Perspektif

Lupakan Maudy Ayunda, Tiru Denise Chariesta!

2 Mins read

Lupakan Maudy Ayunda

Udahlah enggak usah ngomongin Maudy yang dari segalanya sulit untuk ditiru bagi kelas menengah agak missqueen kayak kita sebagai inspirasi. Ketimbang akhirnya ngeluh sendiri karena dari segi apapun sulit digapai, mending dengarkan tawaran saya.

Iya, lebih baik meniru Denise Chariesta ketimbang melihat Maudy Ayunda sebagai inspirasi. Mengapa? gampang dikejar! Modal kamu cuma tiga; perkuat skincare, kamera beautification, dan mental kuat ngajak berantem semua orang. Ya, cuma itu doang.

Dengan modal marah-marah dan bikin rusuh sekarang ia jadi salah satu artis Tiktok yang ingin didekatin. Mulai dari musuh-musuhnya seperti Uya Kuya sekeluarga dan Dewi Persik. Tidak ketinggalan, beberapa televisi swasta juga mengundangnya untuk tampil diacaranya.

Karya Denise Chariesta yang Disepelekan

Kalau kamu mendengarkan single terbarunya yang berjudul “gila” pasti akan geleng-geleng. Ini karena, lagu itu sudah ditonton 2,4 juta orang. Saat nonton enggak usah dengar suaranya. Itu enggak penting, karena orang datang cuma pengen menghujat dan melakukan dislike kepada videonya.

Kalaupun kamu mendengarkan pasti kecewa dan bilang, “Kalau begini, aku juga bisa bikin single lagu”. Iya boleh aja kamu ngomong gitu, tapi masalahnya ada yang mau lihat enggak bos? Bahkan, jumlah viewers segitu enggak usah bandingkan dengan youtubers-nya Martin Suryajaya yang kritis, tajam, sekaligus reflektif tapi yang nonton biasanya mentok di angka 10 ribu viewers dalam setiap kontennya.

Apalagi membandingkan dengan kontennya Gita Wirjawan dengan What is Your Endgame? Meskipun sedikit-sedikit menggunakan bahasa Inggris dan mengundang tokoh inspiratif, yang nonton paling tinggi mentok diangka 500 ribu bos!

Modal yang Perlu Disiapkan Denise Chariesta

Dengan modal marah-marah, ia diminta untuk endorsement sejumlah produk. Ia juga diminta oleh salah satu institusi pemerintah untuk mensosialisasikan programnya. Dengan jumlah followers Tiktok di atas 4 juta, membayar endorsement untuknya aja pasti enggak murah.

Baca Juga  Antara Ujaran Pak Menteri dan Status Quo Pernikahan

Bahkan, melampaui 20 kali lipat gaji cleaning service yang gajinya setiap bulan ngepas dengan UMR atau pun dibawahnya. Kok terasa enggak adil? Ya emang begitu logika industri kapitalisme; siapa yang bisa ngejual paling gede, ya dia yang dibayar mahal. Persoalan keringat dan sulitnya dalam melakukan itu urusan masing-masing yang seringkali enggak setara dengan duit yang didapatkan.

Logika Industri Era Medsos

Ingat, logika industri di era media sosial adalah attention (perhatian). Orang yang menarik perhatian, ia yang akan menjadi magnit industri kapital. Dalam memproduksi perhatian, enggak penting-penting amat isinya.

Selama ada yang nonton, komentar, dan juga ngasih dukungan, baik itu like maupun dislike itu adalah modal utama potensial untuk mendapatkan uang.

Denish ini adalah orang yang paling diejek dan dihina dalam publik media TikTok, tapi dia yang memungkinkan dapat duit dari hinaan orang-orang yang polos kayak kita.

Antara Maudy Ayunda dan Denise Chariesta

Kalau Maudy Ayunda adalah bentuk kepantasan kelas menengah elit dan atas anak muda Indonesia, Denish Chariesta sebaliknya. Ia merupakan bentuk ketidakpantasan bagi setiap orangtua agar tidak seperti dirinya.

Selain bikin orang jadi naik pitam, sejumlah konten videonya tidak mencerminkan khas kelas menengah yang selalu menggunakan kata which is. Denish Chariesta adalah cerminan dari kebanyakan orang Indonesia yang ingin marah terhadap keadaan ekonomi, sosial, dan politik yang tidak berpihak kepada diri mereka. Tapi tidak bisa tersalurkan karena dikerangkeng dalam bingkai moral kepantasan. Melihat konten Denish Chariesta lalu memakinya adalah bentuk katarsis yang selama ini sulit dilampiaskan.

Denish Chariesta: Panen Berkah dari Hujatan

Sebaliknya, kemarahan dan lampiasan sejumlah negatif kepadanya justru menjadi berkah di tengah logika industri media sosial yang sangat perhatian pada setiap perhatian individu akun media sosial.

Baca Juga  Mengapa Kita Harus Berhenti Menalar Tuhan dengan Akal?

Setiap individu akun media sosial adalah ceruk pasar yang memungkinkan bisa jadi uang. Sikap ngamukan Denish yang mengundang amarah orang yang menontonya adalah berkah. Bukan hanya bagi Denish, melainkan juga bagi industri yang menanam investasi kepadanya melalui endorsement ataupun iklan.

Dengan kata lain, Denish adalah cerminan dari strategi dagang di media sosial di mana setiap view sangat berharga di mata pemodal. Dengan prinsip “Semakin loe hina gue, semakin gue banyak dapat duit”.

Ia adalah artis TikTok yang sangat dekat dengan kita semua dan menjadi bagian dari ketidaksadaran yang selama ini kita pendam dalam-dalam atas nama kepantasan publik. Kalau kita menganggapnya “gila”, ia justru meyakinkan bahwasanya dirinya memang “sakit jiwa”, tapi ya dapat banyak duit.

Editor: Yahya FR

Avatar
83 posts

About author
Peneliti di Research Center of Society and Culture LIPI
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *