Tasawuf

Tarekat untuk Kaum Milenial, Kenapa Tidak?

3 Mins read

Tarekat berasal dari bahasa Arab, yaitu “طريقة /thariqah”, jamaknya “ئيق طرا /tharaiq”, yang berarti jalan. Sedangkan menurut istilah, tarekat adalah jalan yang mengacu kepada suatu sistem latihan meditasi maupun amalan-amalan (mu’tabarah, zikir, wirid, dan sebagainya).

Tarekat Bagian dari Tasawuf

Kajian tasawuf tidak dapat dipisahkan dengan kajian terhadap pelaksanaan tarekat di lapangan. Dalam hal ini, praktik ’ubudiyah dan muamalah dalam tarekat tentu tidak bisa terlepas dengan tasawuf, karena pada dasarnya, tarekat itu sendiri bagian dari tasawuf.

Di dunia Islam, tasawuf telah menjadi kegiatan kajian keislaman dan telah menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri. Landasan tasawuf terdiri dari ajaran nilai, moral dan etika, kebajikan, kearifan, keikhlasan, serta olah jiwa dalam suatu kekhusyukan. Itu semua telah terpancang kokoh, sebelum ilmu tasawuf ini membuka pengaruh mistis keyakinan dan kepercayaan, sekaligus lepas dari saling keterpengaruhan dengan berbagai kepercayaan atau mistis lainnya.

Sejarah Tarekat

Kegiatan tarekat sebagai sebuah institusi, lahir belasan abad sesudah adanya contoh konkret pendekatan kepada Allah yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Kemudian, diteruskan oleh sahabat-sahabat, tabiin, lalu tabi’it taabiin, dan seterusnya, sampai kepada auliyaullah, dan sampai sekarang ini.

Garis yang menyambung sejak nabi hingga syekh tarekat yang hidup saat ini, lazimnya dikenal dengan silsilah tarekat. Tumbuhnya tarekat dalam Islam sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama Islam, yaitu ketika Nabi Muhammad SAW diutus menjadi rasul.

Fakta sejarah menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW, sebelum diangkat menjadi rasul, telah berulang kali ber-tahannus atau berkhalwat di Gua Hira. Beliau melakukannya untuk mengasingkan diri dari masyarakat Makkah yang sedang mabuk mengikuti hawa nafsu keduniaan.

Tahannus dan khalwat Nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh problematika dunia yang kompleks. Proses khalwat yang dilakukan Nabi tersebut dikenal dengan tarekat, yang kemudian diajarkan kepada Sayyidina Ali r.a. Dari situlah kemudian Ali mengajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya hingga akhirnya sampai kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani, yang dikenal sebagai pendiri Tarekat Qadiriyah.

Tariqah Qadiriyah Naqsabandiyah

Tariqah Qadiriyah Naqsabandiyah adalah sebuah tarekat yang berdiri pada abad 19 M. Didirikan oleh seorang sufi besar asal Indonesia, yakni Syekh Achmad Khatib Al-Syambasi.

Baca Juga  Memandang Kesetaraan Gender dengan Perspektif Sufisme

Hal ini menunjukkan bahwa dinamika intelektual umat Islam Indonesia pada saat itu cukup memberikan sumbangan yang berarti bagi sejarah peradaban Islam, khususnya di Indonesia.

Kemunculan tarekat ini dalam sejarah sosial intelektual umat Islam Indonesia dapat dikatakan sebagai jawaban atas keresahan umat akan merebaknya ajaran Wihdah al-Wujud. Ajaran ini lebih cenderung memiliki konotasi panteisme dan kurang menghargai syariat Islam. Jawaban ini bersifat moderat, karena selain berpaham syari’at sentris, juga mengakomodasi kecenderungan mistis dan sufistis masyarakat Islam Indonesia

Tarekat Qadiriyah wa Sabandiyah adalah sebuah gabungan dari Tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani dan Tarekat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Syekh Ahmad Khatib Sambas.

Sambas ini diambil dari nama sebuah kota di Pontianak. Penyebarannya di Indonesia dan berkembang sampai Asia tenggara (Said, 1996). Ada beberapa pokok ajaran dalam Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, di antaranya adalah ajaran tentang kesempurnaan suluk, adab kepada mursyid, zikir.

Baiat, Pintu Masuk Tarekat

Untuk masuk Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, langkah pertama yang harus dilewati adalah dengan baiat. Itu merupakan langkah awal bagi siapa saja yang ingin ikut tarekat, karena pintu masuknya tarekat itu adalah baiat. Tujuannya agar seseorang itu bisa menerima. Ini terjadi dan diajarkan di Pondok Gading Malang.

Sebelum itu mereka terlebih dahulu mempersiapkan dirinya untuk komitmen dan konsisten dalam mengamalkan ajaran tarekat atau zikir-zikir yang dianjurkan dalam tarekat ini. Setelah itu baru bisa dibaiat, karena baiat merupakan pengambilan janji setia terhadap seorang murid untuk mengamalkan ajaran-ajaran yang dianjurkan oleh mursyid (Yusuf, 2018 Thesis).

Tarekat bagi Kaum Milenial

Tarekat sendiri mempengaruhi kehidupan seseorang. Bagi kalangan awam, tentu adanya tarekat membuat senantiasa ingat kepada Allah. Dengan hati yang suci, maka dapat terfokus pada amalan-amalan untuk tabungan di akhirat kelak.

Baca Juga  Hossein Nasr: Tasawuf dan Masalah Masyarakat Modern

Bagi mahasiswa, tentu tarekat yang cocok adalah tholibul ilmi, karena memang masih bisa memperdalam ilmu agama dengan menempuh jalur pendidikan. Adapun bagi kaum muda, mengikuti tarekat tentu bertujuan untuk mengkhusyukkan hati dalam beribadah kepada Allah. Dengan mempunyai amalan-amalan tertentu, yang telah sesuai dengan mursyidnya, menurut tarekat yang diikuti, sehingga tepat pada tarekat mu’tabarah.

Menempuh pendidikan berjenjang bisa dikategorikan dalam bentuk thariqat (jalan) yang dimaksudkan dalam ber-tholibul ilmi. Mengikuti tarekat tentu tidaklah hal yang mudah, karena sebelum benar-benar masuk dalam tarekat akan ada pembaiatan terhadap anggota yang akan masuk suatu tarekat.

Thariqat tholibul ilmi, bagi kaum milenial, akan menjadikan ilmu dipahami hingga ke dalam karakter. Apalagi ketika diimbangi dengan mengkaji kitab-kitab tasawuf, maka akan terwujud generasi milineal yang berkualitas.

Editor: Lely N

2 posts

About author
Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Articles
Related posts
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah tidak menjadikan tasawuf sebagai landasan organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya seperti Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, beberapa praktik yang bernafaskan tentang tasawuf…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (2): Diskursus Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah pada awal mula berdirinya berasal dari kelompok mengaji yang dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan berubah menjadi sebuah organisasi kemasrayarakatan. Adapun…
Tasawuf

Urban Sufisme dan Conventional Sufisme: Tasawuf Masa Kini

3 Mins read
Agama menjadi bagian urgen dalam sistem kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki titik jenuh, titik bosan, titik lemah dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds