatkan gelar Profesor.

Menjadi Pemimpin Negara

Perhelatan pesta demokrasi bebas pertama itu dimulai dari mundurnya Husni Mubarak dari jabatan sebagai Presiden Mesir. Keputusan pengunduran diri itu diambil setelah terjadinya demonstrasi besar-besaran di sejumlah kota. Rakyat Mesir menyambut keputusan pengunduran diri itu dengan gegap gempita merayakan kemenangan perjuangan mereka untuk menurunkan rezim otoriter yang telah membelenggu mereka selama kurun 30 tahun.

Baca Juga  “Megatruh” dan Kritik Sosial di Mata WS Rendra

Pemilihan presiden Mesir digelar sebanyak dua kali putaran. Pada putaran pertama, terdapat 13 kandidat yang diantaranya terdapat nama Muhammad Mursi dan Ahmad Syafiq yang keluar sebagai pemenang. Mereka bedua menepati urutan suara teratas dan berhak mengikuti pemilihan presiden putaran kedua.

Pencalonan Ahmad Syafiq sendiri awalnya menuai kontroversi karena ia dicap sebagai bagian dari rezim Husni Mubarak. Bahkan ketika undang-undang isolasi politik terhadap mantan rezim Mubarak disahkan pun, ternyata nama Ahmad Syafiq masih dapat bercokol di daftar kandidat presiden.

Pada 24 Juni 2012, Komisi Pemilihan Umum Mesir mengumumkan kemenangan Mursi atas Syafiq dalam perhelatan pemilihan presiden secara bebas pertama di Mesir dengan perolehan 51,7 persen suara, sedangkan Shafiq memperoleh 48,3 persen. Kemenangan itu disambut gembira oleh rakyat Mesir, termasuk para aktivis Islam. Kemenangan Mursi dianggap sebagai kemenangan Islam. Hal itu menjadi wajar mengingat kaum muslimin pada saat itu sudah sangat merindukan munculnya pemimpin Islam sejati.

Terpilihnya Muhammad Mursi sebagai presiden menandai babak baru demokrasi di Mesir. Bangsa yang puluhan tahun di bawah pemerintahan militer sejak Gamal Abdel Naser, Anwar Saddat, hingga Husni Mubarak ini sekarang memasuki era kepemimpinan sipil.

Di awal masa kepemimpinannya, Mursi berjanji untuk menjadi pemimpin semua golongan. Ia juga mencoba untuk menyambung kembali tali silaturahmi dengan Iran yang sudah terputus semenjak 30 tahun yang lalu dengan harapan dapat membangun kerjasama dibidang politik dan ekonomi, yang merupakan syarat bagi keseimbangan di bawah tekanan negara kawasan.

***

Harapan rakyat Mesir untuk melakukan perbaikan yang sangat vital di bidang politik dan ekonomi berada dipundak Mursi. Diaa el-Sawy, seorang anggota Komite Eksekutif Buruh Mesir dalam satu kesempatan mengatakan bahwa kemenangan Muhammad Mursi di pilpres ini bukan hanya kemenangan bagi Ikhwanul Muslimin dan Partai Kebebasan dan Keadilan. Namun kemenangan bagi seluruh rakyat Mesir.

Baca Juga  Edward Said: Orientalisme dan Kolonialisme Itu Sama-sama Menindas

Sayang, masa kepemimpinan Muhammad Mursi tidak berlangsung lama. Menjelang peringatan satu tahun masa kepemimpinannya; protes, baku hantam, hujan batu dan ledakan bom molotov menjadi pemandangan rutin jalan-jalan di sekitar Istana Presiden. Sementara gerakan anti-mursi juga meledak di lapangan Tahrir dan di beberapa kota lain.

Seperti dilansir dari media berita Al-jazeera, gelombang protes itu terjadi karena beberapa sebab yaitu, ketidaksukaan sebagian warga Mesir kepada kelompok Ikhwanul Muslimin yang merupakan organisasi tempat Mursi bernaung, memburuknya kondisi ekonomi pasca-revolusi, keputusan Mursi untuk menerbitkan sebuah dekrit 22 November 2012 yang dinilai sebagai sebuah kesalahan fatal, dan anggapan bahwa Mursi gagal melakukan reformasi disektor keamanan.

Gelombang penolakan dan penuntutan supaya Mursi mundur dari kursi presiden terus terjadi hingga kudeta Juni 2013. Setalah terjadinya kudeta, Mursi dijebloskan ke penjara dengan level penjagaan ketat di Iskandariyah dan diadili dengan tuduhan berlapis.

Kematian Mursi

Selama mendekam di penjara, kesehatan Muhammad Mursi sangat terganggu. Dalam kondisi demikian, ia tidak diizinkan untuk dikunjungi oleh siapapun dan sangat sedikit informasi seputar kesehatan Muhammad Mursi.

Saat mengikuti sidang dakwaan pada Juni 2019 lalu, ia pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Akhirnya pukul 16.50 waktu setempat, Mursi menghembuskan nafas terakhirnya dan dinyatakan meninggal. Kematian Mursi membawa duka dan kecurigaan dunia internasional. Seorang tokoh Ikhwanul Muslimin yang tinggal di London, yaitu Mohammed Sudan mengatakan bahwa kematian Mursi sebagai ‘pembunuhan berencana’.

Mursi adalah tokoh teladan bagi kita generasi hari ini. Ia bukan hanya seorang pemimpin, tetapi juga seorang intelekual, cendekiawan, ahli ilmu dan penghafal al-Qur’an. Semoga semua yang telah ia lakukan semasa hidupnya menjadi amal jariyah di sisi Allah.

Baca Juga  Jabir Ibnu Hayyan, Bapak Kimia Modern

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Avatar
4 posts

About author
Mahasiswa S1 Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya | Minat Kajian Hukum Tata Negara
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *