Perspektif

Teori Evolusi Agama Robert N. Bellah: dari Mistis, Dogmatis, hingga Estetis

4 Mins read

Pembahasan mengenai agama rasanya menjadi pembahasan yang tidak akan ada habisnya. Dimensi Normativitas dan Historisitas dari agama selalu mendapat tempat entah itu di pembahasan jurnal ilmiah, obrolan sehari-hari, bahkan perdebatan di ruang-ruang digital.

Menurut Amin Abdullah, yang dimaksud dimensi Normativitas agama merupakan wilayah pembahasan ajaran-ajaran agama yang ditelaah melalui pendekatan doktrinal-teologis. Sedangkan dimensi Historisitas merupakan aktualisasi Normativitas dalam lintasan sejarah peradaban manusia.

Agama dan peradaban adalah dua hal yang saling terikat satu sama lain. Agama bisa tetap eksis hingga sekarang karena dijalankan oleh pemeluknya dalam lintasan sejarah. Sedangkan peradaban juga bisa hidup karena mendapat pondasi berupa nilai maupun norma yang banyak bersumber dari ajaran agama.

Hubungan antara agama dan peradaban memunculkan diskursus dan berbagai pertanyaan baik bersifat rasional maupun spiritual. Sejarah telah mencatat bagaimana peradaban manusia terus mengalami evolusi secara dinamis mengikuti kebutuhan manusia sesuai perkembangan zaman. Dari sini kemudian muncul sebuah pertanyaan, “Apakah agama juga turut mengalami evolusi seiring dengan evolusi peradaban manusia?”

Evolusi Agama Menurut Robert N. Bellah

Berbagai teori mengenai evolusi agama muncul baik itu dari ilmuwan, teolog, maupun ahli spiritual. Beberapa berpendapat bahwa agama merupakan bagian integral dari peradaban sehingga turut berevolusi. Beberapa yang lain berpendapat bahwa bentuk agama sudah final sehingga tidak mengalami evolusi. Ada pula ahli yang berpendapat bahwa agama mengalami evolusi namun ke arah yang tidak lebih baik karena telah kehilangan dimensi spiritualnya.

Salah satu teori yang digagas oleh Robert N. Bellah, seorang sosiolog asal Amerika. Dalam tulisannya berjudul Religious Evolution yang pertama kali ditulis untuk kuliah di University of Chicago, terdapat lima tahapan evolusi agama, yaitu Primitive Religion, Archaic Religion, Historic Religion, Early Modern Religion, dan Modern Religion.

Terdapat empat aspek perkembangan di tiap-tiap tahapan menurut Bellah. Pertama, system symbol atau gambaran mengenai realitas bagi para pemeluk agama. kedua religious action yang merupakan ekspresi pemeluk agama terhadap system symbol. ketiga, religious institution yang merupakan tempat religious action dilakukan. keempat, social implication atau kondisi sosial yang terbentuk dari tiga aspek sebelumnya.

Baca Juga  Peace Tour to Europe 2020: Menjembatani Dunia Islam dan Barat

Primitive Religion

Pada tahap ini terdapat realitas atau system symbol berupa dunia mistis yang dihuni oleh roh-roh nenek moyang. Roh-roh tersebut tidak diidentifikasi sebagai dewa, sehingga religious action dalam tahap ini bukan berupa penyembahan melainkan identifikasi dan partisipasi untuk menirukan kegiatan yang dianggap dilakukan oleh roh-roh nenek moyang terdahulu.

Religious institution belum terbentuk pada tahap ini. Pemimpin ritual keagamaan biasanya dipilih dari orang yang paling tua. Sedangkan social implication tahap ini berupa terwujudnya solidaritas sosial dalam masyarakat primitif.

Archaic Religion

System symbol pada tahap ini roh-roh nenek moyang sudah teridentifikasi menjadi dewa yang memiliki kuasa atas kehidupan manusia dan terstruktur secara hierarkis. Hal tersebut memunculkan religious action berapa penyembahan dan pengorbanan bagi para dewa.

Pada tahap ini mulai muncul religious institution yang memiliki otoritas terhadap kehidupan agama, namun institusi ini tetap dipimpin oleh individu yang memiliki kekuasaan mutlak atas kehidupan sosial dan agama atau raja sebagai titisan dewa. Sedangkan social implication dari tahap ini adalah pandangan bahwa kehidupan manusia dianggap sebagai kehendak para dewa.

Historic Religion

Pada tahap ini muncul symbol system berupa realita kehidupan setelah kematian atau konsep akhirat. Dari realita ini kemudian muncul religious action berupa usaha untuk mendapat kebahagiaan akhirat dengan mengurangi bahkan meninggalkan kehidupan duniawi. Manusia dituntut untuk mengikuti dogma-dogma agama secara rigid agar memperoleh kebahagiaan akhirat.

Pada aspek religious institution, muncul dualisme antara kehidupan agama yang bersifat sakral, dan kehidupan duniawi yang bersifat profan. Kemudian muncul social implication berupa ketegangan antara kehidupan agama dan kehidupan sosial yang duniawi.

Early Modern Religion

Pada tahap ini, symbol system kehidupan akhirat yang mendominasi kehidupan dunia runtuh dan dua kehidupan tersebut bersifat sejajar. Kebahagiaan akhirat mustahil didapatkan tanpa melalui kehidupan di dunia. Muncul religious action berupa semangat menjalani kehidupan dunia namun pada akhirnya tetap ditujukan untuk kehidupan akhirat.

Baca Juga  Ketika Orang Lain Berbuat Maksiat, Benci Perbuatan atau Pelakunya?

Religious institution yang muncul adalah penolakan terhadap status khusus dan otoritas lembaga keagamaan. Kepemimpinan agama diganti dengan jabatan dengan berpijak pada tugas, bukan status. Social implication pada tahap ini adalah penyebaran nilai-nilai agama dalam sendi kehidupan profan yang sebelumnya ditinggalkan demi meraih akhirat.

Modern Religion

Dalam tahap ini symbol system berupa aspek transendensi benar-benar ditinggalkan. Fokus agama modern bukan lagi kepada tuhan namun kepada manusia itu sendiri. Religious action dalam tahap ini berupa pencarian makna hidup dari tiap-tiap individu dengan dilandasi moral demi mencapai kehidupan dunia yang penuh kedamaian dan keindahan sosial.

Religious institution tahap ini terlihat dari lembaga keagamaan tidak lagi sebagai pemegang otoritas, melainkan sebagai tempat terbuka bagi siapa saja secara sukarela. Social implication dari tahap ini adalah pandangan kolektif bahwa agama adalah pijakan moral untuk menciptakan kehidupan duniawi yang penuh perdamaian, plural, serta penuh keindahan dari aspek humaniora. Dengan kata lain, pada tahap ini agama tidak lagi bersifat teologis namun bersifat estetis.

Tanggapan Terhadap Teori Evolusi Agama Bellah

Teori evolusi agama Bellah telah berhasil menembus batasan lokalitas dan berhasil menemukan pola-pola umum agama di seluruh dunia. Bellah menjelaskan bahwa primitive religion bisa ditemukan di agama Suku Aborigin di Australia. Sedangkan Archaic Religion bisa ditemukan di agama kuno Afrika, India, dan China.

Historic Religion menurut Bellah bisa ditemukan pada agama-agama besar dunia seperti Yahudi, Kristen, dan Islam. Sedangkan Early Modern Religion bisa kita lihat sendiri gejalanya muncul pada berbagai gerakan pembaruan agama seperti Reformasi Protestan, dan Muhammadiyah melalui Teologi Al-Maun yang dibawa oleh K.H Ahmad Dahlan.

Meskipun begitu, terdapat beberapa kelemahan dalam teori evolusi agama yang diajukan oleh Bellah. Teori Bellah menyiratkan adanya pandangan barat-sentris dimana kondisi masyarakat barat dianggap sebagai yang paling maju. Modern Religion yang belum terwujud pada dasarnya merupakan cita-cita masyarakat barat yang mendambakan agama yang berorientasi kepada kehidupan dunia.

Baca Juga  Mengapa Narasi Anti Syiah Masih Ada di Indonesia?

Teori Bellah juga hanya bisa menjelaskan evolusi agama dari sisi sosial dan ekspresi perilaku pemeluk agama. Bellah tidak bisa menjelaskan evolusi agama jika dilihat dari aspek kualitas spiritual agama. Sehingga dibanding menggunakan istilah evolusi agama/keagamaan (Religious Evolution), Teori Bellah lebih cocok apabila disebut sebagai teori evolusi keberagamaan (Religiousness Evolution).

Editor: Soleh

Muhammad Ibnu Majah
4 posts

About author
Mahasiswa Strata-1 Fakultas Ilmu Sosial Humaniora UIN Sunan Kalijaga Program Studi Ilmu Komunikasi
Articles
Related posts
Perspektif

Moderasi Hilirisasi Haji

3 Mins read
Dalam beberapa tahun terakhir, hilirisasi haji telah menjadi sorotan penting di Indonesia. Berangkat dari visi untuk memberikan pelayanan haji yang berkualitas dan…
Perspektif

AI dan Masa Depan Studi Astronomi Islam

4 Mins read
Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) merupakan program komputer yang dirancang dan dihadirkan untuk dapat meniru kecerdasan manusia, termasuk kemampuan pengambilan keputusan,…
Perspektif

Pendidikan sebagai Dasar Pembentuk Nilai Hidup

3 Mins read
“Pendidikan (opvoeding) dan pengajaran (onderwijs) merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds