Kalam

Relasi Pendidikan dan Tauhid ala Ismail al-Faruqi

3 Mins read

Konsep ilmu kalam yaitu bentuk pembicaraan berdasarkan penalaran menggunakan logika. Kata kalam merupakan pembicaraan yang mengartikan alasan secara rasional dan diperkuat oleh pernyataan. Definisi ilmu kalam adalah ilmu yang mengandung suatu bentuk alasan. Tujuannya untuk mendapatkan kepercayaan iman dengan menggunakan dalil dari pemikiran yang berisi bantahan. Jadi, ilmu kalam merupakan ilmu tentang ketauhidan yang membahas masalah ketuhanan.

Cabang dari ilmu kalam salah satunya yaitu Islam tradisional yang menjelaskan tentang ketuhanan. Ilmu tersebut bisa disebut juga dengan teologi Islam. Meskipun penyebutan teologi kurang sesuai menurut sebagian para ahli, namun penggunaan kata kalam berawal dari sebuah riwayat yang menyebutkan bahwasanya Nabi pernah berjumpa dengan suatu kelompok muslim. Kelompok tersebut berdiskusi atau membicarakan tentang takdir yang merujuk pada pembicaraan menalar di kalangan umat muslim.

Tokoh Ilmu Kalam: Ismail Raji al-Faruqi

Salah satu tokoh ilmu kalam, yakni Ismail Raji al-Faruqi, atau biasa dikenal dengan Ismail al-Faruqi. Ia lahir di Jaffa, Palestina, 1 Januari 1921. Ayah al-Faruqi bernama Abdul Huda al-Faruqi yang berasal dari Palestina. Al-Faruqi mendapatkan pendidikan agama secara langsung dari ayahnya dan juga masjid di lingkungan sekitarnya.

Ia mendapatkan gelar sarjana muda dan menjadi pegawai negeri di Palestina selama kurang lebih empat tahun. Pada usianya yang ke-24, al-Faruqi menjadi gubernur di Gailela, namun jabatan tersebut hanya beberapa saat karena pada tahun 1947 wilayah tersebut direbut oleh Israel.

Pada tanggal 27 Mei 1986, al-Faruqi meninggal dunia di Philadelphia. Kematian al-Faruqi disebabkan oleh tikaman pisau dari seorang laki-laki yang tidak dikenal. Istri al-Faruqi juga tewas akibat tikaman pisau. Putri al-Faruqi yang bernama Anmar al-Zein selamat, namun ia terluka. Para pemimpin maupun politisi memberikan penghormatan terakhinya di pemakaman al-Faruqi di Washington.

Baca Juga  Masjid dan Pudarnya Tauhid Ekologis

Al-Faruqi dikenal sebagai sosok yang ideal dan produktif. Secara luas, al-Faruqi merupakan seorang yang ahli di bidang perbandingan agama. Ia memiliki artikel berjumlah kurang lebih seratus artikel dan dua puluh lima buku memuat berbagai macam persoalan dari etika, seni, sosiologi, kebudayaan, metafisika, juga politik. Karya al-Faruqi salah satunya berjudul Islamization of Knowledge: General Principles and Work Plan pada tahun 1982.

Al-Faruqi memiliki banyak tulisan berbentuk artikel dan dimuat oleh seluruh majalah ilmiah yang populer. Al-Faruqi menulis kurang lebih dua puluh buku yang ditulis dalam berbagai bahasa. Dari semua tulisan tersebut berupa artikel dan buku yang merupakan gagasan teori untuk mengembangkan ilmu.

Terdapat juga beberapa karyanya yang penting dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Dari karyanya, dapat dipahami bagaimana pemikiran dari tokoh al-Faruqi.

Pemikiran al-Faruqi tentang Tauhid

Pemikiran al-Faruqi salah satunya adalah mengenai tauhid. Tauhid menurut al-Faruqi yakni tauhid aktif, bukan pasif yang sekedar sebagai pernyataan atas Tuhan, tetapi berlandasan aktivitas seorang muslim.

Jadi, tauhid yaitu mengatakan juga mengakui bahwasanya tidak ada tuhan selain Allah SWT. Manusia sama-sama merupakan makhluk Allah SWT dan tiada satu makhluk yang diprioritaskan oleh-Nya. Allah memandang makhluknya sama, sehingga kita sebagai makhluk-Nya harus senantiasa ingat kepada-Nya.

Pemikiran al-Faruqi tentang tauhid menjelaskan tiga makna yang terkandung. Pertama, manusia merupakan makhluk ciptaan Allah dan harus mengikuti segala perintah-Nya sesuai dengan apa yang telah diperintahkan melalui tindakan moral. Kedua, melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangannya, yang mana ditunjukan untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Ketiga, Allah merupakan satu-satunya Tuhan dari seluruh alam semesta, sehingga makhluk-Nya harus tunduk sebagai bentuk memenuhi kewajiban-Nya.

Baca Juga  Jejak Islam Rasional di Indonesia

Dalam bukunya yang berjudul The Cultural Atlas of Islam karya Ismail al-Faruqi, pada bagian kedua menyatakan bahwa esensi tauhid yakni sebagai kacamata dunia untuk melihat maupun memandang dunia dalam Islam. Pembahasan al-Faruqi mengenai tauhid dalam pandangannya secara umum memuat berbagai realitas, kebenaran, dunia, ruang, maupun waktu dan juga sejarah manusia.

Tokoh al-Faruqi memberikan sebuah konsep pemikiran tentang tauhid ke arah pendidikan. Dalam konsep yang memadukan ilmu pengetahuan dan keagamaan menjadi bentuk kolaborasi di bidang pengetahuan, al-Faruqi mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan bentuk dari substansi ketauhidan.

Implikasi positif pemikiran dari al-Faruqi menjadi suatu penggerak bagi para pemikir Islam untuk menginterpretasikan maupun mengimplemetasikan pendidikan yang memiliki basis ketauhidan. Sehingga nilai kebaikan harus berdasarkan tujuan, tidak hanya untuk kebutuhan secara fungsional yang ada di dunia. Namun juga mendapatkan rahmat dan rida secara langsung dari Allah sebagai Tuhan.

Sosok Pemikir Islam dalam Pendidikan dengan Konsep Tauhid

Al-Faruqi dikenal sebagai sosok pemikir Islam dalam konsep ketauhidan kehidupan yang mengaitkan aspek ilmu pengetahuan. Pemikiran dari al-Faruqi juga memiliki nilai positif bagi pemikir muslim yang berkembang di bidang pendidikan.

Al-Faruqi dalam pemikiran tauhidnya juga memberikan ilmu terhadap generasi baru, yakni tentang sebuah substansi mengenai Tuhan dalam setiap aktivitas makhluk-Nya. Tauhid menjadi tiang untuk menjalani kehidupan dunia sebagai makhluk individu maupun masyarakat serta makhluk yang berpendidikan.

Dapat dipahami bahwasanya tokoh al-Faruqi dalam segi pemikirannya menganjurkan untuk menanamkan nilai-nilai keislaman yang bertujuan untuk membentuk identitas sebagai seorang muslim. Dalam bidang pendidikan, ia memperhatikan keunggulan lembaga dan melakukan transmisi keilmuan serta transformasi pada ajaran Islam ke generasi berikutnya.

Editor: Zahra

Baca Juga  Ismail Raji al-Faruqi: Tawaran Teologis untuk Hadapi Pandemi Covid-19
Emy Aniqotul Izza
1 posts

About author
Mahasiswi Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel Surabaya.
Articles
Related posts
Kalam

Inilah Tujuh Doktrin Pokok Teologi Asy’ariyah

3 Mins read
Teologi Asy’ariyah dalam sejarah kalam merupakan sintesis antara teologi rasional, dalam hal ini adalah Mu’tazilah serta teologi Puritan yaitu Mazhab Ahl- Hadits….
Kalam

Lima Doktrin Pokok Teologi Mu’tazilah

4 Mins read
Mu’tazilah sebagai salah satu teologi Islam memiliki lima doktrin pokok (Al-Ushul al-Khamsah) yaitu; at-Tauhid (Pengesaan Tuhan), al-Adl (Keadilan Tuhan), al-Wa’d wa al-Wa’id…
Kalam

Asal Usul Ahlussunnah Wal Jama'ah

2 Mins read
Ahlussunnah Wal Jama’ah merupakan pemahaman tentang aqidah yang berpedoman pada Sunnah Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Ahlussunnah Wal Jama’ah berasal dari tiga…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds