Mungkin bukan semua agama, tapi benarkah Islam menerapkan syarat ketat untuk bisa masuk surga meski berbagai amal sudah dilakukan?
Agama selain Islam sebut saja Kresten, Katholik, Hindhu, atau Budha tidak menerapkan standart ganda dalam hal keimanan. Orang percaya bahwa Yesus itu Tuhan sudah cukup membuatnya selamat dan masuk surga. Konsep iman mereka tidak mengenal munafik, fasik, dhulmun, atau sebutan lainnya yang meski sudah berkesaksian (syahadat) masih di anggap belum mencukupi dan harus lewat beberapa tahap uji.
Maka bisa saja seseorang meski sudah beriman, mengakui rukun iman yang enam atau mengerjakan rukun Islam yang lima , masih belum tentu lolos masuk surga. Sebab bisa saja dia terpapar sifat fasik atau zalim atau munafik. Dalam hal surga, maka Islam memiliki sejarah panjang dan rumit, dan belum kelar hingga hari ini.
Tentang kedudukan orang beriman tapi masih melakukan dosa besar misalnya, telah melahirkan beragam pandangan dan mazhab. Dua arus utama pemikiran Jahami dan Qadari cukup dominan, sebelum dikompromikan dalam konsep kalam al-Asy’ary dan Al-Maturudy yang dikenal dengan ahlu sunah wal jamaah.
***
Tidak adanya keseragaman pandangan di kalangan ulama Islam ini cukup merepotkan. Bahwa masuk Islam secara generik saja belum tentu bisa menyelamatkan. Bahkan ironisnya, berkembang juga di kalangan umat Islam sikap skeptis bahwa seorang ulama atau kiai yang sudah berdarah-darah mengamalkan beragam jenis ibadah, belum ada jaminan selamat atau husnul khatimah. Kalau pemimpin agamanya saja belum tentu bisa selamat, lantas bagaimana mungkin bisa menyelamatkan umat.
Bahkan segolongan ulama Muktazilah menawarkan konsep ‘Manzila bainal Manzilataian’ suatu tempat antara surga dan neraka bagi kalangan beriman yang masih suka mengerjakan perbuatan dosa besar, sekedar untuk tidak mengatakan bahwa pelakunya dihukumi kafir atau murtad.
Parahnya lagi, proses pengkafiran dan pemurtadan justru dilakukan oleh sesama pengikut yang sama-sama mengaku beriman, dengan standart dan indikator yang ditetapkan sendiri.
***
Bahkan ahli ibadah pun masih belum ada jaminan selamat bila terindikasi mengerjakan bid’ah. Bukankah definisi ahli Bid’ah itu sesungguhnya adalah ahli ibadah yang suka nambah-nambah sehingga ditetapkan sebagai penghuni neraka? Para ahlu bid’ah ini ‘ditetapkan’ masuk neraka oleh segolongan yang mengaku ahlu sunah hanya karena memperingati maulid Nabi, baca qunut subuh, atau sayidina ketika tahiyat, senang tahlilan, suka baca diba‘, rajin yasinan tiap malam Jumat, zikir ramai-ramai usai salat fardhu atau sekadar salaman usai salat berjamaah, atau gemar kirim doa pada orang tua atau kerabat yang sudah meninggal. Mereka inilah yang ‘diklasifikasikan’ sebagai ahli bid’ah dan ‘ditetapkan’ secara sepihak bakal menghuni neraka, benarkah ?
Tegasnya, banyak orang salat berjamaah di masjid dan beramal ibadah, masuk neraka hanya karena melakukan hal-hal yang dianggap tidak ada dalil dan tidak dikerjakan Rasulullah saw. Kita memang telah bersepakat bahwa tiap-tiap bid’ah itu sesat dan setiap yang sesat bakal masuk neraka. Tapi bukankah kita belum bersepakat tentang definisi bid’ah dan apa-apa saja bisa disebut bid’ah. Inilah pasal rumitnya.
Dengan cara pandang demikian, maka persyaratan masuk surga bisa bertambah ketat dan rumit. Sebab banyak orang salat, membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan amalan lainnya bukannya masuk surga tapi malah berbalik masuk neraka.
***
Logika sederhana orang awam: bila semua yang kita lakukan ingin masuk surga, kenapa mencari kelompok yang menetapkan syarat berat dan rumit? mungkin Abu Dzar ra bisa memberi jawab:
‘Aku mendengar Abu Dzar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Jibril menemuiku dan memberiku kabar gembira, bahwasanya siapa saja yang meninggal dengan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka dia masuk surga.” Maka saya bertanya, ‘Meskipun dia mencuri dan berzina? ‘ Nabi menjawab: ‘Meskipun dia mencuri dan juga berzina’.
Dan masih banyak lainnya tentang kemudahan dan jaminan masuk surga bagi yang tidak menyekutukan Allah. Tapi siapapun bebas menetapkan surga atau nerakanya sendiri dengan cara yang ia mau, dan saya pilih yang paling mudah.