Perspektif

Tenggelam atau Tidaknya Indonesia Tergantung Muhammadiyah

3 Mins read

Sampai dengan hari ulang tahunnya yang ke 109, di website IBTimes.ID terdapat 121 artikel bertemakan ekologi dari berbagai sudut pandang.

Ini tentunya menandakan ada kesadaran ekologis dalam konteks wacana dari kader-kader Muhammadiyah untuk menyelamatkan Indonesia dan dunia dari kehancuran perlahan akibat kerusakan ekologis dengan cara yang paling sederhana.

Jika Bergeser dari wacana ke aksi, ada Kader Hijau Muhammadiyah salah satu gerakan ekologis yang cukup terkenal akhir-akhir ini yang selalu melawan segala bentuk kejahatan ekologi. Ini belum ditambah lagi dengan progja-progja hijau di tingkat organisasi sayap seperti IMM, IPM, NA, dan lain sebagainya.

Berpartisipasi dalam Sekolah Ekoliterasi

Bahkan dibulan November nan panas di Malaysia, saya diajak untuk bergabung ke sekolah eko-literasi yang diinisiasi oleh kader-kader Muhammadiyah di Yogjakarta. Forum yang akan berlangsung selama lebih dari satu bulan ini diikuti oleh banyak sekali elemen mahasiswa dan masyarakat umum. Meskipun sekolah eko-literasi diadakan secara daring tapi tidak menghilangkan esensi pembelajaran sekaligus perecanaan kaloborasi ke depannya.

Adanya peningkatan aksi, diskusi, dan refleksi tentang ekologis di dalam persyarikatan Muhammadiyah bisa menjadi penentu perjuangan Muhammadiyah ke depannya untuk menyelamatkan Indonesia dari ramalan ilmiah tentang tenggelam karena peningkatan air laut maupun bencana yang menyertainya karena perubahan iklim yang kian parah.

Kajian Ilmiah tentang Masa Depan Indonesia

Sebagaimana yang sering kita dengar, banyak kajian ilmiah yang menyatakan Indonesia akan menjadi negara yang paling terkena dampak akibat perubahan iklim. Menurut Laporan dari ISEAS – Yusof Ishak Institute di tahun 2021, setidaknya ada tiga dampak besar yang akan dirasakan setiap negara akibat perubahan iklim, di antaranya banjir, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kenaikan permukaan laut bahkan menurut kajian lembaga riset  singapura ini, tiga faktor ini menjadi ancaman terbesar yang sedang di atasi oleh banyak negara.

Baca Juga  Kenapa Ilmu Sosial Jarang Disertakan dalam Lomba Karya Ilmiah?

Khusus untuk kenaikan air laut yang selalu meningkat 2 mm per tahun (1-3 mm/tahun di wilayah pesisir Asia) dan diproyeksikan akan meningkat hingga sekitar 5 mm per tahun selama abad berikutnya menurut laporan terakhir dari Cruz dkk di tahun 2007 lalu.

Tentu saja ini tidak bisa dipandang remeh apalagi atas nama pembangunan sebagaimana kata seorang menteri, karena kenaikan air laut ini akan menyebabkan banyak penduduk kehilangan tempat tinggal, habitat akan perlahan punah, pertanian akan hancur, dan teritorial darat Indonesia pun akan berkurang karena pulau dan daratan pesisir tenggelam.

Bahkan Laporan terbaru dari Greenpeace, berjudul “The Projected Economic Impact of Extreme Sea-Level Rise in Seven Asian Cities in 2030menyatakan Jakarta termasuk ke dalam salah satu kota yang terancam kehilangan 17 lahannya akibat kenaikan air tentunya ini akan mengancam banyak penduduk yang secara ekonomi berada di garis kemiskinan.

Lalu kemudian apa yang dapat di lakukan Muhamamdiyah agar menjadi penentu Indonesia dan dunia untuk selamat dari bencana ekologis yang lebih besar, ada dua hal yang menurut saya bisa Muhamamdiyah terus lakukan.

Dua Hal yang Bisa Dilakukan oleh Muhammadiyah

Pertama, dengan menyemai dakwah Ekologis dan Narasi Eko-teologis di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang kuat dengan keberagamaan. Apalagi Muhammadiyah selama ini menekankan ibadah holistik yang menyeimbangkan antara ibadah yang mengarah ke langit dan juga peningkatan kapasitas diri sebagai hamba Tuhan yang juga ramah terhadap lingkungan. Dan semangat moderasi yang di selalu digelorakan harus juga dibelokkan ke arah yang ekologis agar praktik keseimbangan (balance) bahkan melakukan perlindungan (conservation) terjadi.

Meskipun di abad modern ada gelombang yang meragukan peran agama sebagai pembawa solusi bagi peradaban dan seringkali dibenturkan dengan science tapi saya sepakat dengan Richard Dkk dalam buku mereka berjudul “Islam and Ecology: A Bestowed Trust yang menyatakan agama adalah satu-satunya cara yang dapat memberikan kita kesadaran dari hati menuju praktik yang konsisten karena agama mempengaruhi kesadaran dan alam bawah sadar sebagai makhluk spiritual.

Baca Juga  Di Tengah Pandemi, Santri Trensains Berpartisipasi pada Kegiatan NASE (Network for Astronomy School Education)

Apa yang diungkapkan oleh Richard ini senada dengan yang disampaikan oleh Pengurus Muhammadiyah Amerika serikat yang juga pengurus Greenfaith (LSM lintas agama yang fokus dengan isu lingkungan) dalam kegiataan Freenfaith Fellowship 2021 yang saya ikuti bulan lalu yang menekankan peran agama sebagai pendorong yang aktif dan universal.

Dalam konteks Islam, menurut Nana Firman, ada tiga visi dan misi besar sebagai seorang muslim yaitu teguh dalam tauhid, menjadi pemimpin (khalifah) baik bagi diri sendiri maupun orang lain, dan selalu menebar manfaat (maslahah) sehingga secara konsekuensi logis mendorong individu muslim untuk bergiat, berjuang, dan berkomitmen terhadap yang ekologis apalagi ini selaras dengan teologi al-maun.

***

Kedua, dengan memfasilitasi gerakan-gerakan ekologis di antara para kadernya, baik yang sedang dan telah bergerak dalam ruang wacana maupun aksi ekologi agar gerakan-gerakan dari para kader ini menjadi underbow Muhamamdiyah yang kuat dan terorganisir untuk melawan kejahatan ekologis yang jauh lebih rapi.

Ketiga, menguatkan aspek pemberdayaan dengan menggiatkan lingkar diskusi dan aksi ekologis di dalam warga persyarikatan pada khususnya dan masyarakat untuk mengawal konsistensi perjuangan. Dan keempat, menerapkan aturan dari yang selalu waste menjadi zero waste dalam setiap acara-acara persyarikatan.

Akhirul kalam, saya berharap milad yang ke-109 bisa menjadi titik balik kesadaran ekologis semua kader Muhammadiyah di mana pun mereka berada. Kita tentunya tidak ingin alam Indonesia kedepannya hancur, karena ulah kejahatan ekologis yang terorganisir oleh karena itu perlawanan harus di lakukan dari yang paling mungkin bisa kita lakukan.

Semoga alam tetap lestari sebagaimana harapan gombloh di lagu lestari alamkunya dan sebagai kader Muhamadiyah mari kita jadikan persyarikatan menjadi ladang beramal ekologis,

Baca Juga  Benarkah Kita Sedang Mengalami Krisis Pangan?

Editor: Yahya FR

Avatar
8 posts

About author
Mantan Pengurus Divisi Kajian dan Penelitian PPI Dunia dan RPK PC IMM Malaysia
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *