Feature

Tiga Ciri Islam Berkemajuan Menurut Millenial

1 Mins read

Oleh: Hasnan Bachtiar*

 

Islam Berkemajuan yang ditawarkan Muhammadiyah itu, sebenarnya sederhana. Islam itu kan baik, karena mengandung semua nilai kebaikan. Ketika Islam yang baik, tanpa tergerus kebaikannya, mampu beradaptasi di era kekinian (zaman now), itulah Islam Berkemajuan.

Apa saja ciri-cirinya?

Pertama, tidak mengkafirkan orang lain yang memiliki pemikiran, pemahaman dan identitas yang berbeda dengan kita.

Kedua, mempromosikan kebajikan, kesantunan, keindahan, perdamaian Islam, bukan ngajak bertengkar, marah-marah, ancaman, intimidasi dan seruan perang (nggak banget).

Ketiga, menerima perubahan, keberbedaan, dinamisasi zaman dan moderat (tengahan), bukan ekstrem kanan maupun kiri, apalagi kanan kiri oke (pragmatis-oportunis: mencla mencle).

Dalam praktiknya, Islam Berkemajuan tidak lagi “sedikit bicara, banyak bekerja” tetapi “banyak promosi dan banyak bekerja kreatif.” Mengapa? Karena ini zaman kolaborasi. Semakin banyak kita menginspirasi, semakin maju gerakan hebat yang kita buat. Lalu, Islam Berkemajuan berorientasi menyelesaikan masalah, bukan membuat masalah, apalagi memperkeruh masalah.

Namun untuk maju di zaman millennial ini, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.

(1) Kalau kita klik sebagai kata kunci melalui Google, akan segera keluar panduannya, ringkas, pendek dan akurat. Bukan hal yang rumit, njelimet, susah dipahami dan gak jelas. Apalagi tulisanya terlalu panjang dan tidak enak dibaca, sama sekali bukan.

(2) Kalau kita ketik hastag-nya di Twitter, maka cuitan yang keluar adalah cuitan pintar, kritis, keren, namun bijaksana, santun dan jenaka. Tentu bukanlah caci maki, sumpah serapah, bullying, pamer kesombongan dan kebodohan, kekanak-kanakan, brengsek, jelek dan memaksakan kehendak.

(3) Kalau kita cari di Instagram, maka gambar-gambar yang tampil, termasuk meme dan infografi yang mengiringi harus informatif dan instagramable. Kalau gambarnya terlalu formal, kaku, tidak menarik, kualitas fotonya menjengkelkan, tentu bukan termasuk hal yang maju.

Baca Juga  Pelajaran Bermuhammadiyah dari Kolokium JIMM

(4) Kalau kita baca dari WhatsApp, isinya menginspirasi, melegakan hati, membuat bahagia, tersenyum dan berempati. Tentu bukan hoaks, kabar bohong, palsu, hasutan, menebar kebencian dan kaleng-kaleng (fitnah yang keji).

Bagaimana guys, keren kan Islam Berkemajuan Muhammadiyah? Yuk, menjadi millennials berkemajuan. Menjadi millennials berkemajuan itu gampang. Biar kita aja.

Kalau kita emang udah berkemajuan, yuk semangat share, like, subscribe dan comment.

 

*Presidium Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah

Avatar
89 posts

About author
Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang, Direktur Riset RBC Institute A Malik Fadjar.
Articles
Related posts
Feature

Kedekatan Maulana Muhammad Ali dengan Para Tokoh Indonesia

3 Mins read
Ketika kita melakukan penelusuran terhadap nama Maulana Muhammad Ali, terdapat dua kemungkinan yang muncul, yakni Maulana Muhammad Ali Ahmadiyah Lahore dan Maulana…
Feature

Mengkritik Karya Akademik: Sebenarnya Menulis untuk Apa?

3 Mins read
Saya relatif jarang untuk mengkritik tulisan orang lain di media sosial, khususnya saat terbit di jurnal akademik. Sebaliknya, saya justru lebih banyak…
Feature

Sidang Isbat dan Kalender Islam Global

6 Mins read
Dalam sejarah pemikiran hisab rukyat di Indonesia, diskusi seputar Sidang Isbat dalam penentuan awal bulan kamariah telah lama berjalan. Pada era Orde…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *