Khutbah

Teks Khutbah Jumat: Nasionalisme Sejalan dengan Ajaran Islam

4 Mins read

Teks Khutbah Jumat Nasionalisme

Di bawah ini adalah teks khutbah Jumat tentang nasionalisme dan sangat cocok untuk dipakai memberikan khutbah Jumat di masjid-masjid seluruh Indonesia. Tema yang dimuat dalam teks khutbah Jumat nasionalisme kali ini mengupas tentang nasionalisme yang sesuai dengan ajaran Islam. Teks khutbah Jumat singkat ini cukup lengkap karena memuat khutbah pertama dan kedua.

TEKS KHUTBAH JUMAT NASIONALISME
Nasionalisme Sejalan Dengan Ajaran Islam

Teks Khutbah Jumat Nasionalisme : Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣

Hadirin Jamaah Salat Jum’at Rahimakumullah

Puji dan syukur marilah senantiasa panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan kita nikmat sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang berkat kesabaran dan perjuangannya, kita dapat berada dalam nikmat Iman dan Islam.

Hadirin Jamaah Salat Jum’at Rahimakumullah

Sebagai umat Islam yang lahir dan hidup di Indonesia, setidaknya kita membawa dua identitas dalam diri kita, yakni Islam sebagai agama dan Indonesia sebagai bangsa. Kita adalah seorang muslim sekaligus juga bagian dari bangsa Indonesia. Sebagai umat Islam, tentu saja kita tidak perlu mempersoalkan identitas agama kita. Begitupun kita juga tidak perlu mempersoalkan identitas kebangsaan kita.

Namun masih ada sebagian orang yang mempertanyakan bolehkah kita menggunakan identitas kebangsaan? Dalihnya adalah bahwa nasionalisme dilarang dalam Islam. Menurut mereka nasionalisme adalah paham yang akan menimbulkan fanatisme terhadap bangsa sehingga merusak keimanan. Nasionalisme adalah paham yang akan membuat kita tidak peduli dengan saudara seiman di negara lain. Benarkah begitu?

Baca Juga  Naskah Khutbah Jumat: Perintah Saling Menghargai dan Menghormati

Hadirin Jamaah Salat Jum’at Rahimakumullah

KH. Hasyim Asy’ari pernah mengatakan bahwa Hubbul Wathon minal Iman yang artinya cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Banyak yang salah paham menyatakan bahwa ini adalah hadits, Jelas jika ungkapan tersebut dianggap hadits, maka akan dianggap sebagai hadits palsu. Karena itu ada yang menolak nasionalisme dengan alasan bahwa ungkapan tersebut adalah hadits palsu.

Padahal yang benar adalah bahwa perkataan itu merupakan qaul ulama yakni KH. Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama. Perkataan itu keluar dalam situasi Indonesia sedang berjuang mempertahankan kemerdekaan dari agresi militer yang dilakukan Belanda. Jargon Hubbul Wathon minal Iman menjadi penyemangat para pejuang untuk berjihad mempertahankan tanah airnya.

Apakah jargon tersebut bertentangan dengan syariat? Benarkah nabi mengajarkan kita untuk mencintai tanah air? Dalam penelusuran Ustadz Ibnu Kharish alumni Ma’had ‘Aly Darus Sunnah Ciputat yang didirikan oleh KH. Mustafa Ya’qub rahimahullah, setidaknya ada dua hadits yang menunjukan rasa “nasionalisme” Rasulullah SAW.

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَكَّةَ: مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلَدٍ، وَأحَبَّكِ إِلَيَّ، وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُوْنِي مِنْكِ مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ (رواه الترمذي).

Artinya: Sahabat Ibnu Abbas berkata: Nabi pernah menyatakan (demikian) pada negeri Mekah, “(Mekah, negeriku), indah betul dirimu. (Mekah), engkaulah yang paling kucintai. Seandainya saja dulu penduduk Mekah tak mengusirku, pasti aku masih tinggal di sini, Mekah (HR Tirmidzi)  

Menurut Imam Tirmidzi hadis ini merupakan hadis hasan shahih. Artinya, hadis ini dapat menjadi landasan dalam beragama. Selain itu, ungkapan Nabi ini diucapkan Nabi saat peristiwa Fathu Makkah atau pembebasan Mekah. Saat itu Nabi merasa rindu ingin kembali tinggal di Mekah sebagai tempat yang dimuliakan Allah dan tempat Nabi dilahirkan.

Dalam hadis riwayat Said bin Zaid, Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ» (رواه الترمذي)

Baca Juga  Teks Khutbah Jumat: Kriteria Pemimpin yang Ideal

Artinya: Orang yang mati terbunuh untuk mempertahankan hartanya itu mati syahid. Begitupun orang yang membela agama, mempertahankan nyawa, serta keluarga dan penduduknya juga dikategorikan mati syahid bila sampai terbunuh (HR Tirmidzi).

Dari hadits ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa mempertahankan harta, membela agama, mempertahankan nyawa, keluarga dan penduduk merupakan perbuatan yang mulia. Penduduk merupakan bagian dari suatu bangsa. Artinya mempertahankan bangsa dari penjajahan bangsa asing merupakan perbuatan yang bisa dibenarkan oleh agama.

Hadirin Jamaah Salat Jum’at Rahimakumullah

Manusia dikelompokkan menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa merupakan sunnatullah. Hal ini telah ditegaskan dalam ayat yang dibacakan khatib pada iftitah khutbah Jum’at. Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣

Artinya:  Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.

Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa keragaman suku dan bangsa yang diciptakan Allah SWT hendaknya dijadikan sarana untuk saling mengenal satu sama lain. Identitas nasionalisme jangan disalahgunakan untuk membenci bangsa lainnya apalagi sampai saling memusuhi. Kita juga diingatkan agar berlomba-lomba dalam ketakwaan. Karena yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.

Teks Khutbah Jumat Nasionalisme: Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Hadirin Jamaah Salat Jum’at Rahimakumullah

Dalam khutbah kedua ini, khatib ingin menegaskan bahwa dalam segala sesuatu, hendaknya kita bersikap proporsional dan tengahan. Termasuk dalam rasa nasionalisme atau kebangsaan. Nasionalisme pada dasarnya adalah rasa memiliki terhadap tanah air. Sehingga kita mempunyai semangat untuk memajukan bangsa kita dengan terus menerus memperbaiki diri, meningkatkan keilmuan dan keterampilan kita untuk berkontribusi bagi bangsa.

Baca Juga  Khutbah Jumat: Perintah Menjaga Lingkungan dalam Islam

Namun tak jarang semangat nasionalisme malah terjatuh ke dalam paham chauvinisme. Chauvinisme merupakan nasionalisme dalam bentuk ekstrem dimana penganutnya menganggap bangsanya paling baik dan bangsa-bangsa lain lebih rendah derajatnya. Sikap ini jelas dilarang oleh Islam. Sikap inilah yang disebut dengan ‘ashobiyah, yakni terlalu fanatik terhadap identitas tertentu.

Nabi Muhammad SAW tetap proporsional dalam menempatkan nasionalisme. Walaupun beliau adalah orang Arab, namun beliau bersabda bahwa orang Arab tidak lebih mulia dibanding orang non-Arab kecuali karena ketakwaannya. Sikap Nabi Muhammad SAW patut ditiru. Cinta tanah air boleh, namun harus tetap proporsional, tidak terjebak ke dalam fanatisme berlebihan.

Yang paling penting adalah nasionalisme kita harus diwujudkan dalam bentuk kontribusi dan karya nyata yang bisa mengharumkan bangsa kita.

Terakhir, mari sejenak kita menundukkan kepala kita, memohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa yang kita lakukan, seraya memohon petunjuk agar senantiasa kita istiqomah berada di jalanNya.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Teks Khutbah Jumat Nasionalisme: Penutup

Demikian teks khutbah Jumat nasionalisme dari IBTimes.ID. Semoga bermanfaat. Khutbah Jumat lain dapat diakses dalam rubrik khutbah jumat.

Editor: Nabhan

Robby Karman
26 posts

About author
Dewan Redaksi IBTimes.ID
Articles
Related posts
Khutbah

Khutbah Idul Adha 1445H: Kurban dan Pengorbanan

5 Mins read
ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُ إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ…
Khutbah

Teks Khutbah Idul Adha: Falsafah Ibadah Kurban

6 Mins read
أَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَاكَاتُهُ اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ  يَهْدِهِ اللَّهُ…
Khutbah

Khutbah Idul Adha 1445H: Idul Kurban Tonggak Peradaban Berkemajuan

7 Mins read
أَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَاكَاتُهُ إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ  يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَمُضِلَ…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds