Perspektif

Bangun Solidaritas di Media Digital Pada Masa Pandemi Covid-19

3 Mins read

Sejak pada tanggal 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan wabah Covid-19 sebagai wabah pandemi, yang artinya wabah virus corona yang telah melebar hingga beberapa negara yang terdampak.

Selanjutnya, pemerintah Indonesia pada tanggal 14 Maret 2020 telah menetapkan bahwa wabah Covid-19 sebagai bencana berskala nasional. Hal ini merupakan bentuk krisis wabah yang tidak hanya dialami oleh satu negara namun beberapa negara di dunia sedang mengalami krisis wabah pandemi Covid-19.

Dampak krisis wabah sudah dirasakan sejak masa krisis ditetapkan. Mulai dari penerapan di rumah aja, physical distancing, kebijakan sekolah di rumah hingga kerja di rumah ternyata memiliki implikasi pada faktor ekonomi.

Ketika wabah ini hadir, banyaknya kerugian serta penurunan pendapatan bagi masyarakat di Indonesia terlebih saat beberapa wilayah untuk memutuskan kebijakan karantina wilayah. Bahkan tidak semua orang dapat menerapkan Work from Home (WFH) karena memang mata pencaharian mereka bukan di ranah administratif maupun pada ranah strategis dengan kerjaan yang dapat dibawa pulang.

***

Akibatnya, belum tentu pada masa pandemi ini, masyarakat memiliki sumber pendapatan yang sama seperti sebelum wabah itu hadir. Bahkan sebaliknya, kemungkinan tidak ada pendapatan sama sekali bisa terjadi, akibatnya kebutuhan pokok sangat diperlukan terkhusus pada kebutuhan pangan.

Tidak cukup dalam permasalahan ekonomi, dari segi pemenuhan jaminan kesehatan bagi masyarakat juga menjadi polemik selama krisis berlangsung. Seperti sulitnya mendapatkan hand sanitizer dan masker bagi masyarakat menengah kebawah yang tidak dapat menunaikan pekerjaannya di rumah dan terpaksa harus di jalan maupun di lapangan.

Dan juga minimnya Alat Perlindungan Diri (APD) bagi tenaga medis yang memiliki resiko lebih tinggi karena harus berhadapan dengan pasien yang terinfeksi virus corona. Wabah pandemi Covid-19 yang merupakan bencana terbesar pasca Perang Dunia II, menjadi sesuatu hal yang sangat penting untuk disikapi dan memecahkan persoalan-persoalan faktor akibat wabah tersebut. Salah satunya dengan aksi solidaritas sosial untuk membantu kebutuhan pangan dan Alat Perlindungan Diri (APD) untuk tenaga medis yang sedang membutuhkan.

Baca Juga  Menyikapi Covid-19: antara Jabariyah dan Qadariyah

Pentingnya Tindakan Kolektif pada Masyarakat Jaringan

Di era digital saat ini, menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2018, lebih dari 60 % masyarakat Indonesia aktif dalam penggunaan internet. Maka secara tidak langsung juga aktif dalam penggunaan media sosial. Interaktivitas personal ke personal lain membentuk masyarakat jaringan di dunia digital.

Fenomena masyarakat jaringan ini memungkinkan adanya kelompok sosial pada aktivitas yang dilakukan di media digital dan membentuk partisipasi digital melalui postingan di media sosial. Terkait fenomena sosial yang terjadi selama krisis wabah pandemi Covid-19.

Partisipasi digital yang dimaksud adalah tindakan komunikasi digital sebagai bentuk mobilisasi dan selaras dengan partisipasi permasalahan sosial. Jika dikaitkan dengan fenomena krisis wabah pandemi Covid-19, masyarakat sadar akan pentingnya membangun solidaritas. Untuk membantu masyarakat yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan perlunya bantuan seperti masker.

Selain itu, juga bagi tenaga medis yang sangat membutuhkan APD karena memiliki resiko yang lebih tinggi dengan berinteraksi langsung pada pasien Covid-19. Kesadaran isu atas pemasalahan tersebut, menyadarkan masyarakat akan pentingnya solidaritas atas permasalahan akibat krisis wabah Covid-19 yang berdampak pada faktor ekonomi serta kesehatan.

Dan terus dibangun menjadi kesadaran kolektif untuk bersama-sama membantu masyarakat yang membutuhkan. Sehingga masyarakat jaringan yang mampu dari segi perekonomiannya, dapat berpartisipasi dalam aksi solidaritas melalui jaringan digital.

***

Solidaritas digital merupakan bentuk tindakan kolektif. Aksi solidaritas di media digital merupakan aksi sosial yang sudah tidak asing lagi karena beberapa fenomena di era digital telah menerapkan aksi solidaritas sebagai bentuk charity atau crowdfunding. Misalnya, pada kanal kitabisa.com yang dibangun oleh Muhammad Alfatih Timur yang kerap disapa Timmy.

Baca Juga  Ramadhan: Islam Populer vs Islam Populis

Kanal tersebut memudahkan masyarakat jaringan untuk membantu masyarakat yang benar-benar sedang membutuhkan uluran dana. Bentuk aksi solidaritas yang dibangun yang bermula hanya penggalangan dana secara konvensional, dengan perkembangan teknologi digital yang masuk pada masa konvergensi media, beralih menuju ranah digital sebagai aksi solidaritas sosial. Untuk memobilisasi masyarakat agar berpartisipasi membantu masyarakat yang sangat membutuhkan.

Dalam konteks permasalahan krisis wabah pandemi Covid-19, kita mampu melakukan hal serupa untuk saling membantu sesama masyarakat yang sangat membutuhkan. Gerakan filantropi masih dibutuhkan selama masa krisis pandemi Covid-19 berlangsung, bahkan mengembalikan seperti semula dari dampak krisis pun juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Aksi solidaritas digital dengan mengumpulkan relawan melalui media digital merupakan hal yang sangat dibutuhkan pada masa krisis seperti ini.

Social Media Campaign Sebagai Aksi Solidaritas Digital

Aksi solidaritas digital membentuk connective action, yaitu pola partisipasi individual yang terhubung di media digital. Seperti halnya dalam penggunaan tagar atau hashtag yang sering dimunculkan di sosial media sebagai upaya untuk membingkai pemikiran isu yang akan dibangun, kemudian membuat kesadaran sosial, serta membentuk ajakan untuk berpartisipasi menyikapi isu permasalahan yang biasanya dilakukan dalam bentuk social media campaign.

Kegiatan solidaritas dengan aksi social media campaign pada isu penanganan krisis pandemi wabah Covid-19, sangat penting dilakukan oleh media untuk saling bergotong royong dan saling membantu satu sama lain terkait hal yang berkaitan dengan kemanusiaan.

Sebagai penutup, pemanfaatan media sosial era saat ini sangat penting jika digunakan di ranah hal yang positif. Seperti membangun solidaritas dengan aksi sosial melalui tagar tertentu untuk dapat membantu satu sama lain. Aktivitas solidaritas digital dengan strategi social media campaign sebagai salah satu bentuk gerakan filantropi modern, sangat perlu digencarkan.

Baca Juga  Benarkah Orang yang Meninggal karena Covid-19 itu Syahid?

Terlebih pada masa krisis wabah pandemi Covid-19 yang belum tentu masyarakat memiliki jaminan kehidupan yang layak di kemudian hari. Dan manfaat yang lain untuk membangun kepedulian bersama dan saling tolong menolong satu sama lain.

Walaupun pada akhirnya, aksi solidaritas dengan media digital bukan satu-satunya cara untuk membangun solidaritas untuk membantu satu sama lain, namun juga pentingnya gerakan aksi nyata terjun ke masyarakat sebagai penyeimbang gerakan sosial.

Editor: Yahya FR
3 posts

About author
Seorang Jurnalis Humas UMY yang sedang melanjutkan studi di Magister Ilmu Komunikasi UGM
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds