Inspiring

Syekh Nawawi dan Budaya Syawalan di Serang

3 Mins read

Syekh Nawawi, adalah seorang yang tak asing lagi di mata penduduk Serang bahkan di seantero Nusantara. Nama besar Syekh Nawawi menjadi jagat pembicaraan dalam khazanah pendidikan ataupun sejarah Islam di Indonesia.

Syekh Nawawi: Ulama Besar

Syekh Nawawi al-Bantani, sosok yang kaya akan ilmu pengetahuan, penyebar Islam yang luwes, serta ulama besar yang dikenal bahkan sampai penjuru dunia. Betapa lewat peran dan pengaruhnya, Banten menjadi benteng dan pusat kebudayaan Islam yang terus berkembang sampai hari ini. 

Sebagai salah satu maestro ulama klasik Nusantara, Syekh Nawawi mendapatkan penghormatan dari masyarakat Serang hingga saat ini. Meskipun secara historis Syekh Nawawi tidak wafat di Serang, tempat yang dipercaya sebagai petilasan atau tempat bernaungnya Syekh Nawawi selama di Banten tetap ramai diziarahi.

Banyak alasan dari masyarakat untuk tetap datang melestarikan tradisi tersebut. Selain berkirim doa, beberapa juga datang sebagai bentuk penghormatan atas sesepuh atau gurunya. Beberapa juga datang dengan mengharap berkah dengan berwasilah kepada beliau.

Budaya Syawalan 

Tradisi dan kebiasaan masyarakat Serang dalam mengingat dan memeringati jasa Syekh Nawawi pada perkembangan masyarakat lokal, diperingati secara puncak pada setiap bulan Syawal di setiap tahunnya. Rangkaian acara tersebut digelar di kompleks peziarahan Syekh Nawawi di Tanara, Serang, Banten.

Syawal menjadi sangat istimewa bagi seluruh umat Islam, melintasi dimensi teritorial ataupun temporal. Dalam setiap kebudayaan masyarakat muslim, berbagai perayaan budaya atau tradisi diperingati secara meriah dan besar-besaran.

Sebut saja sebagai contoh, tradisi Grebeg di tanah bekas Mataram Jawa (Solo-Jogja), Tumbilotohe di Gorontalo, atau Perang Topat di Lombok. Alasan utamanya adalah memeringati hari raya idulfitri sebagai momentum hari kemenangan.

Baca Juga  Catatan Kecil Tentang Pak Dasron Hamid (5): Jabatan untuk Kepentingan Umum, Bukan untuk Urusan Pribadi

Setelah menjalani sebulan penuh menjaga hasrat dan hawa nafsu, terbitnya Syawal menjadi momentum berbuka paling purna, dan wajar dimeriahkan secara besar-besaran. Semua kalangan dan lapisan masyarakat, membaur dan saling bahu-membahu menegakkan tradisi yang diwarisi.

Berbeda dengan kalangan masyarakat muslim di berbagai konteks kebudayaannya. Masyarakat Serang menyambut bulan Syawal dengan menumpahkan segala bentuk momentum hari kemenangannya pada saat perayaan haul akbar Syekh Nawawi al-Bantani.

Pribadi Syekh Nawawi telah melekat dan menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Serang. Pada saat perayaan haul di bulan Syawal, rangkaian tradisi berjalan dengan khusyuk dan meriah. Selama sepekan penuh, masyarakat dan peziarah berkumpul di kompleks peziarahan. Mereka memeriahkan berbagai agenda, seperti ziarah akbar, khotmil Quran, dan napak tilas.

Ada juga yang ikut meramaikan lingkaran kegiatan ekonomi lokal yang tumbuh mendadak di sekitar kompleks acara berupa rentetan kios atau lapak pasar malam. Dari semua kalangan usia dan lintas generasi, turut melebur memeringati haul akbar sang maha guru yang sangat dihormati.

Ziarah Akbar dan Khotmil Quran

Tradisi utama yang menjadi nyawa dari rangkaian tradisi Syawalan di haul akbar Syekh Nawawi adalah ziarah akbar. Kegiatannya berupa menziarahi petilasan yang dulu digunakan Syekh Nawawi menetap di Banten. Karena faktanya, makam Syekh Nawawi tidak berada di Banten, melainkan di Jannatul Ma’la, Mekkah. 

Meski yang diziarahi bukanlah sebuah makam yang terdapat jasad dari Syekh Nawawi. Masyarakat tetap berbondong-bondong memadati kompleks peziarahan dengan bergantian mengirim doa, atau beberapa rombongan berkirim doa secara berjamaah.

Perayaan tradisi seperti ini relevan dengan tradisi dan budaya Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah yang menjadi identitas masyarakat muslim lokal Serang, Banten.

Selain berziarah secara besar-besaran, haul juga dimeriahkan dengan lantunan bacaan ayat suci yang tidak pernah sepi sepekan penuh. Lantunan-lantunan tersebut terdengar secara jelas melalui pengeras suara yang terdapat di beberapa sudut kompleks peziarahan.

Baca Juga  Tan Malaka dan Luka Republik yang Terlupakan

Lantunan-lantunan tersebut bukanlah tanpa sebab. Lantaran rangkaian tradisi budaya Syawalan berupa haul memang selalu diiringi khotmil Quran oleh beberapa santri di sekitar kompleks peziarahan. Sehingga jalannya tradisi berjalan dengan khusyu’ dan penuh hikmat.

Budaya Syawalan ditutup dengan pagelaran pengajian akbar yang mengundang salah satu tokoh besar umat Islam. Mereka biasanya ditunjuk untuk berbagi hikmah dari perjalanan hidup Syekh Nawawi. Beberapa penggalan cerita dibungkus dengan amanat keagamaan tersebut sangat digemari oleh masyarakat.

Selain menjadi wahana mencari ilmu, masyarakat menjadi sedikit mengetahui perjalanan kisah sosok yang sangat dihormatinya. Sehingga kisah-kisah mengenai keagungannya tidak hilang ditelan perkembangan zaman selama napak tilas dan budaya Syawalan tetap rutin digelar.

Pasar Malam dan Hidupnya Ekonomi Masyarakat

Di lain sisi, pagelaran budaya Syawalan dalam bentuk haul akbar Syekh Nawawi tidak hanya menjadi rangkaian acara menghormati sosok maha guru tersebut. Rangakaian tradisi tersebut tidak hanya bernilai secara budaya dan agama. Melainkan ada sisi yang tak kalah penting ikut tumbuh di samping suksesnya acara tersebut, yakni sektor ekonomi. 

Seiring ramai dan meriahnya pagelaran acara, roda ekonomi masyarakat lokal di sekitaran kompleks peziarahan mendadak berjalan dengan kalkulasi keuntungan yang berlipat-lipat. Acara yang berajalan sepekan lebih memngharuskan adanya penyediaan berbagai kebutuhan ekonomi, seperti kios makanan, oleh-oleh, pernak-pernik khas, ataupun wahana hiburan bagi anak-anak yang turut hadir dalam rangkaian acara.

Biasanya, rangkaian perputaran roda ekonomi masyarakat lokal tersebut dibalut dalam rangkaian Pasar Malam. Kegiatan diadakan di samping atau di sekitar ruas jalan menuju kompleks peziarahan.

Keberadaan pasar malam ini menjadi sangat bermanfaat bagi perekonomian masyarakat lokal. Hal ini menunjang pemasukan dan kesejahteraan bagi masyarakat lokal. Sehingga menjadi sangat terkait hubungan antara agama, budaya, sosial dan ekonomi yang semuanya ikut memberikan manfaat yang luar biasa bagi masyarakat Serang.

Baca Juga  Buletin Jumat: Bulan Syawal, Kembali ke Fitrah

Editor: Rifqy N.A./Nabhan

Avatar
1 posts

About author
Chaeratunnisa Mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *