Oleh: Djarnawi Hadikusuma
Dalam perjalanan pulang ke kampung halaman, Jamaluddin Al-Afghani memerlukan singgah di India untuk menyaksikan jalannya pemberontakan. Pemberontakan itu dapat ditumpas. Bahaya imperialisme Inggris kelihatan akan melebarkan sayapnya ke seluruh dunia Islam. Dan sangat besar kemungkinan Inggris akan menyerang Afghanistan sekali lagi.
Oleh karena itu, segera Jamaluddin Al-Afghani kembali ke negerinya dan menghambakan diri kepada kerajaan. Dust Muhammad Khan mengangkat dia menjadi pejabat tinggi. Dari sinilah karir politik Jamaluddin Al-Afghani dimulai.
Karir Politik
Pada tahun 1863, tentara Inggris di India bersiap untuk menduduki wilayah Hurat yang sebenarnya termasuk bagian tanah Afghanistan tetapi di bawah pemerintah Iran. Daripada jatuh ke tangan Inggris, Dust Muhammad Khan mendahului menyerang negeri itu. Jamaluddin Al-Afghani ikut serta memimpin tentara Afghan. Dust Muhammad Khan wafat, namun tentaranya berhasil menguasai Hurat.
Sultan Bahadin Syah di India, setelah gagal usahanya mengusir Inggris, ditangkap dan dipenjarakan lalu dibuang ke Rangoon. Putranya yang akan menggantikan dia dibunuh oleh seorang perwira Inggris. Negara-negara Islam hanya tinggal Mesir, Turki, dan Iran; sedang Afghanistan terancam perpecahan karena perebutan kekuasaan di antara putra-putranya. Pastilah Inggris akan mengadu-domba negara-negara itu dan menelan satu demi satu. Dalam situasi demikian, karir politik Jamaluddin Al-Afghani dimulai. Suatu keadaan yang sangat menyayat hati Jamaluddin Al-Afghani.
Siasat pecah-belah Inggris ternyata berhasil. Putra Mahkota Dust Muhammad Khan yang bungsu mewarisi kerajaan ayahnya, menangkap abangnya yang bernama Afdal Khan dengan tuduhan hendak merebut kerajaannya. Putra bungsu yang bernama Syir Ali Khan itu bertekad untuk menguasai kerajaan ayahnya itu seorang diri. Seorang abangnya lagi yang bernama Azam Khan tidak rela melihat Afdal Khan dianiaya sedemikian rupa. Maka, dengan dibantu oleh Jamaluddin, diserbunya istana Syir Ali dan dengan pasukan yang berpihak kepadanya dapat direbutnya Kabul, ibukota Afghanistan.
Syir Ali melarikan diri dan meminta bantuan tentara Inggris dan akhirnya dapatlah ia merebut kembali tahtanya. Azam Khan melarikan diri keluar negeri, tetapi Jamaluddin tetap tinggal dengan segala keberaniannya. Namun, Syir Ali tidak berani menangkap dia karena pengaruhnya kepada rakyat terlalu besar.
Melihat persekongkolan Ali dengan Inggris, dalam catatan karir politik Jamaluddin Al-Afghani, ia merasa tidak betah lagi. Maka segera minta diizinkan pergi Haji. Permintaannya dikabulkan oleh Syir Ali dengan syarat tidak diperkenankan melalui Iran.
Petualangan Intelektual
Apa yang dikhawatirkannya telah menjadi kenyataan. Kekuasaan Inggris di India bertambah kokoh dan tekanannya mulai terasa di Afghanistan akibat pengkhianatan Syir Ali Khan. Bahaya yang lebih besar telah membayang mengancam umat Islam yang sedang lena dininabobokan oleh kejahilan. Hati Jamaluddin meronta-ronta. Penderitaan dan perjuangannya telah membuat dia lupa kepada kepentingan hidup pribadinya. Usianya telah meningkat 30 tahun dan belum beristri.
Selama ini, Afghanistanlah satu-satunya tanah air baginya. Tetapi sekarang, setelah melihat bahaya yang mengancam itu, maka seluruh negara-negara Islamlah tanah airnya. Ia bertekad untuk berjuang terus di mana pun ia berada, menentang penjajahan dan kekejaman siapa saja. Ia akan berjuang untuk agama dan umat Islam, akan menyadarkan mereka kepada ajaran Islam yang murni, yang penuh ajaran jihad dan perjuangan, yang penuh tauhid pengobar keberanian, yang dijiwai takwa pembina keikhlasan dan kemantapan.
Keputusan diambil dalam riwayat karir politik Jamaluddin Al-Afghani. Ia akan mengembara sesudah Hajinya yang kedua ini. Selesai Haji, ia berlayar ke India. Di sana, pemerintah Inggris sengaja menerimanya dengan segala kehormatan dan kebesaran untuk melunakkan hatinya dan sedapat mungkin mencegah pertemuannya dengan rakyat.
Djarnawi Hadikusuma dalam bukunya, Aliran Pembaharuan dalam Islam dari Jamaluddin Al-Afghani sampai KHA Dahlan, menjelaskan bahwa semakin banyak orang India Muslim yang berhasil menemuinya, meminta petunjuk dan nasehat. Hal ini menyebabkan pemerintah Inggris bertambah kuatir. Baru satu bulan Jamaluddin telah dipaksa meninggalkan India dengan sebuah kapal yang menuju Terusan Suez. Dengan itu, ia sampai ke Mesir pada akhir tahun 1869.
Baca artikel sebelumnya: Jamaluddin Al-Afghani (1): Kelahiran, Tanah Air, dan Pendidikan
Sumber: buku Aliran Pembaharuan dalam Islam dari Jamaluddin Al-Afghani sampai KHA Dahlan karya Djarnawi Hadikusuma. Pemuatan kembali di www.ibtimes.id lewat penyuntingan
Editor: Arif