Inspiring

Catatan Kecil Tentang Pak Dasron Hamid (3): Memberi yang Terbaik untuk Muhammadiyah

3 Mins read

Siapapun orangnya, kalau dia seorang pengurus atau kader Muhammadiyah, pastilah mafhum dengan diktum ini: “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.” Itulah pesan atau wasiat KH. Ahmad Dahlan kepada para muridnya kurang lebih seabad silam. Sebuah filosofi perjuangan yang sebenarnya identik dengan pernyataan John F. Kennedy, Presiden Amerika Serikat (AS): “Jangan tanya apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negara.”

Baik wasiat KH. Ahmad Dahlan maupun pernyataan John F. Kennedy tersebut telah mengendap dalam pikiran dan batin Mohammad Dasron Hamid ketika berjuang di Muhammadiyah. Dia memang tidak mencari penghidupan di Muhammadiyah. Tidak juga meminta apa-apa dari Muhammadiyah. Sebaliknya, dia selalu memberi untuk Muhammadiyah. Dan apa yang diberikan adalah yang terbaik untuk Muhammadiyah.

***

Kisah tentang Dasron Hamid kembali ke habitatnya dimuali pasca lulus di UGM. Berbekal pengalaman sebagai salah satu pioner Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Dasron Hamid mulai aktif di Persyarikatan Muhammadiyah. Dasron Hamid berjuang merintis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 1981. Dia salah satu di antara tokoh-tokoh pendiri UMY, kampus bergengsi di Yogyakarta yang terkenal dengan tagline “Muda Mendunia” itu.

Jika pada artikel sebelumnya saya menyebut sosok ABDUL HAMID BKN sebagai sosok yang memiliki jiwa entrepreneur, saya kira darah ini pun mengalir pada diri Dasron Hamid. Membaca fragmen-fragmen dalam Riwayat hidup ABDUL HAMID BKN menggiring kita pada satu simpulan bahwa dia adalah aktivis serbabisa, multitalenta. Misalnya, ABDUL HAMID BKN tidak hanya aktif di Muhammadiyah, tetapi dia juga termasuk salah satu pendiri Asuransi Bumiputra, pendiri Persatuan Sepakbola Indonesia Muda (PSIM), bahkan tercatat pula sebagai salah satu perintis Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).

Baca Juga  Kisah Samik Ibrahim Menagih Utang Militer

Nah, terkait kiprah ABDUL HAMID BKN dalam sejarah pembentukan PSSI, saya kira kita bisa merangkai puzzle-puzzle sejarah yang berserak. Andaikan dalam pikiran anda muncul pertanyaan, kok bisa ABDUL HAMID BKN terlibat dalam sejarah pembentukan PSSI? Bukankah pendiri dan ketua pertama PSSI (periode 1930-1940) itu Ir. Suratin yang usianya relatif lebih muda jika dibanding usia ABDUL HAMID BKN pada waktu itu? Puzzle-puzzle sejarah ini sebenarnya mudah dirangkai jika kita tahu latar belakang keluarga Ir. Suratin. Sosok Suratin yang lahir pada 17 Desember 1898 di Yogyakarta itu adalah putra R. Soesrosoegondo, seorang guru di Kweekschool Jetis. Nah, sosok Soesrosoegondo inilah yang jadi puzzle penyambung antara sejarah PSSI dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah, utamanya ABDUL HAMID BKN.

***

Dalam buku Sejarah Kauman karya Ahmad Adabi Darban, nama R. Soesrosoegondo tercatat sebagai mitra KH. Ahmad Dahlan yang membantu menyusun draf Statuten Muhammadiyah awal. Soesrosoegondo pula yang tercatat sebagai sekretaris pertama Hoofdbestuur Muhammadiyah Bagian Sekolahan (dibentuk 17 Juni 1920) mendampingi Haji Hisyam sebagai ketua pertamanya. Sudah otomatis, sosok Suratin yang menjadi pendiri PSSI itu tumbuh dan berkembang dalam lingkungan dan tradisi keluarga Muhammadiyah. Dia menyalurkan serta mewujudkan cita-citanya mendirikan PSSI bersama rekan-rekan dari keluarga Muhammadiyah yang tentunya punya minat yang sama: bermain sepakbola. Di antaranya adalah sosok ABDUL HAMID BKN ini.          

Membaca fragmen-fragmen riwayat hidup Dasron Hamid memang seolah-olah kita sedang disuguhi sebuah narasi dengan tamplate yang sama dengan ABDUL HAMID BKN. Sebab, di luar organisasi Muhammadiyah, Dasron Hamid juga aktif memajukan sepakbola lewat kepengurusan di PSSI. Maka tesis “aktivis melahirkan aktivis” kembali teruji di sini karena Dasron Hamid ternyata mengikuti jejak sang ayah yang namanya tercatat sebagai salah satu pendiri PSSI, sedangkan dirinya mendapat tempat di induk organisasi sepak bola di tanah air.

Baca Juga  Melahirkan AR. Fachrudin Baru Era Cyberspace
***

Pada tahun 1981, sebagai perintis, Dasron Hamid dipercaya menjabat sebagai Pembantu Rektor II mendampingi Bakri Syahid, Rektor UMY pertama. Pada periode 1986-1977, Dasron Hamid pertama kali mendapat amanat sebagai Rektor UMY.  

Seperti halnya sepak terjang sang ayah, Dasron Hamid telah menapaki karir organisasi di Muhammadiyah, mulai dari keanggotaannya di Pemuda Muhammadiyah hingga menduduki jabatan sebagai Ketua IV di pucuk pimpinan organisasi otonom Muhammadiyah ini. Dia juga masuk dalam jajaran teras Muhammadiyah, sebagai Bendahara (1995-1997), dan pernah juga sebagai Ketua Badan Pendidikan Kader PP Muhammadiyah (1990-1995). Pernah juga menjabat sebagai ketua LPSDM PP Muhammadiyah (1997-2000) dan Koordinator Bidang Ortom/AMM PP Muhammadiyah (2000-2001).

Pada periode 2001-2005, Dasron Hamid kembali dipercaya sebagai Bendahara PP Muhammadiyah. Pasca Muktamar di Malang (2005), ia dipercaya sebagai Ketua Lembaga Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah untuk periode 2005-2010. Sepak terjang Dasron Hamid yang membuat decak kagum banyak kalangan adalah keterlibatannya dalam kepanitiaan Muktamar Muhammadiyah sejak tahun 1968 (Muktamar ke-37) hingga pelaksanaan Muktamar Seabad Muhammadiyah (2010) di UMY.   

Ketika dipercaya kembali memimpin UMY (2008), kampus yang dia rintis bersama tokoh-tokoh Muhammadiyah lainnya, perguruan tinggi ini sedang manatap masa depan menuju kampus yang “unggul dalam pengembangan ilmu dan teknologi.” Ada satu pesan penting yang tampaknya menjadi prinsip dalam kepemimpinan Dasron Hamid di UMY. Katanya, dengan kerja ikhlas dan khidmat, cita-cita UMY menuju kampus yang unggul dalam pengembangan ilmu dan teknologi bukan sesuatu yang mustahil. Ditegaskan bahwa dengan memberi sesuatu yang terbaik kepada Muhammadiyah adalah jalan mewujudkan cita-cita tersebut.

Ya, memberikan sesuatu yang terbaik untuk Muhammadiyah. Apakah para pimpinan, kader ataupun warga Persyarikatan sudah melaksanakan ini? Atau, jangan-jangan selama ini kita hanya minta terus kepada Muhammadiyah. Belum sempat memberi kepada Muhammadiyah, apalagi memberi yang terbaik untuk Muhammadiyah. Nah! (Bersambung)

Avatar
157 posts

About author
Pengkaji sejarah Muhammadiyah-Aisyiyah, Anggota Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah.
Articles
Related posts
Inspiring

Bintu Syathi’, Pionir Mufassir Perempuan Modern

6 Mins read
Bintu Syathi’ merupakan tokoh mufassir perempuan pertama yang mampu menghilangkan dominasi mufassir laki-laki. Mufassir era klasik hingga abad 19 identik produksi kitab…
Inspiring

Buya Hamka, Penyelamat Tasawuf dari Pemaknaan yang Menyimpang

7 Mins read
Pendahuluan: Tasawuf Kenabian Istilah tasawuf saat ini telah menjadi satu konsep keilmuan tersendiri dalam Islam. Berdasarkan epistemologi filsafat Islam, tasawuf dimasukkan dalam…
Inspiring

Enam Hal yang Dapat Menghancurkan Manusia Menurut Anthony de Mello

4 Mins read
Dalam romantika perjalanan kehidupan, banyak hal yang mungkin tampak menggiurkan tapi sebenarnya berpotensi merusak, bagi kita sebagai umat manusia. Sepintas mungkin tiada…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *