IBTimes.ID – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Fajar Riza Ul Haq memberikan pidato pada pembukaan Harmony in Action yang bertempat di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta Pusat, Selasa (22/4).
Dengan mengusung tema Beyond Borders: Youth for Peace, Faith, and a Greener Future, program kolaborasi antara Wahid Foundation dan Temasek Foundation ini diselenggarakan untuk mempertemukan anak muda dari berbagai latar belakang agama, suku, daerah, dan budaya untuk berdiskusi tentang perdamaian, keberagaman, dan tantangannya.
Fajar Riza Ul Haq mengawali pidatonya dengan menceritakan kisah mahasiswa-mahasiswi lintas iman yang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah.
Suster Fantiana Maria merupakan suster kelahiran Maumere, NTT, yang mengabdi di Panti Asuhan Bakti Luhur, Madiun. Selain belajar teologi, Suster Fantiana juga menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Madiun. Meskipun awalnya disertai keraguan, Suster Fantiana mendapati bahwa kehadirannya diterima. Pengalaman ini memperkaya perspektifnya dalam melanjutkan masa baktinya di panti asuhan.
***
Begitu pula kisah-kisah yang Fajar Riza Ul Haq dengar dari mahasiswa-mahasiswi lainnya dari program Muhammadiyah Youth Interfaith Leadership Program yang terselenggara di Bali pada Januari lalu. Fajar menyebut anak-anak muda di ranah akar rumput ini merupakan contoh bagaimana inisiatif kemanusiaan dapat merekatkan perbedaan. Sikap toleransi berhasil menciptakan rasa aman dalam keberagaman.
“Kita membutuhkan semangat kolektivitas gerakan masyarakat sipil juga, tentunya, regulasi pemerintah bisa mendukung proses itu. Jangan sampai masyarakat sipil berkembang, punya semangat kolektivitas yang kuat, tetapi pada saat yang sama, misalnya, kebijakan negara tidak memberikan dukungan itu,” himbau Fajar.
Fajar Riza Ul Haq kemudian melanjutkan bahwa generasi muda merupakan pewaris kemanusiaan.
Ia mengutip suatu istilah yang pernah ia dengar, “Kita ini harus mewariskan mata air pada anak-anak kita, jangan mewariskan air mata.
Meskipun saat ini kondisi negara dan dunia penuh dengan kekacauan dan rentan akan perpecahan, Fajar berkata kita tidak dapat menyelesaikan persoalan ini dengan sentimen agama tertentu. Justru, yang perlu kita bangun adalah solidaritas dan semangat kolektivitas atau kebersamaan.
Selain itu, Fajar Riza Ul Haq juga berbicara hubungan antara agama dan lingkungan. Ia mengutip bahwa dalam Islam, menjaga satu pohon sama dengan menjaga kemanusiaan dan kehidupan.
“Meskipun kita merasa cukup dengan sumber daya yang melimpah, tetapi kita harus tetap mawas diri. Air yang melimpah bukan berarti kita harus membuang air dengan percuma,” ujar Fajar.
Manusia sebagai khalifah di muka bumi tidak hanya perlu merawat bumi, tetapi juga perlu mengelolanya secara bertanggung jawab. Ia menerangkan suatu gagasan yang sekiranya dapat menjadi penyeimbang antara tuntutan kebutuhan ekonomi dengan tuntutan konservasi lingkungan, yaitu fikih transisi energi yang berkeadilan.
***
Terdapat lima prinsip dalam fikih transisi energi yang berkeadilan.
Yang pertama, prinsip kesalehan. Manusia sebagai khalifah di muka bumi perlu memiliki kesalehan sosial. Kita perlu menjadi bertanggung jawab tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain dan kebutuhan bersama.
Yang kedua, prinsip regulatif. Semua upaya manusia mengelola sumber daya alam perlu melalui koridor aturan yang diatur oleh otoritas kewenangan dan disusun dengan melibatkan banyak pihak.
Yang ketiga, prinsip kemaslahatan. Pemanfaatan sumber daya alam harus berorientasi kepada kepentingan publik yang lebih luas.
Yang keempat, prinsip musyawarah. Ketika ada upaya pengelolaan alam, maka proses musyarawah ini perlu dilalui untuk meminimalisir mudharat dan memaksimalkan kemaslahatannya.
Yang kelima adalah prinsip konservasi. Ketika kita mengambil sesuatu dari bumi, maka kita perlu mengembalikan lingkungan sebagaimana asalnya.
Forum dialog seperti Harmony in Action mewadahi generasi muda untuk berdiskusi tentang isu kemanusiaan, perdamaian, dan lingkungan dengan perspektif yang amat beragam. Sebagai penutup, Fajar Riza Ul Haq berharap suara generasi muda dapat memberikan manfaat menjadi rekomendasi kerja yang bersinergi dengan kebijakan publik untuk masa depan.
(Soleh)