Feature

Belajar Toleransi Otentik Muhammadiyah di UNIMAJU

3 Mins read

Toleransi Muhammadiyah – Muhammadiyah dikenal sebagai salah satu ormas yang memiliki banyak sekali amal usaha di bidang pendidikan. Tak heran bila kemudian di mana pun tempatnya, alumni daripada sekolah dan kampus Muhammadiyah dari Sabang sampai Marauke mudah sekali ditemukan.

Tak terkecuali di provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), khususnya kabupaten Mamuju yang baru-baru ini meresmikan sebuah universitas baru bernama Universitas Muhammadiyah Mamuju (UNIMAJU). Berawal dari level Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Muhammadiyah Mamuju hingga akhirnya resmi menjadi Universitas.

Sebagaimana tertuang dalam “SK Kemendikbud RI No 201/E/O/2O22 Tentang Izin Perubahan Bentuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Mamuju Menjadi Universitas Muhammadiyah Mamuju”.

Menurut beberapa sumber, Universitas Muhammadiyah Mamuju (UNIMAJU) adalah salah satu Universitas Swasta terbaik di sana. Tentu hal yang tidak mudah bagi sebuah universitas baru untuk mendapatkan atau meraih predikat terbaik.

***

Lebih dari itu, ternyata kampus Muhammadiyah tersebut mampu menarik banyak peminat atau mahasiswa baru dari kalangan non muslim (Katholik, Kristen, Hindu Budha, bahkan sampai ada yang tidak beragama alias hanya memilih aliran kepercayaan).

Di samping adanya kampus yang berstatus negeri, nampaknya mereka lebih memilih kampus Muhammadiyah yang hanya berstatus swasta.

Fakta ini membuktikan bahwa Muhammadiyah diterima dan dipercaya di semua kalangan. Dibuktikan dengan beberapa sekolah dan kampus Muhammadiyah yang banyak diminati oleh kalangan muslim maupun non muslim. Baik di wilayah yang mayoritas maupun minoritas muslim.

***

Sejenak kita mungkin bertanya-tanya, bagaimanakah metode pembelajaran yang digunakan? Apakah mereka akan diikutsertakan dalam belajar mata kuliah yang berbasis Islam?

“Dalam kegiatan pembelajaran, mereka para mahasiswa non muslim juga diajarkan materi-materi tentang Al Islam Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab, layaknya mahasiswa yang muslim. Mereka diajarkan tentang akidah, akhlak, etika, muamalah menurut Islam” imbuhnya.

Baca Juga  Cerita Mudik Lebaran 2024 (1): Kembali ke Titik Nadir

Aktivitas pengajaran juga berjalan dengan baik tanpa ada kendala dan gangguan apapun.

Metode pengajaran pun tidak sama sekali bersifat mendoktrin atau memaksa para mahasiswa non muslim untuk mengakui dan meyakini akan kebenaran yang datangnya dari Islam. Tugas para dosen hanya menyampaikan, bukan memaksa.

“Para dosen di Universitas Muhammadiyah Mamuju tidak pernah memaksa para mahasiswa/mahasiswinya dalam mengimani apa yang mereka sampaikan. Mereka paham batas-batas keyakinan yang tidak boleh sama sekali tidak menganggugat” tegas Furqan.

Tentu hal seperti ini sangat perlu untuk diketahui dan dipahami oleh para dosen di mana pun mereka mengajar, agar mereka tahu batas-batas mereka dalam memberikan pengajaran.

Melihat ada beberapa fenomena-fenomena yang menggambarkan para guru dan dosen seringkali cenderung memaksa para murid dan mahasiswa untuk mengi-iyakan apa yang mereka sampaikan.

“Mereka merasa senang dan nyaman dengan metode dan model pengajaran yang dipratekkan para dosen di sini” ujar Furqan.

Tidak pernah ada deskriminasi antara  mahasiswa muslim dan non muslim di sana. Mereka senantiasa bergaul dan hidup damai berdampingan tanpa memandang suku, agama, ras dan golongan.

***

Furqan Mawardi selaku dosen AIK di sana menyebut bahwa, senada dengan semangat Muhammadiyah sebagai gerakan pencerahan dengan lambang dua belas sinar mataharinya sebagai semangat pencerahan untuk seluruh alam.

Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang memfokuskan dakwahnya pada dua golongan, yaitu dakwah perseorangan (sudah Islam) yang bersifat pemurnian dan dakwah masyarakat (umat yang non Islam bersifat ajakan, seruan untuk memeluk Islam).

“Menariknya, nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan para mahasiswa non muslim lebih tinggi dibandingkan dengan mereka mahasiswa yang muslim. Mereka pintar, cerdas dan rajin dalam segala hal” jelas Furqan.

Baca Juga  Kuat Fikih, Lupa Akhlak

Muhammadiyah melalui tenaga-tenaga pengajarnya benar-benar mencontohkan teladan toleransi yang otentik kepada para mahasiswa, baik muslim maupun non muslim yang ada di Universitas Muhammadiyah Mamuju (UNIMAJU).

Furqan menyebutkan, sewaktu-waktu ada seorang mahasiswi non muslim yang meminta izin pada dosennya, perempuan itu ingin memakai jilbab di lingkungan kampus. Alasannya pun tidak muluk-muluk, ia merasa nyaman dan aman saat menggunakan jilbab.

Hal itu tentu saja diperbolehkan, selagi itu kemauan dirinya sendiri tanpa paksaan dari siapapun.

***

Metode mengajar semacam ini bisa menjadi contoh dan bisa diterapkan di sekolah dan kampus Muhammadiyah yang lainnya. Sehingga dakwahnya selalu menyeluruh, terutama bagi mereka yang non muslim.

Memang sudah seharusnya selalu menjadi contoh dan suri teladan dalam segala hal, termasuk dalam ranah toleransi Muhammadiyah harus lebih dulu. Sehingga mampu menciptakan masyarakat yang hidup damai, nyaman dan aman.

Menyemai nilai-nilai toleransi tidak hanya menjadi tugas Muhammadiyah, namun menjadi tugas bersama bangsa Indonesia. Muhammadiyah telah banyak memberikan contoh lewat sekolah dan kampusnya. Tinggal bagaimana hal itu disebarluaskan dan dipratekkan dalam ranah yang lebih luas, yakni kebangsaan dan kenegaraan.

Tugas ini menjadi tugas bersama, bukan hanya segelintir orang ataupun satu organisasi. Realitasnya, pemerintah pun sudah mulai memfokuskan diri mereka pada isu-isu toleransi dan intoleransi yang ada, khususnya di Indonesia.

“Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah akan senantiasa merangkul, tanpa memandang segala golongan, agama, ras, dan budaya” tutup dosen AIK itu.

Artikel ini diproduksi atas kerjasama antara IBTimes dan INFID dalam program Kampanye Narasi Islam Moderat kepada Generasi Milenial.

Editor: Soleh

Related posts
Feature

Rakernas dan Dinamika Dunia Wakaf

4 Mins read
Jogja, Jumat 1 November 2024. Pukul 05.30 pagi dengan sebuah mobil dari Ringrud Selatan Jogja kami menuju Kartasura. Di perjalanan ikut bergabung…
Feature

Perkuat Toleransi Sejak Dini: Cerita Pesantren Muhammadiyah Terima Kunjungan SMA Kristen

2 Mins read
Kunjungan studi yang dilakukan oleh para siswa Sekolah Kanisius Jakarta ke pesantren Muhammadiyah Al-Furqon, sejak Rabu, 30/10/2024 sampai Jum’at, 1/11/2024 merupakan sebuah…
Feature

Tasawuf di Muhammadiyah (1): Lahirnya Neo-Sufisme

4 Mins read
Ketika mendiskusikan tasawuf di Muhammadiyah, maka yang dibicarakan adalah tasawuf bentuk baru atau Neo-Sufisme. Muhammadiyah sendiri—dalam hal ini tokoh-tokohnya—tidak menolak sepenuhnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds