Feature

Arah Baru Gerak Santri

4 Mins read

-Santri- Gadis kecil Aprilia Dewi Ardiyanti yang masih lugu itu mempunyai impian menjadi Bu Nyai. Maknanya bisa dua, menjadi seorang wanita pengasuh majelis taklim atau menjadi pendamping seorang kyai. Keduanya terkait dengan pengajaran agama Islam. Maka setelah sebelas tahun belajar di lembaga pendidikan TK, Madrasah Ibtidaiyah, dan Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda di kota asalnya Sragen, Aprilia bertekad melanjutkan ke pesantren salaf.

Memang begitulah bayangan calon santri maupun orang tuanya tatkala akan masuk pesantren.
Kelak setelah lulus, mereka menjadi ahli agama, menjadi muballigh-muballighah yang berdiri di podium, dan berpidato di depan ratusan jamaah. Menjadi ustaz-ustazah yang mengajar di majelis-majelis taklim dan menjadi kyai/Bu Nyai yang dikelilingi dan tangannya dicium para santri.

Tetapi sayang, impian dan cita-cita Aprilia untuk hijrah dari madrasah ke pesantren salaf, seketika terhadang. Sutardi, ayah Aprilia yang karyawan pabrik dan Supriyani yang buruh swasta, meminta Aprilia sebagai anak sulung dengan dua adik laki-laki Imam Muhamad Maskhuri dan Muhammad Haris Maulana untuk tidak pergi jauh mondok di luar kota. Melainkan tetap di kota asalnya. Pesantren yang dikenal dan tidak jauh dari tempat tinggal keluarga Aprilia di Tlogojati, Plosorejo, Gondang, Sragen adalah Pesantren Darul Ihsan, Pringan Sragen.

***

Aprilia pun berdamai dengan keadaan dan mendaftar dan ikut tes masuk SMA pesantren Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen atau SMA Dimsa. Aprilia pun lulus dan diterima di SMA Dimsa. Masuk SMA Dimsa 2013 ternyata sekaligus masuk alam dan kultur baru. Setelah sebelas tahun hidup dalam suasana dan kultur NU, sebagai afiliasi lembaga pendidikan Nurul Huda, kini berganti suasana dan kultur Muhammadiyah.

Sebagai siswi madrasah dan warga asli Sragen, Aprilia sudah tahu Dimsa dan relatif siap menjalani hidup di pesantren baru Dimsa. Tetapi Aprilia dan keluarga tidak tahu bahwa tahun ajaran saat Aprilia masuk Dimsa berubah menjadi Trensains. Aprilia baru tahu perubahan ini saat ikut camp sebelum tahun ajaran baru resmi dimulai. Setelah English camp dan dilanjut fismath camp Aprilia baru tahu apa itu Trensains. Terlebih setelah program berjalan, dengan pengamatan khas laboratorium AAS dan tahajjud fisika yg dibina para mahasiswa fisika ITS. Trensains pun menjadi titik balik impian hidupnya.

Baca Juga  Telepon Pintar

Meski sembilan tahun menjadi siswi madrasah, tetapi Aprilia merasa kemampuan bahasa Arab masih minim dan stress saat awal menjadi santriwati Trensains. Stress ini pun menguat dengan tuntutan kemampuan matematika dan fisika. Betapa berat kehidupan awal Aprilia di Trensains, amat sangat berat.

Beratnya menjalani hidup sebagai santri Trensains dengan impian, cita-cita, dan visi jauh serta mimpi besarnya, membuat Aprilia seolah terbangun dari tidur panjangnya. Seringnya mendengar orasi penggagas Trensains yang alumni ITB dan Universitas Hirosima Jepang dan bertemu para mahasiswa senior dari fisika ITS membangkitkan impian baru Aprilia putri seorang karyawan pabrik dan buruh tani. Aprilia pun berani bermimpi besar.

***

Aprilia mengaku sejak di Trensains dia sudah menulis 100 mimpi, salah satunya kelak saat kuliah lulus cumlaude. Maklum beberapa mentor senior dari ITS adalah juara olimpiade fisika dan lulus S1 fisika dengan predikat cumlaude. Mimpi lainnya, Aprilia bisa masuk Fisika ITS. Saat mendapat jatah masuk via jalur SNMPTN 2016 dia pun ambil Fisika ITS, sayang tidak lolos. Saat SBMPTN fisika ITS dijadikan sebagai pilihan pertama tetapi sekali lagi tidak tembus.

Meskipun demikian Aprilia masih bisa bersyukur karena terobati dengan lolos di pilihan keduanya yaitu prodi fisika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setelah mulai, masuk kuliah, Aprilia menulis target-target selama kuliah. Setiap semester, dia harus isi SKS penuh, dalam artian IPS harus selalu di atas 3. Kerja praktek (magang) yang harusnya dilaksanakan pada smt 7, dia akan laksanakan pada liburan smt 4 ke 5, dan terlaksana. Lalu, kuliah teori dia tergetkan selesai pada smt 6. Semua berjalan lancar sehingga setelah semester 6 selesai, Aprilia langsung mulai penelitian, belajar coding untuk skripsi di bidang komputasi neurosains.

Baca Juga  Corak Seni Keislaman dalam Masyarakat Bolaang Mongondow

Kuliah Aprilia terasa sangat lancar dan mulus, selain karena faktor doa orang tua motivasi yang kuat, Aprilia juga menerima beasiswa bidik misi sehingga tidak ada lagi, masalah biaya kuliah.

Semester 7, Aprilia mengambil bidang biofisika dan menjalani penelitian untuk tugas akhirnya di bawah bimbingan Bu Anis Yuniati, PhD. Ketekunan, keuletan, dan kerja kerasnya pun membuahkan hasil. Jumat 6 Desember 2019, Aprilia menjalani sidang ujian skripsi dengan judul
“Pemodelan Inisiasi dan Perambatan Balik Potensial Aksi pada Sel Mitral menggunakan Simulator NEURON dan Python” Dosen penguji ibu Cecilia Yanuarif, M.Sc dan ibu Dr. Nita Handayani.
Dengan IP 3.9 dan masa studi tujuh semester sehingga tercatat sebagai mahasiswi lulus tercepat di FST UIN Suka. Aprilia bisa lulus dengan status Cumlaude.

***

Trensains bukan pesantren biasa melainkan pesantren sains. Trensains mengingatkan dan menyadarkan bahwa di dalam al-Quran, terdapat 800 ayat alam yg mengarah pada pemahaman dan penguasaan sains dan teknologi. Umat Islam harus kembali kuasai IPTEK karena secara empirik, mengatakan bahwa bangsa-bangsa yang eksis adalah bangsa-bangsa yang menguasai sains fundamental.

Trensains berikhtiar melahirkan kembali Ibnu Sina abad 21. Santri Trensains selain harus memahami bahasa Arab dengan baik sebagai tool memahami al-Quran. Mereka juga harus piawai dalam matematika dan sains. Seperti diakui Aprilia, memahami bahasa Arab, matematika, fisika, kimia, dan biologi bukan perkara mudah, sebaliknya teramat sangat sulit. Kenyataan ini membuat Trensains tidak membuat kebijakan atau program tahfiz -hafal Al-Qur’an- dalam kurikulumnya.

Bukan sekedar itu, alumni Trensains masuk bidang kealaman di FMIPA, fakultas teknik, pertanian, dan medis kedokteran bukanlah pilihan orang perorang atau pilihan santri semata, melainkan arahan Trensains. Bahkan terasa agak ekstrim, calon santri yang sejak awal jelas-je;as tidak berminat masuk dalam bidang kealaman tersebut dianjurkan untuk tidak jadi mendaftar atau mengundurkan diri dari Trensains. Bukan menganggap bidang selain IPTEK, agro, dan medis tidak baik, melainkan bidang-bidang yang difokusi Trensains merupakan bidang yang terabaikan oleh umat Islam secara keseluruhan yakni semua umat Islam di semua negara mayoritas muslim termasuk Indonesia.

Baca Juga  Kisah Seorang Buruh Setrika yang Ketiban Rezeki Saat Muktamar Muhammadiyah ke-48

Aprilia telah berusaha mewujudkan visi-misi trensains dengan mencatatkan diri sebagai sarjana pertama, sarjana Fisika pertama Trensains. Bukan sekadar pertama tetapi juga tercepat dan insya Allah dengan predikat cumlaude. Memang lulus strata satu belum puncak, tetapi setidaknya tangga awal telah dilalui dengan sangat baik dan membanggakan. Selanjutnya berikhtiar menapaki tangga magister dan doktoral sebelum kemudian benar-benar menjadi ilmuwan sebagaimana Ibnu Sina, Ibnu Haytsam, al-Biruni, al-Khawarizmi abad 21. Itulah arah baru gerak santri, tidak sekedar menjadi ustadz/ah dan kyai/nyai tetapi ilmuwan alam, insinyur dan dokter dengan pemahaman al-Quran dan filsafat yang kokoh.

Avatar
6 posts

About author
Anggota Divisi Hisab MTT Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Articles
Related posts
Feature

Mengkritik Karya Akademik: Sebenarnya Menulis untuk Apa?

3 Mins read
Saya relatif jarang untuk mengkritik tulisan orang lain di media sosial, khususnya saat terbit di jurnal akademik. Sebaliknya, saya justru lebih banyak…
Feature

Sidang Isbat dan Kalender Islam Global

6 Mins read
Dalam sejarah pemikiran hisab rukyat di Indonesia, diskusi seputar Sidang Isbat dalam penentuan awal bulan kamariah telah lama berjalan. Pada era Orde…
Feature

Tarawih di Masjid Sayyidah Nafisah, Guru Perempuan Imam Syafi’i

3 Mins read
Sore itu, sambil menunggu waktu buka, saya mendengarkan sebuah nasyid yang disenandungkan oleh orang shaidi -warga mesir selatan- terkenal, namanya Yasin al-Tuhami….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *